Dibayangi Krisis Pangan akibat Perang Rusia-Ukraina, Ini Upaya KADIN

Konflik politik berimbas pada ketahanan pangan global

Jakarta, IDN Times - Konflik geopolitik Rusia dan Ukraina mengakibatkan munculnya krisis global di tengah pemulihan ekonomi pascapandemik COVID-19. Tak hanya itu, konflik politik juga telah berimbas dan menyebabkan terjadinya krisis pangan global. Hal ini merupakan ancaman yang lebih berat bagi dunia saat ini.

Proteksi bahan pangan masing-masing negara sudah mulai dilakukan, tidak ada lagi slogan pro-ekspor untuk bahan pangan. Menurut Ketua Umum KADIN Indonesia, Arsjad Rasjid, fenomena ini dikhawatirkan akan berdampak sistemik baik berupa krisis sosial maupun politik.

Baca Juga: G7: Perang Rusia di Ukraina Picu Krisis Pangan dan Energi Global

1. KADIN kerja sama dengan pemerintah soal ketahanan pangan

Dibayangi Krisis Pangan akibat Perang Rusia-Ukraina, Ini Upaya KADINKetua KADIN Arsjad Rasjid dalam acara Penandatanganan MoU KPK dan KADIN. (dok. Humas KPK)

KADIN Indonesia akan selalu berkoordinasi dengan pemerintah, terutama dalam penguatan ketahanan pangan Indonesia terutama di sektor pertanian.

“KADIN Indonesia akan terus berkoordinasi dengan pemerintah dalam upaya pencegahan dan meminimalisir krisis pangan, sehingga tidak berdampak menjadi krisis sosial, yang kemudian bisa menjadi krisis politik dalam negeri,” kata Arsjad, dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Sabtu (14/5/2022).

Kelangkaan beberapa komoditas bahan pangan seperti kedelai dan gandum, berkurangnya pasokan dan produksi bahan pangan di beberapa negara akibat kemarau panjang, ditambah lagi dengan kelangkaan pasokan minyak akibat perang, menyebabkan inflasi global, ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa secara umum.

Baca Juga: Sepekan Pasca-Lebaran, Harga Komoditas Pangan Masih Tinggi

2. Program membina petani

Dibayangi Krisis Pangan akibat Perang Rusia-Ukraina, Ini Upaya KADINPetani Cabai. (ANTARA FOTO/Basri Marzuki)

KADIN Indonesia juga memiliki sebuah program pendampingan UMKM dengan skema close loop yang ditujukan untuk membina para petani, serta menciptakan kerja sama antara perusahaan besar maupun kecil dengan para petani di Indonesia.

"Harapannya program iklusif close loop ini dapat meningkatkan ketangguhan petani di Indonesia di tengah tantangan inflasi dan perubahan iklim," ujarnya.

Walaupun dampak inflasi di Indonesia relatif kecil dibanding dengan inflasi global dan di negara lain, menurutnya, Indonesia harus bersiap diri dan mengantisipasi terhadap imbas inflasi global.

"Dibutuhkan gotong royong, dialog sosial dan kerja sama antara berbagai pihak termasuk pemerintah, pelaku usaha, buruh untuk menghadapi tantangan krisis ini."

Baca Juga: Putin Sanggupi Undangan Jokowi untuk Hadiri G20

3. Harap negara G20 ikut serta dalam pemulihan ketahanan pangan

Dibayangi Krisis Pangan akibat Perang Rusia-Ukraina, Ini Upaya KADINupacara pembukaan G20 Indonesia (g20.org)

KADIN Indonesia sebagai penyelenggara Business Forum B20, mengajak seluruh negara anggota G20 untuk ikut dalam dialog perumusan solusi pemulihan dan penguatan ekonomi global. Menurut Arsjad, Indonesia sebagai presidensi G20, memegang peranan penting.

Indonesia melalui B20 tahun ini berkomitmen untuk memerangi pandemi dan ekonomi krisis ini melalui hasil kerja yang konkret dan nyata melalui investasi dan proyek kerjasama lainnya di bidang transisi energi, infrastruktur kesehatan, digital dan inklusif ekonomi.

Arsjad mengatakan, KADIN Indonesia juga menyambut baik adanya Indo-Pacific Agreement untuk menjalin kedekatan antara Indonesia dengan Amerika.

Walaupun hingga saat ini masih belum ada keterangan secara pasti terkait isi persetujuan tersebut, kata dia, Indonesia harus mempersiapkan segala kemungkinan dan memanfaatkannya sebagai kerja sama dalam menunjang pembangunan ekonomi, terutama untuk perluasan akses pasar, peningkatan perdagangan dan investasi.

4. Puji KTT ASEAN-AS dan peran Indonesia

Dibayangi Krisis Pangan akibat Perang Rusia-Ukraina, Ini Upaya KADINBendera ASEAN. (setnas-asean.id)

Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara dengan populasi sepertiga dari total populasi ASEAN, Indonesia memiliki peluang yang besar untuk menjadi katalisator pemulihan ekonomi global, terutama dalam memajukan negara-negara berkembang di tengah krisis global yang sedang dihadapi dunia.

KTT ASEAN – AS menghasilkan sinergi yang baik antara Indonesia dan AS. Setidaknya dari pembicaraan yang dibahas dalam KTT ASEAN - AS, banyak perusahaan besar maupun UMKM Amerika Serikat yang tertarik serta berkomitmen untuk melakukan ekspansi dan realisasi bisnis di Indonesia. Amerika Serikat juga memberikan berkomitmen senilai 150 juta dolar Amerika untuk pengembangan di ASEAN.

“Transisi energi, kesehatan dan ekonomi digital juga banyak didiskusikan. Bagaimana dengan transfer teknologi yang dilakukan, sudah ada beberapa perusahaan yang sudah masuk dan akan masuk untuk membangun data senter, dll. Minat investasi juga dibicarakan di sektor pertambangan yang ada di Indonesia, misalnya nikel. Lalu investasi di industri obat-obatan hingga baterai,” ujarnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya