Co-Founder Twitter Mulai Ragukan Elon Musk, Kenapa?

Sejumlah kebijakan lama dihapus oleh Musk

Jakarta, IDN Times - Co-founder Twitter Biz Stone mulai meragukan kapasitas CEO Tesla Elon Musk, yang kini juga menjadi CEO Twitter.

“Elon Musk sepertinya bukan orang yang tepat untuk memiliki Twitter,” kata Stone, dikutip dari The Guardian, Jumat (27/1/2023).

Sejumlah kebijakan konten dan aturan yang ia bentuk dalam beberapa tahun terakhir juga harus dicabut lantaran Musk mulai memimpin Twitter.

Baca Juga: Hasil Voting, Elon Musk Diminta Mundur dari CEO Twitter 

1. Mulai meragukan Elon Musk

Ketika Stone ditanya apakah Musk sudah tepat untuk memimpin Twitter, ia menjawab bisa jadi memang tidak tepat, namun bisa saja memang Musk orang yang tepat untuk Twitter.

“Menjalankan perusahaan media sosial bukan situasi yang menguntungkan, akan selalu sulit karena 50 persen orang akan senang dan 50 persen orang akan kecewa dengan Anda,” ucap Stone lagi.

Baca Juga: Elon Musk Buka Suara soal Kabar Akan Bangun Pabrik di Indonesia

2. Sejumlah kebijakannya dihapus

Co-Founder Twitter Mulai Ragukan Elon Musk, Kenapa?Media sosial Twitter. (Pixabay.com/PhotoMIX-Company)

Stone yang ikut mendirikan Twitter pada 2006 silam bersama Jack Dorsey, Noah Glass dan Evan Williams kembali ke bisnis tersebut pada 2017 atas perintah eksekutif Dorsey agar mereka bisa memandu perusahaan tersebut.

Stone mengatakan, ada peningkatan selama empat tahun ia memimpin Twitter, termasuk adanya pengawasan konten.

“Kami membuat banyak perbaikan di beberapa hal dan itu semua hilang sekarang (di bawah Musk),” tuturnya.

Baca Juga: Ramalan Rusia: Perang di Barat hingga Elon Musk Jadi Presiden

3. Twitter melarang ada klien pihak ketiga

Co-Founder Twitter Mulai Ragukan Elon Musk, Kenapa?Ilustrasi media sosial Twitter. (Pixabay.com/Edar)

Baru-baru ini, Twitter mengeluarkan kebijakan baru yaitu terkait aturan pengembang yang melarang klien pihak ketika. Twitter juga memblokir akses aplikasi ke platformnya, misalnya Echofon.

Namun, Twitter tidak memberikan penjelasan cukup soal hal ini. Twitter hanya menegaskan bahwa kini perusahaan tersebut sedang menegakkan aturan API yang sudah lama berdiri.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya