Ogah Ekspor Bahan Mentah, Jokowi Tak Mau RI Cuma Jadi 'Tukang Gali'

Potensi alam Indonesia harus dioptimalkan dengan baik

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko “Jokowi” Widodo menginginkan adanya hilirisasi industri besar-besaran di Indonesia, khususnya di sektor tambang. Dengan besarnya potensi tambang yang dimiliki Indonesia, ia tidak ingin hasil bahan mentahnya di ekspor. 

"Kalau tambang ya kita jangan menjadi hanya tukang gali saja, anugerah yang diberikan Allah kepada kita betul-betul sangat luar biasa besarnya," kata Jokowi saat saat beri arahan pada peserta PPSA XXIII dan PPRA LXII Tahun 2021 Lemhanas RI, yang disiarkan langsung di kanal YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (13/10/2021).

Baca Juga: Bangun Smelter, Jokowi Ogah Jual Bahan Mentah Terus ke Luar Negeri

1. Jokowi ingin kebiasaan jadi ‘tukang gali’ dihilangkan dari RI

Ogah Ekspor Bahan Mentah, Jokowi Tak Mau RI Cuma Jadi 'Tukang Gali'Presiden Jokowi beri arahan pada peserta PPSA XXIII dan PPRA LXII Tahun 2021 Lemhanas RI . (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Mantan Wali Kota Solo ini tidak ingin Indonesia terus-menerus hanya menjadi 'tukang gali'. Dia ingin kebiasaan tersebut perlahan-lahan dihilangkan. 

"Kalau kita hanya tukang gali, kemudian kita kirim keluar, mereka buat smelter di sana, kemudian dijadikan barang setengah jadi atau barang jadi, kemudian kembali ke sini kita beli, inilah yang sedikit demi sedikit, setahap demi setahap, harus mulai kita hilangkan," tuturnya.

Baca Juga: Jokowi: Smelter Freeport di Gresik Terbesar di Dunia 

2. Jokowi sampaikan Indonesia tidak akan dapat nilai tambah jika hanya ekpor bahan mentah

Ogah Ekspor Bahan Mentah, Jokowi Tak Mau RI Cuma Jadi 'Tukang Gali'Presiden Jokowi beri arahan pada peserta PPSA XXIII dan PPRA LXII Tahun 2021 Lemhanas RI . (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menyebut Indonesia tidak akan mendapat nilai tambah jika hanya mengekspor bahan mentah. Padahal, pendapatan negara salah satunya dihasilkan dari sektor tersebut.

Ia mencontohkan potensi pemanfaatan nikel. Sumber daya tersebut dapat diolah menjadi katoda baterai stainless steel atau menjadi litium baterai untuk selanjutnya diintegrasikan dengan industri otomotif. Pemanfaatan itu membuka kesempatan bagi RI untuk mengembangkan industri mobil listrik dan menyumbangkan pendapatan dalam negeri.

"Jangan kehilangan kesempatan lagi kita, jangan ekspor lagi yang namanya nikel dalam bentuk raw material, bahan mentah, saya sudah sampaikan, stop ekspor bahan mentah. Kita paksa entah itu BUMN kita, swasta kita, atau investor untuk mendirikan industrinya di dalam negeri," terang Jokowi.

3. Jokowi sebut Indonesia sudah ambil alih kepemilikan sejumlah perusahaan asing di Tanah Air

Ogah Ekspor Bahan Mentah, Jokowi Tak Mau RI Cuma Jadi 'Tukang Gali'Presiden Jokowi beri arahan pada peserta PPSA XXIII dan PPRA LXII Tahun 2021 Lemhanas RI . (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Untuk memaksimalkan nilai tambah tersebut, lanjut Jokowi, pemerintah telah mengambil alih kepemilikan sejumlah perusahaan asing di Tanah Air. Freeport misalnya, selama 54 tahun dikelola oleh Freeport McMoRan, dua tahun lalu mayoritas sahamnya berhasil diambil alih pemerintah RI dari 9 persen menjadi mayoritas 51 persen.

Kemudian Blok Mahakam yang sudah 43 tahun dikelola oleh Total dari Perancis, diambil alih pemerintah dan 100 persen diberikan kepada Pertamina. Lalu, ada Blok Rokan yang sudah dikelola 97 tahun dikelola oleh Chevron, juga sudah 100 persen kita berikan kepada Pertamina.

Dengan langkah-langkah tersebut, Jokowi berharap tercipta hilirisasi industri sehingga pendapatan negara meningkat.

"Sekarang tinggal kita melihat, kita bisa tidak melanjutkan, meningkatkan produksi dari yang sudah kita ambil alih ini. Inilah yang masih menjadi pertanyaan," tambah Jokowi.

Baca Juga: Jokowi Ingkar Janji, Tax Amnesty Hingga Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya