Survei BPS: Penerima Kartu Prakerja Terbanyak Berstatus Pekerja

Kok bisa, Kartu Prakerja buat siapa sih?

Jakarta, IDN Times - Hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, mayoritas penerima program Kartu Prakerja adalah pekerja, yakni sebanyak 66,47 persen. Padahal pemerintah menargetkan program ini bagi pengangguran di Indonesia.

Program ini diluncurkan pemerintah sejak 11 April 2020, dengan bertujuan memberikan keterampilan yang bisa digunakan untuk kebutuhan industri maupun wirausaha. Sehingga pemerintah berharap program ini memberikan banyak manfaat kepada masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 76 Tahun 2020, yang bisa menjadi penerima Kartu Prakerja memang cukup luas. Pasal 3 Perpres 76/2020 mencatat dari mulai korban PHK, pencari kerja, pekerja atau buruh yang masih membutuhkan peningkatan kompetensi, mereka yang dirumahkan, pekerja bukan penerima upah, hingga Usaha Miro Kecil dan Menengah (UMKM).

Namun, karena pandemik COVID-19 yang berimbas pada sektor ketenagakerjaan, akhirnya pemerintah menjadikan program Kartu Prakerja menjadi semi bansos. Perubahan tersebut dijalankan melalui payung hukum Peraturan Menteri Perekonomian (Permenko) Nomor 11 Tahun 2020, tentang Pengembangan Kompetensi Kerja Melalui Program Kartu Prakerja yang Merupakan Amanah Dari Pelaksanaan Perpres Nomor 76 Tahun 2020.

Lalu, bagaimana penjelasan tentang penerima Kartu Prakerja yang tidak tepat sasaran?

Baca Juga: Cara Mudah Daftar Kartu Prakerja di Situs Prakerja.go.id

1. Jumlah penerima Kartu Prakerja mencapai 5,9 juta

Survei BPS: Penerima Kartu Prakerja Terbanyak Berstatus PekerjaIlustrasi Kartu Pra Kerja (IDN Times/Arief Rahmat)

Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso menjelaskan, sejak program Kartu Prakerja diluncurkan, pemerintah telah membuka 11 gelombang. Gelombang 1-3 yang dibuka pada 11-30 April 2020, menerima 680 ribu orang.

"Dibuka kembali gelombang 4-6 itu 8-31 Agustus 2020 dengan total 2,4 juta penerima. Hingga saat ini sampai gelombang 11, sudah ada 5,9 juta penerima," kata Susiwijono dalam webinar yang disiarkan di channel YouTube Perekonomian RI, Senin (23/11/2020).

Dengan demikian, kata dia, saat survei BPS ini berlangsung pada Agustus 2020, program Kartu Prakerja baru berjalan efektif dua bulan, dengan jumlah penerima yang belum mencapai 50 persen.

"Setelah tujuh bulan pelaksanaannya, pendaftar Kartu Prakerja telah mencapai 43 juta orang. Hampir 100 persen mendaftar melalui jalur pendaftaran mandiri di situs prakerja.go.id," jelas Susiwijono.

Susiwijono menerangkan, dari 43 juta pendaftar, yang telah lolos verifikasi sebanyak 19 juta orang. "Berarti hanya satu dari empat orang yang mendaftar mendapatkan Kartu Prakerja. Karena dari 19 juta yang mendapatkan hanya 5,9 juta," ucap dia.

2. Sebanyak 87 persen penerima Kartu Prakerja berpendidikan SMA ke atas, Jawa Barat jadi provinsi dengan penerima terbanyak

Survei BPS: Penerima Kartu Prakerja Terbanyak Berstatus PekerjaIlustrasi kartu Prakerja (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)

Susiwijono juga memaparkan, dari 5,9 juta penerima Kartu Prakerja, 87 persen di antaranya berpendidikan SMA ke atas. Lalu, 77 persen berusia 18-35 tahun, 81 persen belum pernah mengikuti pelatihan atau kurus sebelumnya, dan 88 persen mengatakan tidak bekerja.

"Sementara beberapa provinsi yang penerima terbanyak adalah Jawa Barat, Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah. Sedangkan yang paling sedikit adalah Papua Barat, Papua, Maluku Utara dan Kalimantan Utara," jelasnya.

Selain itu, Susiwijono memaparkan, sebanyak 5,4 juta peserta telah menyelesaikan pelatihan. Saat ini, terdapat 1.663 pelatihan dari 150 lembaga pelatihan.

"Dengan pelatihan yang paling diminati adalah penjualan dan pemasaran, gaya hidup, manajemen, makanan dan minuman, bahasa asing, keuangan, sosial dan perilaku," tutur dia.

3. Sebanyak 66,57 persen penerima Kartu Prakerja berstatus pekerja

Survei BPS: Penerima Kartu Prakerja Terbanyak Berstatus PekerjaTangkapan layar YouTube Perekonomian RI

Sementara, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto mengatakan, survei tersebut dilakukan pada Agustus 2020 dengan jumlah sampel sebanyak 300 ribu rumah tangga.

Menurut survei BPS tersebut, sebanyak 66,57 persen penerima Kartu Prakerja berstatus pekerja. Lalu, 22,24 persen berstatus pengangguran, sedangkan 11,29 persen bukan angkatan kerja.

Terkait penerima Kartu Prakerja terbanyak berstatus pekerja, Kecuk menjelaskan, meski berstatus pekerja namun penghasilan mereka tidak mencukupi. Di dalam kelompok pekerja ini, 62 persen adalah pekerja penuh dan sisanya 36 persen pekerja tidak penuh.

"Artinya, meskipun mereka bekerja tapi jumlah jam kerjanya kurang dari 35 jam. Sehingga mereka tergolong sebagai pekerja paruh waktu atau setengah pengangguran. Income mereka sangat terbatas. Karena itu, bisa dimaklumi meski status mereka pekerja mereka apply ke Kartu Prakerja," kata dia, dalam diskusi yang sama.

Sementara, berdasarkan kelompok usianya, sebanyak 62,08 persen berusia 25-59 tahun, 37,46 persen berusia 18-24 tahun, dan 0,46 persen 60 tahun.

"Untuk pendidikan, mayoritas penerima manfaat Kartu Prakerja ini SMA ke atas. Di sana bisa dilihat bahwa yang SMA yang ada 29 persen, SMK 24,83 persen, 30,26 persen universitas," jelas Kecuk.

4. Gaji penerima Kartu Prakerja yang berstatus pekerja rata-rata Rp1,3 juta

Survei BPS: Penerima Kartu Prakerja Terbanyak Berstatus PekerjaTangkapan layar program Kartu Prakerja (www.prakerja.go.id)

Sementara, Direktur Eksekutif Project Management Officer (PMO) Kartu Pra Kerja Denni Puspa Purbasari mengatakan, memang penerima Kartu Prakerja yang berstatus pekerja adalah pekerja paruh waktu, dan tidak full time.

Menurut Denni, pihaknya juga sudah melakukan survei daring kepada peserta Kartu Prakerja. Survei pertama dilakukan kepada 3,6 juta peserta, survei evaluasi kedua kepada hampir setengah juta peserta, survei evaluasi tiga kepada empat juta peserta.

Denni menjelaskan, rata-rata gaji penerima kartu Prakerja yang berstatus pekerja adalah Rp1,3 juta per bulan. Sehingga, persepsi mereka mengatakan bahwa mereka tidak bekerja. Survei yang dilakukan pihaknya berbeda dengan survei BPS dengan cara metodelogis.

"Jadi setiap kami mengatakan 88 persen penerima Kartu Prakerja tidak bekerja, itu dalam persepsi mereka. Karena pertanyaan kami kan lewat online. Sementara, BPS datang dan bisa menjelaskan, sehingga definisi yang sangat metodelogis bisa dijelaskan. Maka setiap orang memiliki persepsi lebih banyak nganggur atau bekerja," terang Denni.

Baca Juga: 3 Fakta Survei BPS Klaim Kartu Prakerja Bermanfaat Bagi Pekerja

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya