Susul Singapura, Korea Selatan Masuk Jurang Resesi

Ekonomi Korsel minus 3,3 persen pada kuartal II

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan mengalami resesi sebagai dampak pandemik COVID-19 yang telah menginfeksi total lebih dari 15 juta orang dan menewaskan lebih dari 600 ribu lainnya di seluruh dunia.

Seperti dilaporkan BBC, Produk Domesti Bruto (PDB) negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia itu jatuh hingga 2,9 persen secara year-on-year. Ini merupakan kejatuhan terburuk sejak 1998.

Total kasus COVID-19 di Korea Selatan sendiri sampai kini mencapai hampir 14.000 dan ada sebanyak 297 orang yang meninggal karenanya.

1. Perekonomian Korea Selatan turun sebesar 3,3 persen

Susul Singapura, Korea Selatan Masuk Jurang ResesiWarga memakai masker untuk melindungi diri dari penularan virus corona di Seoul, Korea Selatan, pada 25 Maret 2020. ANTARA FOTO/REUTERS/Kim Hong-ji

Berdasarkan data yang dirilis oleh Bank Korea, sejak kuartal pertama hingga Juni lalu, perekonomian Korea Selatan minus 3,3 persen. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 1998. Sementara pada kuartal sebelumnya, terjadi kontraksi ekonomi sebesar 1,3 persen.

"Saat kami menawarkan proyeksi pertumbuhan kami pada Mei, kami mempunyai ekspektasi bahwa pandemik COVID-19 mulai melamban pada bagian kedua tahun ini, tapi kini kami ada di minggu kedua Juli, dan penyebaran penyakit justru mengalami akselerasi," kata Gubernur Bank of Korea Lee Ju-yeol pada Kamis 16 Juli 2020, seperti dikutip Fortune.

Ia mengatakan sebelumnya pihaknya memprediksi kontraksi year-on-year sebesar dua persen pada kuartal kedua, tapi rupanya angka sesungguhnya adalah 2,9 persen.

2. Pemerintah menggelontorkan Rp3.374 triliun untuk stimulus ekonomi selama pandemik COVID-19

Susul Singapura, Korea Selatan Masuk Jurang ResesiPresiden Korea Selatan Moon Jae-in berpidato pada peringatan tiga tahun pelantikannya sebagai Presiden di Istana Kepresidenan Blue House di Seoul, Korea Selatan, pada 10 Mei 2020. ANTARA FOTO/ Kim Min-Hee/Pool via REUTERS

Pemerintah Korea Selatan sejauh ini telah menggelontorkan dana sebesar Rp3.374 triliun sebagai stimulus untuk meredam dampak pandemik terhadap perekonomian. Pada saat bersamaan, Korea Selatan tidak pernah memberlakukan lockdown ketat, melainkan mengandalkan tes COVID-19 massal, pelacakan kontak dan karantina untuk menekan laju penyebaran virus.

Oleh karena itu, kabar resesi ini semakin terasa mengejutkan. Apalagi, konsumsi penduduk meningkat sebesar 1,4 persen pada kuartal kedua, tapi tak cukup untuk mengompensasi anjloknya ekspor negara tersebut. Pasalnya, ekspor Korea Selatan dalam masa normal adalah sebesar 40 persen dari pertumbuhan ekonomi. Pada kuartal kedua, ekspor runtuh sebesar 16,6 persen, yang merupakan terburuk sejak 1963.

3. Pemerintah optimistis kondisi akan segera membaik

Susul Singapura, Korea Selatan Masuk Jurang ResesiPresiden Korea Selatan Moon Jae-in menghadiri Memorial Day di Daejeon, Korea Selatan, pada 6 Juni 2020. ANTARA FOTO/Lee Jin-man/Pool via REUTERS

Meski menghadapi resesi, tapi Menteri Keuangan Hong Nam-ki mengaku tetap optimistis bahwa perekonomian akan segera membaik. Ia membandingkan dengan perekonomian Tiongkok yang tumbuh sebesar 3,2 persen pada kuartal kedua 2020 setelah sebelumnya sempat anjlok.

"Mungkin bagi kami untuk melihat gaya balik ala Tiongkok pada kuartal ketiga saat pandemik melambat dan aktivitas produksi di luar negeri, sekolah serta rumah sakit kembali buka," kata Hong.

Baca Juga: Tiongkok akan Geser AS Jadi Negara dengan Perekonomian Terkuat

Topik:

  • Anata Siregar
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya