Melaju Tangguh Jadi Pemenang Lewati Pandemik Bersama Listrik PLN

Mawski mengaku sudah lupa rasanya antre di pom bensin 

Jakarta, IDN Times - Tingg! Dua buah lampu besar menyala, suasana yang tadinya gelap gulita seketika berubah jadi terang benderang. Kini terlihat ada bangku dan meja kayu ala kafe di atas dermaga kecil, yang dibangun di pinggir teluk yang memisahkan Pulau Weh dan Pulau Rubiah, Sabang, Provinsi Aceh.

Sinar dari 2 lampu besar dan beberapa lampu kecil yang dipasang di pagar kayu dermaga Teluk Pulau Weh, membuat suasana menjadi hangat dan romantis. Tampak air laut yang bening dan tenang berkilauan diterpa cahaya lampu. Di kejauhan, terlihat lampu-lampu perahu nelayan yang tengah mencari ikan pada malam itu, berderet seolah membentuk pagar cahaya.

Listrik memang menjadi bagian penting dari kehidupan di pinggiran Pulau Weh, pulau terluar di ujung barat Indonesia itu. Terutama bagi masyarakat yang menggantungkan hidup dari mengelola tempat wisata. Bagaimana tidak, tempat ini masih dikelilingi hutan dan jauh dari permukiman penduduk. Sehingga ketika malam tiba sekitar pukul 19.00 WIB, suasana akan menjadi gelap gulita. Namun begitu listrik menyala, keindahan malam Teluk Pulau Weh mampu menghipnotis pengunjung.

Seorang pengelola resort tempat saya menginap, bernama Nurul, mengaku bersyukur listrik di tempatnya jarang mati, meskipun resortnya benar-benar berada di tempat terpencil dan bahkan jauh di pelosok pulau terluar Indonesia.

"Alhamdulillah di sini gak pernah mati listrik, ya paling kalau pas lagi hujan angin, petir, tapi itu juga sebentar terus nyala lagi," ujar Nurul kepada IDN Times, Selasa 20 Desember 2022.

Nurul yang merupakan perantau dari Bogor, bersama suaminya orang asli Aceh, membangun usaha penginapannya secara bertahap, dan sangat bergantung pada aliran listrik PLN. Kepada IDN Times dia bercerita, awalnya membangun satu kamar, kemudian bertambah dua kamar, hingga kini memiliki beberapa kamar tempat menginap para pelancong.

Ketika saya menemuinya, tampak beberapa kamar masih dalam proses pembangunan. Dengan penerangan listrik pada malam hari, Nurul dan keluarganya masih bisa tetap bekerja melayani kebutuhan tamu-tamu yang menginap. Tamu-tamu pun tampak nyaman dengan tersedianya berbagai alat yang terhubung ke listrik seperti dispenser untuk air panas, AC, dan tentunya lampu-lampu yang menerangi jalan kecil hingga ke atas dermaga.

Nurul bukan satu-satunya masyarakat di Pulau Weh, Kota Sabang, Aceh yang menggantungkan usahanya pada listrik PLN. Heru Febriansyah, seorang pemuda Sabang yang berusia 25 tahun, juga menggantungkan usaha dari listrik PLN.

Heru saat ini tengah merintis usaha membuat lampu hias dari sisa-sisa pipa paralon. Bermula dari melihat sisa-sisa paralon yang berserakan di rumah temannya yang tengah membangun rumah, Heru bersama 4 orang kawannya berpikir bagaimana memanfaatkan sampah paralon itu menjadi barang berharga, sehingga tidak terbuang percuma begitu saja.

Bermodal punya bakat seni, pada September 2022 lalu, Heru dan keempat temannya pun kemudian sepakat untuk membuat lampu hias dari sisa pipa paralon. Mereka membuat lampu hias secara otodidak, hanya belajar dari beberapa referensi di media sosial.

"Nyari-nyari referensi dari media-media lain, kemudian terbersitlah keinginan untuk membuat lampu dengan logo yang identik Aceh, terutama Sabang," ujar Heru saat ditemui IDN Times di sebuah pameran kecil di kantor Camat Sukajaya, Kota Sabang, Selasa (20/12/2022).

Meski baru 3 bulan memulai usaha, Heru dan 4 kawannya telah berhasil membuat 50 lampu hias. Lampu dibuat dalam beberapa jenis, ada lampu gantung, lampu yang bisa ditempel di dinding, dan lampu duduk atau lampu yang bisa diletakkan di atas meja. Harganya bervariasi, dari Rp100.000 sampai Rp200.000, dengan sebagian besar bermotif logo-logo Aceh dan Sabang, sebagai ciri khas.

Heru mengungkapkan, untuk pembuatan lampu hias selain bahan baku pipa paralon, juga membutuhkan alat utama yakni mini grinder dan tentunya listrik. Mini grinder berfungsi untuk membuat ukiran di pipa paralon sesuai desain yang sudah disiapkan. Alat ini harus dihubungkan ke listrik agar dapat berfungsi. Tanpa listrik, mini grinder tersebut tidak akan bisa dipakai.

"Butuh banget listrik karena kita pakai alat-alat seperti grinder. Yang paling ribet yang banyak ukirannya, itu tidak bisa manual harus menggunakan grinder listrik," ujarnya.

Beruntung, meski tinggal di Kota Sabang yang berdekatan dengan Titik 0 Kilometer Indonesia, yang terbilang sangat jauh dari Ibu Kota Provinsi Banda Aceh, aliran listrik PLN selalu lancar, dan tak menghambat usaha kecil yang baru dirintis Heru dan teman-temannya.

"Sejauh ini listrik aman, alhamdulillah. Tanpa listrik susah bagi kami untuk membuat detail-detail ukiran yang lebih kecil. Kan gak bisa juga pakai gergaji kecil, gak muat juga," kata Heru.

Menurut dia, bisa saja pembuatannya tanpa listrik, tapi akan ribet dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Sementara dengan menggunakan listrik, satu orang bisa menghasilkan 1 produk per hari.

Saat ini, lampu hias buatan Heru baru dipasarkan di sekitar Sabang. Tapi, Heru sudah mulai menjangkau pasar yang lebih luas dengan memasarkan produknya di media sosial seperti Instagram, di akun Bina_Bestari_Sabang.

Baca Juga: PLN Raih Green Initiative Komitmen dan Leadership Transisi Energi

Bersinar bersama listrik PLN di saat pandemik COVID-19

Melaju Tangguh Jadi Pemenang Lewati Pandemik Bersama Listrik PLNHaliman tengah membuat pesanan mebel gerobak soto (IDN Times/Sunariyah)

Kemudahan berusaha dengan bantuan listrik PLN juga dialami Haliman. Haliman yang akrab dipanggil Iman merupakan seorang pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang bergerak di bidang mebel. Iman menjalankan usahanya di sebuah bengkel sewaan, yang juga sekaligus menjadi tempat tinggalnya di Jalan Cempaka, Jatibening, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Sehari-hari Iman membuat berbagai pesanan mebel mulai dari lemari, gerobak untuk jualan, meja kursi untuk warung kopi, untuk kafe, hingga yang terbaru rumah kura-kura.

Rumah kura-kura dari kayu yang dilengkapi listrik dan pencahayaan di dalamnya, merupakan produk terbaru Iman yang mulai dibuat tepat pada saat COVID-19 masuk ke Indonesia, yakni di akhir 2019.

Ketika pandemik COVID-19 mulai melanda Indonesia, seorang teman memesan kepada Iman untuk dibuatkan rumah kura-kura. Puas dengan buatan Iman, temannya itu pun bekerja sama dengan Iman untuk membuat rumah kura-kura dan memasarkannya di marketplace, Tokopedia, dan media sosial Instagram.

Tak disangka-sangka, saat pandemik COVID-19 mengganas di Indonesia, pesanan rumah kura-kura justru membeludak. Banyak orang memesan, tak terkecuali para artis. Sederet nama artis seperti Deni Cagur, Iwa K, dan Atta Halilintar memesan rumah kura-kura buatan Iman begitu dipasarkan melalui media sosial dan Tokopedia.

Dari postingan para artis itu, rumah kura-kura Iman semakin terkenal luas, bahkan hingga se-Indonesia. Iman mengaku, di masa pandemik ia banjir pesanan dan mengirim produknya hingga ke Papua.

"Alhamdulillah di saat pandemik orang-orang pada susah, sulit, pesanan rumah kura-kura justru benar-benar meledak, ya se Indonesia lah dikirim dari Sabang sampai Merauke, sampai Papua, dan alhamdulillah berjalan sampai sekarang, sampai kelarnya pandemik," ujar Iman yang mengaku hanya bisa mengenyam bangku sekolah hingga kelas 1 Madrasah Tsanawiyah, saat ditemui IDN Times di bengkelnya, Selasa 27 Desember 2022.

Iman patut berbangga hati, karena dari hasil pembuatan kandang kura-kura dengan tata lampu yang diinginkan pembeli, selama dua tahun pandemik, dia akhirnya bisa membeli motor secara tunai tanpa kredit dan bisa membeli tanah untuk membangun rumah impiannya. Sesuatu yang awalnya sulit ia bayangkan.

Iman yang kini berusia 37 tahun dan telah dikaruniai seorang anak, tidak pernah menyangka Tuhan memberikannya rezeki lebih melalui usaha mebel, sesuatu yang ia pelajari secara otodidak karena terdesak kebutuhan hidup.

Awalnya, kata Iman, setelah putus sekolah ia mengikuti pamannya berjualan lampu untuk motor dan mobil di pinggir trotoar. Begitu Magrib tiba, Iman sudah berangkat ke trotoar di wilayah Kemayoran, Jakarta Pusat untuk berjualan, dan baru pulang ke rumah pada pagi hari.

"Dulu saya hidupnya di trotoar, malam di trotoar, siang baru ada di rumah, itu 2004 sampai 2016, selama 12 tahun. Kalau hujan kehujanan, dingin kedinginan, dari sebelum menikah sampai awal menikah saya berjualan lampu di trotoar," ujar Iman dengan mata berkaca-kaca mengingat perjuangannya dulu.

Setelah menikah, ia diberi pinjaman modal oleh sang paman untuk berjualan lampu sendiri. Saat itu Iman memilih berjualan di trotoar wilayah Kalimalang, Jakarta Timur. Tujuh tahun berjualan di Kalimalang, tiba-tiba area Kalimalang dibongkar untuk pembuatan jalan layang. Iman pun kehilangan tempat berdagang.

"Akhirnya saya bingung, di mana ada tempat di situ saya dagang. Saya mencoba bertahan, tapi sepi. Namanya manusia ada namanya lelah, saya jenuh karena sepi juga, dan mulailah saya berpikir apakah tetap dagang lampu atau tidak," ucap Iman yang mengaku paham soal listrik gegara jualan lampu.

Di tengah kebingungannya itu dan sudah harus menanggung hidup anak dan istri, Iman berhenti dagang lampu. Ia mengikuti saran orang tuanya untuk belajar mebel.

"Itu saya belajar bikin meja kecil-kecil, karena memang saya gak tahu, megang martir aja saya gak tahu, belajar pelan-pelan, hingga sampai detik ini, alhamdulillah," ujar laki-laki asal Madura tersebut.

Berkat ketekunan, kegigihan, dan kerja keras, pelan tapi pasti usaha Iman di bidang mebel terus berjalan. Iman mengaku bekerja sambil belajar, semua kesalahan ia jadikan pelajaran berharga untuk terus mengasah kemampuannya.

"Bismillah, yakin aja, belajar terus kita mah, bekerja sambil belajar, semakin ada kesalahan semakin kita belajar, kita belajar dari kesalahan," ungkap Iman yang sehari-hari bekerja di bengkelnya dibantu seorang pekerja dan juga terkadang adiknya.

Menurut Iman, usaha mebelnya sangat mengandalkan listrik untuk mengoperasikan alat-alat utama seperti mesin potong, mesin serut atau ketam, gerinda, dan kompresor.

"Semuanya full listrik untuk mempercepat pekerjaan. Kalau seandainya manual, aduh balik ke zaman dulu," ujar Iman sambil tertawa.

"Listrik sangat membantu banget. Kalau gak ada listrik, kalau gak ada alat mesin jadi bego dah, soalnya lama pembuatannya. Dengan alat dan listrik, apa saja bisa dibuat, mau model apa aja bisa" lanjutnya.

Sebagai pendukung terbesar dari pekerjaannya, listrik di bengkel yang disewa Iman tak pernah ada kendala. Bayar listrik untuk usaha mebelnya pun tak terlalu menguras kantong. Dengan daya 2200 VA, dalam sebulan ia membayar listrik antara Rp400.000 sampai Rp450.000.

Kini dengan membuka toko online bernama Istiqomah Meubel di Tokopedia, pesanan mebel terus mengalir ke bengkel Iman. Termasuk kandang kura-kura lengkap dengan lampu di dalamnya.

Kemudahan membuat barang-barang kerajinan dari kayu dengan bantuan listrik, juga dirasakan Qudus Nazardi. Qudus merupakan pelaku UKM di Kota Sabang, Aceh, yang menekuni usaha pembuatan perabot rumah tangga dari sisa-sisa kayu kelapa.

Saat ditemui pada Selasa 20 Desember lalu di Sabang, Qudus mengungkapkan, pembuatan perabot rumah tangga seperti cangkir, pas bunga, asbak, nampan, tempat tisu, dan lain-lain sangat bergantung pada listrik untuk mengoperasikan alat-alat seperti mesin bubut dan mesin alat pemecah.

"Pakai mesin bubut listrik. Dengan mesin bubut itu bisa lebih cepat proses pembuatannya. Kalau manual gak pakai listrik, gak sanggup kita. Kalau kayu masih agak lunak, nah kalau kayu kelapa ini, yang hitamnya ini yang keras (butuh alat dengan listrik)," paparnya mengenai proses pembuatan produknya.

Qudus mengaku memulai usaha membuat perabot rumah tangga dari sisa-sisa kayu kelapa sejak 2012, saat melihat banyak kayu kelapa terbengkalai, tidak terpakai di tempat tinggalnya. Karena usahanya terus berkembang, Qudus pun merekrut orang lain untuk membantunya.

Kini, meski pandemik COVID-19 sempat melanda selama dua tahun, usaha pembuatan perabot dari kayu kelapa yang ditekuni Qudus tetap bertahan. Produknya yang dijual mulai dari harga Rp20.000 sampai Rp400.000 telah terjual hingga keluar Sabang.

Untuk penjualan, ia rajin mengikuti pameran-pameran dan juga melalui media sosial. Qudus pun bersyukur, listrik di tempatnya tidak pernah mati, sehingga terus mendukungnya memproduksi berbagai macam perabot cantik dari kayu kelapa.

Komitmen PLN menghadirkan listrik dan transisi energi untuk kehidupan yang lebih baik

Melaju Tangguh Jadi Pemenang Lewati Pandemik Bersama Listrik PLNPetugas PLN siaga menjaga keandalan jaringan listrik (dok. PLN)

Upaya memulai usaha dan terus tumbuh, bahkan bisa melalui beratnya cobaan pandemik COVID-19, dialami para pelaku usaha kecil menengah di atas tidak terlepas dari dukungan listrik PLN yang terus mengalir hingga ke daerah-daerah pelosok di Indonesia.

Dikutip dari situs pln.co.id, Jumat (30/12/2022), sampai Juni 2022, PT PLN (Persero) telah mengalirkan listrik hingga ke 75.807 desa dari total 83.467 desa di Indonesia. Langkah PLN menyinari lebih dari 90 persen desa di Indonesia ini sebagai bentuk kehadiran negara, terutama di wilayah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) yang sulit dijangkau.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengatakan, PLN terus membangun infrastruktur kelistrikan agar seluruh desa di Indonesia dapat menikmati listrik PLN pada 2024.

"Kami terus berjuang sekuat tenaga agar saudara-saudara kita di pelosok desa bisa menikmati listrik hingga mereka bisa makin produktif," ujarnya.

Tak hanya mengalirkan listrik, PLN juga memastikan kehadiran negara di tengah-tengah masyarakat dengan menyediakan energi yang andal dan terjangkau untuk mendukung perekonomian rakyat dan menopang pertumbuhan UMKM.

Bahkan PLN menyalurkan subsidi listrik untuk masyarakat kurang mampu dan pelaku usaha kecil untuk ikut mengentaskan kemiskinan.

Seperti dirilis pln.co.id pada 9 Juni 2022 lalu, disebutkan selama 2014-2021, pemerintah melalui PLN telah menyalurkan subsidi sebesar Rp457 triliun untuk mengurangi tekanan ekonomi terhadap masyarakat yang kurang mampu dan pelaku usaha kecil.

Menurut Darmawan, langkah ini sebagai strategi PLN untuk menjaga keadilan tarif bagi masyarakat kurang mampu, UMKM, serta sektor industri, tanpa membebani anggaran negara sepenuhnya.

PLN sendiri hingga saat ini telah berhasil memproduksi listrik yang melimpah, bahkan hingga kelebihan pasokan (oversupply). Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana pada Kamis (22/9/2022) mengatakan, hingga akhir 2022, PLN setidaknya akan mengalami kelebihan pasokan daya listrik 6 hingga 7 Giga Watt (GW).

Kendati demikian, di tengah pasokan listrik yang melimpah, PLN juga tengah mempelopori transisi energi. Dikutip dari universitaspertamina.ac.id, transisi energi adalah pergeseran sektor energi global dari sistem produksi dan konsumsi energi berbasis fosil (gas alam, minyak dan batu bara) ke sumber energi terbarukan seperti angin, matahari, dan baterai lithium-ion. Atau dengan kata lain, transisi energi merupakan transformasi energi yang sebelumnya berbasis bahan bakar fosil menjadi energi hijau yang ramah lingkungan.

Transisi energi bertujuan untuk menekan risiko pemanasan global, yang berpotensi mengancam kehidupan yang layak di masa mendatang.

Bagi PLN, transisi energi tidak hanya penting menjadi jalan untuk mencapai net zero emission pada 2060 seperti yang telah ditetapkan pemerintah. Tapi juga untuk menumbuhkan perekonomian Indonesia secara signifikan, setelah dihantam pandemik COVID-19 selama 2 tahun dan krisis ekonomi global. Dengan transisi energi diharapkan bisa mendatangkan investasi, meningkatkan kinerja industri, dan tentunya menyerap tenaga kerja.

Melaju tanpa ribet dan anti kantong jebol dengan motor listrik

Melaju Tangguh Jadi Pemenang Lewati Pandemik Bersama Listrik PLNVespa listrik (Dok. pribadi)

PLN sendiri seperti dilansir pln.co.id, 10 November 2022, terus membuka kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung transisi energi. Salah satunya dengan The U.S. National Renewable Energy Laboratory.

"Komitmen mencapai net zero emission di tahun 2060 mendorong PLN untuk menambah kapasitas energi baru terbarukan (EBT) secara agresif. Dengan karakteristik intermittent pembangkit EBT, kita perlu membangun kapasitas teknologi yang mumpuni untuk mengoperasikan sistem tersebut," ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo.

Guna mencapai net zero emission pada 2060, PLN tidak hanya gencar membangun pembangkit berbasis EBT, tapi juga mendorong terciptanya electrifying lifestyle seperti penggunaan kendaraan listrik.

Penggunaan kendaraan listrik yang ramah lingkungan merupakan salah satu program yang tengah dikampanyekan oleh PLN saat ini. PLN telah menggelar konvoi motor listrik di beberapa daerah untuk mendorong terciptanya electrifying lifestyle, salah satunya di Yogyakarta pada Rabu, 28 Desember 2022 lalu.

Dikutip dari pln.co.id, penggunaan motor listrik juga sebagai upaya PLN membantu pemerintah menekan impor bahan bakar minyak (BBM) dan beralih menggunakan energi yang berbasis dari dalam negeri.

"Kita melihat motor listrik ini adalah sesuatu demam yang menjadi gaya hidup baru. Dengan ini kita bisa bergeser dari energi impor ke domestik. Tadi kita selama perjalanan tidak ada sama sekali polusi, emisi gas rumah kaca juga menurun drastis. Jadi motor listrik ini keren," kata Darmawan saat kampanye motor listrik di Yogyakarta.

Apa yang dikatakan Darmawan bukan isapan jempol belaka. Tapi juga telah dibuktikan oleh seorang pengguna motor listrik bernama Mawski. Pemilik usaha Production House (PH) yang tinggal di Jakarta Timur ini mengaku telah menggunakan motor listrik sejak 1,5 tahun lalu, tepatnya mulai pertengahan 2021 lalu.

Pemuda 31 tahun ini mengaku mulai melirik motor listrik karena merasa kendaraan ramah lingkungan itu menarik, apalagi jika sebuah motor klasik disulap menjadi motor listrik futuristik. Karena itulah, Mawski pun mengkonversi Vespa Eleders PX 82 miliknya menjadi motor listrik yang futuristik.

Awal-awal menggunakan motor listrik, kata Mawski, banyak orang di jalan bahkan di sekitar tempat tinggalnya melirik kendaraannya. Bahkan tak sedikit saat jalan ke tempat kerja atau saat pulang kerja, ada orang mengikutinya di belakang demi untuk melihat motornya yang melaju tenang tanpa suara dan asap knalpot.

"Tahun lalu orang sering nanya dan liatin motor gue, sekarang udah gak sebanyak dulu karena mungkin orang udah pada aware dengan motor listrik," ujarnya kepada IDN Times, Senin (26/12/ 2022).

Selama menggunakan motor listrik, Mawski mengaku sudah jatuh cinta dan tak mau berbalik arah lagi menggunakan motor berbahan bakar bensin. Menurutnya, menggunakan motor listrik tidak hanya ramah lingkungan tapi juga sangat irit. Dia mengaku, selama 1,5 tahun menggunakan motor listrik, tak pernah repot-repot ke bengkel ganti oli atau mengeluarkan biaya lain-lain untuk perawatan.

"Hanya ganti kampas rem sekali doang itu," ujarnya.

Untuk urusan cas atau pengisian listrik, ternyata kata Mawski, sangat gampang. Dari pengalamannya, untuk cas motor listrik semudah seperti saat mengecas HP. Cas tidak harus dilakukan di Stasiun Penyedia Listrik Umum (SPLU), tapi juga bisa di rumah, di kantor atau bahkan di warung dengan membawa charger portable seperti yang pernah dialami Mawski.

"Ngecas motor bisa dimana aja, gue pernah ngecas motor di warung. Ya ngecasnya kayak HP aja, bisa ngecas dimana aja," ungkap Mawski yang mengaku saking mudahnya menggunakan motor listrik seperti menggunakan HP, sampai-sampai ia lupa bagaimana rasanya antre beli bensin di SPBU.

Memang, kata Mawski, banyak keuntungan menggunakan motor listrik. Hal pertama yang paling ia rasakan adalah gaya berkendaranya jadi berubah. Dengan menggunakan motor listrik, cara berkendaranya menjadi lebih tenang, tidak ugal-ugalan, dan lebih terencana. Dia menjelaskan, sebelum membawa motor listriknya ke aspal, dia harus planning dulu mau kemana, jarak berapa kilo, ngecas dimana dan lain-lain, sehingga perjalanan menjadi lebih terencana dan lancar.

