Ilmu Sedekah dari Toko Dunia Kopi yang Mendunia

Metode bisnis Dunia Kopi cukup nyentrik, namun bisa mendunia

Jakarta, IDN Times - "Wah, stok kopi habis. Harus segera beli nih," gumamku dalam hati ketika melihat isi toples yang kosong. Pikiranku langsung bergerak menuju Pasar Santa, kawasan Wolter Monginsidi, Jakarta Selatan, ke toko Dunia Kopi yang memang sudah menjadi legenda.

Ya, Dunia Kopi merupakan salah satu toko kopi terlengkap di Jakarta. Hampir semua kopi dari penjuru Indonesia, ada di tempat ini.

Robusta dan arabika berbagai varian dari Sabang hingga Merauke, tersedia. Entah berapa banyak jenis kopi yang ada di toko ini, tapi kalau saya bicara dengan sang pemilik, Suradi, lebih dari 50 jenis kopi Indonesia tersedia di sana.

Kebetulan, ketika saya hendak membeli kopi di sana, Suradi yang menyambut. Ya, karena sudah langganan, Suradi bergurau ketika menyambut saya dan bercerita ngalor ngidul tentang berbagai macam hal.

Nah, kala itu, Suradi berkisah tentang perjalanan hidupnya, berbagi ilmu bisnis yang tak bisa dijelaskan dengan matematika dan akal manusia. Termasuk, dia juga bercerita perjalanan hidupnya yang sempat susah hingga akhirnya mampu menjadi raksasa dalam industri kopi seperti sekarang.

Baca Juga: Bingung Cari Ide Bisnis? 3 Bisnis Ini Bisa Laku Setiap Hari Lho!

1. Berawal dari toples pinjaman

Ilmu Sedekah dari Toko Dunia Kopi yang MenduniaPemilik Dunia Kopi Pasar Santa, Suradi (kanan) / Instagram @duniakopi_santa

Bicara Suradi dan Dunia Kopi, orang-orang lama yang bergelut di dalam bisnis ini tentu sudah tahu siapa dia. Namanya memang sangat melegenda karena hampir semua kafe di Jabodetabek hingga daerah lainnya dipasok kopi dari sini.

Suradi menceritakan, awal mula perjalanannya merambah bisnis kopi. Dia memulai bisnis dari nol, dengan sembilan toples pinjaman sahabatnya.

Dia ingat, itu terjadi pada 2000 silam. Kala itu, jualan kopi, disebutnya, sangat susah. Setidaknya, rata-rata setiap hari kala itu kopi yang bisa dijualnya cuma dua kilogram saja.

"Paling sebulan cuma 20 kilogram paling banyak," kata Suradi kepada IDN Times, beberapa waktu lalu.

Namun, Suradi tak menyerah. Dia percaya kalau satu saat, kerja kerasnya akan berbuah hasil.

"Saya menyadari potensi kopi. Ini seperti mutiara tapi hitam. Bayangkan, yang minum kopi itu kan dari kalangan bawah sampai atas. Semua suka, ya kan? Makanya saya geluti bisnis ini," ujar Suradi.

Baca Juga: 600 Ton Kopi Robusta Lampung Bakal Diekspor ke Mesir 

2. Cuma lulus SD dan sempat tidur di pasar

Bukan berarti keinginan Suradi memaksimalkan potensi kopi tak menemui halangan. Dia bahkan sempat mengalami kesusahan hingga harus tidur di pasar dan masjid. Setidaknya, itu dialami Suradi selama satu bulan.

"Hahahaha, jadi kenangan. Saya pernah memang mengalami tidur di pasar, masjid. Makan juga cuma sekali dua kali," terang Suradi.

Hidup seperti itu tak bikin Suradi putus asa. Sebaliknya, dia malah semakin kuat mentalnya. Kerja kerasnya perlahan membuahkan hasil. Karena kegemarannya membaca buku, Suradi memperbanyak ilmunya lewat metode itu. Berbagai pelatihan juga sering diikutinya, selain berdiskusi dengan sejumlah rekannya.

"Saya ini lulusan SD. Bicara pelatihan, sering ikut. Saya juga sering baca buku, seperti kisah-kisah Kwik Kian Gie, lalu pebisnis lain yang sukses," kata Suradi.

Lewat pelatihan-pelatihan macam itu, kelihaian Suradi dalam berjualan makin tajam. Dia mulai menemukan rumus yang tepat dalam mengembangkan bisnisnya. Salah satunya adalah edukasi.

Ya, Suradi selalu memberikan edukasi terkait kopi. Jadi, setiap orang yang datang ke tokonya, selalu mendapatkan gambaran mengenai manfaat, cita rasa, serta keramahan dari pelayanannya.

Perlahan, omzet penjualan kopinya meningkat di setiap tahun. Itu tak terlepas dari semakin banyaknya orang yang mulai sadar akan manfaat dan gemar terhadap kopi.

"Kuncinya sih layanan mas. Kalau pelayanan bagus, orang pasti balik. Terus harganya murah, tapi kualitas bukan yang main-main. Kopi saya harus segar setiap hari. Sebab, kalau tak segar, kopi kan tak enak. Tak usah cari untung banyak, yang penting ada lebihnya," ujar Suradi.

3. Rumus bisnis yang mendobrak matematika

Ilmu Sedekah dari Toko Dunia Kopi yang MenduniaKopi yang dijual di Dunia Kopi Pasar Santa (IDN Times / Satria Permana)

Rumus dasar Suradi mulai mengubah pola pikir saya dalam urusan bisnis. Suradi benar-benar menjalankan apa yang disebut ilmu ikhlas dan sedekah dalam bisnis.

Memang, inilah yang diterapkannya dalam menyeimbangkan kebutuhan duniawi dan rohani dalam bisnis.

Sering kali, orang yang beli 200 gram alias dua ons, diberikan lebih kepada Suradi. Gayanya mungkin tak sesuai dengan rumus bisnis secara matematis. Tapi, sejatinya rumus ikhlas dan sedekah menjadi kunci Suradi dalam berbisnis.

"Begini mas, saya kalau jualan, setidaknya ada peningkatan. Perlahan, tapi konsisten. Ikhlas saja, karena dari pengalaman semua berbicara. Kasih ke orang secara cuma-cuma bukannya rugi, malah lebih untung. Nanti di akhirat yang tolong ya itu. Kalau di dunia, untungnya ya banyak teman. Kan masih untung toh," ujar Suradi.

4. Langganannya Sri Mulyani hingga Sandiaga Uno

Dari rumus ini, Suradi memang mendulang hasilnya. Relasi yang tak main-main berhasil dibangun oleh Suradi.

Penjualannya meningkat drastis, setidaknya dimulai ketika kopi meledak mulai 2017 silam. Tapi, tiga tahun terakhir memang menjadi masa emas dari bisnis Suradi bersama Dunia Kopi.

"Sedikitnya 300 kilogram berhasil saya jual per hari," kata Suradi.

Pelanggan Suradi memang bukan orang sembarangan. Menteri Ekonomi, Sri Mulyani, bahkan sering beli kopi di sana. Biasanya, suami Sri Mulyani yang kerap nongkrong bareng Suradi.

Kemudian, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, juga jadi langganan Dunia Kopi yang dimiliki Suradi.

Bisnis Suradi juga sudah merambah pasar di Jepang dan Korea Selatan. Karena berlokasi di Pasar Santa, Suradi setidaknya cukup diuntungkan.

Ya, Pasar Santa berada di kawasan Wolter Monginsidi. Dikelilingi Blok S, Tirtayasa, dan Tendean, yang dikenal sebagai Korea Town atau Japan Town di Jakarta Selatan, banyak orang-orang dari Korea Selatan dan Jepang yang beli kopi darinya.

Wisatawan Tiongkok, Jerman, Rusia, Amerika Serikat, Australia, dan lainnya juga sering berkunjung ke Dunia Kopi demi membeli produknya.

"Itu bule tahu dari mana? Relasi. Dengan membangun pertemanan, pasti akan lebih mudah menjalin sebuah hubungan bisnis. Saya ini bukan ada di atas, tapi bawah. Kan tokonya di basement," canda Suradi.

Baca Juga: 6 Ragam Kopi Paling Populer di Asia, Ada Kopi Luwak Lho!

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya