Survei: Millennials Khawatir Dampak COVID-19 untuk Sektor Keuangan

42 persen mengaku khawatir soal lapangan kerja

Jakarta, IDN Times - Pandemik COVID-19 sangat berdampak terhadap situasi ekonomi global. Banyak perusahaan, baik korporasi multinasional mau pun tidak, memilih merumahkan karyawan-karyawan mereka karena alasan masalah keuangan.

Ini menyebabkan angkatan kerja, terutama millennials, merasakan kekhawatiran terhadap kondisi finansial mereka.

Misalnya, dalam analisis Bank Sentral Amerika Serikat yang dikutip CNBC pada Mei lalu, bahwa pekerja yang lahir mulai 1981 sampai 1996 merasakan efek yang lebih brutal dibandingkan generasi lain.

1. Millennials sebagai generasi produktif kehilangan pekerjaan selama pandemik

Survei: Millennials Khawatir Dampak COVID-19 untuk Sektor KeuanganIlustrasi. unsplash.com/engine akyurt

Millennials paling banyak kehilangan pekerjaan saat aturan jaga jarak diberlakukan dan berbagai industri, salah satunya di bidang jasa yang mempekerjakan jutaan millennials, harus gulung tikar. Analis kebijakan Ana H. Kent membeberkan dalam survei terakhir, satu dari empat keluarga millennials mengaku utang mereka melampaui jumlah aset.

Bahkan, satu dari enam millennials pesimis mampu mengeluarkan dana darurat secara tunai sebesar Rp5,8 juta.

"Anak muda Amerika menghadapi kekacauan ekonomi yang sangat serius," kata Kent.

"Kerentanan finansial millennials tak hanya mengganggu mereka, keluarga dan orang yang bergantung kepada mereka, tapi juga perekonomian secara keseluruhan," lanjutnya.

Baca Juga: 5 Ciri Keuangan Kamu Sudah Bermasalah, Kenali Tanda-tandanya! 

2. Sebanyak 42 persen millennials tak merasa ada jaminan akan tetap bekerja

Survei: Millennials Khawatir Dampak COVID-19 untuk Sektor KeuanganIlustrasi. unsplash.com/Marvin Meyer

Sementara, berdasarkan survei Equifax Canada dan BEworks yang dirilis pada akhir Juni lalu, 42 persen anak muda berusia antara 18 hingga 34 tahun di Kanada mengaku cemas tidak bisa mempertahankan pekerjaan mereka di tengah krisis kesehatan ini.

Sentimen tersebut menurun hampir separuh, yaitu 25 persen, di kalangan generasi berumur 35 tahun ke atas. Kemudian, empat dari 10 millennials atau 37 persen merasa khawatir terhadap kondisi finansial mereka sendiri.

Sebanyak 33 persen mengaku waswas dengan perekonomian negara, 26 persen khawatir soal situasi finansial anak-anak mereka, 21 persen mengenai orangtua mereka, dan 17 persen terhadap teman-teman mereka.

"COVID-19 telah menciptakan badai sempurna bagi warga Kanada untuk memiliki pola pikir yang menganggap semuanya langka," kata Kelly Peters, CEO & Co-Founder BEworks.

"Perasaan tidak cukup memiliki, baik itu waktu, uang atau pergaulan sosial bisa berdampak yaitu dengan cara menyita energi mental dari pembuatan keputusan finansial dan cenderung menciptakan bias kognitif seperti keinginan menghindari kerugian dan menghadirkan bias untuk mendorong perilaku finansial," lanjutnya.

3. 41 persen millennials mengaku membatasi pengeluaran

Survei: Millennials Khawatir Dampak COVID-19 untuk Sektor KeuanganIlustrasi. unsplash.com/Viktor Forgacs

Dengan kekhawatiran bahwa kemampuan finansial mereka takkan membaik, sebanyak 41 millennials mengaku memilih memotong pengeluaran. Salah satunya karena saat ini mereka merasa sudah mempunyai banyak utang. Sebanyak 32 persen dari generasi tua mengaku mengambil jalur tersebut.

Lalu, sebanyak 30 persen millennials mengaku khawatir takkan bisa membayar cicilan rumah atau biaya tempat tinggal. Hanya 17 persen generasi lebih tua yang merasakan kerisauan ini. Oleh karena itu, 20 persen millennials mengindikasikan mereka berhenti berlangganan Spotify dan Netflix demi berhemat.

Meski begitu, hampir separuh responden atau 47 persen mengatakan mereka optimis kondisi keuangan akan membaik dalam kurun waktu enam bulan selanjutnya. Ini terutama dipengaruhi oleh kemungkinan pelonggaran pembatasan aturan sehingga ketersediaan lapangan kerja bisa kembali tumbuh.

Baca Juga: 5 Tanda Kamu Sudah Jadi Pengatur Keuangan yang Baik

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Berita Terkini Lainnya