Krisis Ekonomi Akut di Eropa Picu Badai PHK
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Krisis ekonomi di Eropa kian parah. Inflasi yang tak terkendali hingga ketidakpastian situasi ekonomi memaksa sejumlah perusahaan untuk melakukan PHK.
Arus PHK terjadi bukan dalam skala kecil, tapi sudah begitu masif. Perusahaan dari segala sektor mengambil kebijakan ini, membuat tingkat pengangguran di Benua Biru kian besar.
Tiga sektor yang paling banyak melakukan PHK karyawannya adalah teknologi, manufaktur, dan otomotif. Tiga sektor tersebut adalah yang paling terdampak atas situasi ekonomi yang terjadi sekarang.
Baca Juga: BI: Masalah Global Bersumber dari Lonjakan Inflasi
1. Perusahaan teknologi paling banyak PHK karyawan
Salah satu perusahaan teknologi yang terpaksa melakukan PHK, dilansir Anadolu Agency, adalah Vodafone. Mereka sudah melakukan PHK terhadap 11 ribu karyawannya selama tiga tahun belakangan.
Selain Vodafone, BT juga sudah merencanakan untuk melakukan PHK. Bahkan, mereka sudah berniat buat mengurangi 40 ribu hingga 55 ribu karyawannya hingga 2030 mendatang. Dengan begitu total karyawan mereka akan berkurang dari 130 ribu jadi hanya 75 ribu sampai 90 ribu di periode tersebut.
Baca Juga: Ekonomi RI Dikuasai China, JK Sebut Semangat Wirausaha Anak Muda Turun
2. Kenaikan harga pangan jadi alarm
Inflasi di Eropa memang begitu mengkhawatirkan. Itu terlihat dari adanya kenaikan harga bahan-bahan makanan di kawasan Eropa.
Dari segi persentase, sebenarnya inflasi harga bahan pangan sudah turun dua kali dalam empat pekan hingga 14 Mei 2023, menyentuh 17,2 persen. Penjualan bahan pangan pun meningkat 10,8 persen dibanding bulan lalu.
Baca Juga: IMF: Ekonomi Indonesia Stabil di Tengah Ketidakpastian Global
3. Inflasi bahan pangan tertinggi ketiga sejak 2008
Tapi, tetap saja, 17,2 persen masih terbilang tinggi. Sebab, itu merupakan angka inflasi bahan pangan tertinggi ketiga sejak 2008 silam. Kantar, perusahaan data analis, menyatakan kalau sebenarnya situasi ini masih cukup mengkhawatirkan.
"Penurunan harga bahan pangan mencapai 0,1 persen, dan disambut dengan meningkatnya daya beli. Hanya saja, 17,2 persen inflasi dalam bahan pangan masih tinggi. Ini menjadi persentase ketiga tertinggi sejak 2008 lalu," kata Kepala Retail dan Konsumen Kantar, Fraser McKevitt, dilansir Retail Week.
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.