Dampak positif lain yang juga dirasakan yakni hemat. Dengan menggunakan motor listrik hampir tiap hari pulang pergi ke tempat kerja dengan rata-rata jarak tempuh 15-20 kilometer selama sekitar 22 hari dalam sebulan, Mawski mengaku hanya menghabiskan Rp20.000 sebulan untuk biaya listrik.

"Menurut gue untuk masyarakat urban motor listrik itu lebih worth it. Gak capek antre di pom bensin, ramah lingkungan, mudah dicas, tinggal pakai kayak pakai HP, cas pakai, cas pakai gak mikirin maintenance-nya. Pakai motor listrik jauh lebih nyaman karena gak ada getaran, maindset-nya juga berubah jadi gak harus buru-buru kayak dulu. Menurut gue sih, lebih baik menggunakan motor listrik," ujarnya menutup pembicaraan.

Baca Juga: Beli Mobil Listrik Disubsidi Rp80 Juta, Motor Listrik Rp8 Juta!

Memasak tanpa was-was dan dapur selalu kinclong berkat kompor listrik

Melaju Tangguh Jadi Pemenang Lewati Pandemik Bersama Listrik PLNKompor listrik (IDN Times/Sunariyah)

Kemudahan hidup dengan menggunakan peralatan listrik juga telah dirasakan Hera. Hera merupakan seorang ibu rumah tangga yang sudah lima tahun menggunakan kompor listrik.

Bermula dari rasa takut menyalakan kompor gas akibat banyaknya pemberitaan soal kompor gas yang meledak, sang suami akhirnya membelikan Hera kompor gas agar dia bisa memasak dengan tenang tanpa disertai rasa was-was.

Awalnya, kata ibu tiga anak yang tinggal di Karawang, Jawa Barat ini, dia harus beradaptasi menggunakan kompor listrik. Sebab, kompor listrik berbeda dengan kompor gas. Apalagi saat dinyalakan, tidak ada api yang menyala-nyala sehingga tidak yakin makanan bisa matang.

"Awalnya saya sempat ragu, ah bisa gak sih masaknya kayak main rumah-rumahan, eh ternyata setelah dipakai enak, makanannya cepat matang," ujarnya kepada IDN Times, Rabu (28/12/2022).

Hera mengaku merasakan banyak manfaat menggunakan kompor listrik. Tidak hanya kompornya mudah dibersihkan dan dapur menjadi selalu kinclong, tapi juga penggunaannya sangat mudah dan simpel, dengan hanya menekan tombol yang ada.

Bahkan, lanjut Hera, kompor listrik miliknya memiliki fungsi berbeda-beda seperti untuk menggoreng, memanggang, bahkan untuk menghangatkan makanan, dan kompor akan mati otomatis bila masakan tersebut telah matang tanpa perlu khawatir jadi gosong.

"Pokoknya gak bikin bahaya, kalau sudah panas banget ada alarmnya bunyi, terus mati otomatis, gak bikin gosong," ucapnya.

Dengan kompor listrik, kata Hera, peralatan memasaknya juga selalu bersih tanpa gosong di bagian bawah. Satu hal lagi yang disyukuri Hera dengan memiliki kompor listrik, yakni dia tak perlu lagi merasa was-was gas akan meledak apalagi saat mencium ada bau gas keluar. Dia juga tak perlu repot-repot membeli gas dan buka tutup selang gas seperti saat masih menggunakan kompor gas.

Saking sudah keenakan menggunakna kompor listrik, Hera mengaku baru saja menambah membeli lagi 1 kompor listrik yang kecil untuk keperluannya di rumah.

Baca Juga: PLN Klaim Konversi ke Kompor Listrik Bisa Hemat APBN

https://www.youtube.com/embed/b1JQuXYZCLo

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya