3 Hal Ini Bisa Jadi Penyebab Resesi di 2023

Kebijakan bank sentral hingga kondisi di China jadi sorotan

Jakarta, IDN Times - Perekonomian global telah mengalami tahun yang sulit, dengan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade. Itu telah menekan pengeluaran, dan mendorong bank sentral menaikkan suku bunga acuan yang belum pernah terjadi sebelumnya demi mengendalikan inflasi.

Apakah resesi global akan menjadi kenyataan? kemungkinannya tergantung pada tiga faktor. Berikut rinciannya!

Baca Juga: 5 Tips Atur Keuangan bagi Generasi Sandwich saat Hadapi Resesi

1. Bank sentral

3 Hal Ini Bisa Jadi Penyebab Resesi di 2023Gedung Federal Reserve System (The Fed) Amerika Serikat (federalreserve.gov)

Dilansir CNBC, bank sentral telah memperjelas bahwa mereka tidak berniat untuk segera menghentikan kenaikan suku bunga, bahkan jika mereka lebih nyaman dengan kenaikan yang lebih kecil.

Para bankir bank sentral beroperasi berdasarkan pertemuan demi pertemuan saat mereka mengurai data terbaru. Mereka telah menekankan bahwa mereka tidak tahu seberapa tinggi mereka perlu menaikkan suku bunga, atau berapa lama mereka harus mempertahankannya di sana, untuk mengembalikan inflasi mendekati 2 persen.

Jika harga-harga terus naik lebih dari yang mereka harapkan, bank sentral mungkin lebih agresif dari yang direncanakan, memberikan tekanan lebih lanjut pada ekonomi global.

"Kami pikir kami harus mempertahankan sikap kebijakan yang ketat untuk beberapa waktu," kata Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell setelah pertemuan bank sentral bulan Desember.

2. China

3 Hal Ini Bisa Jadi Penyebab Resesi di 2023Ilustrasi bendera China (unsplash.com/@facter)

Selama hampir tiga tahun, pemerintah China telah membatasi penyebaran COVID-19 menggunakan karantina terpusat, pengujian massal, dan pelacakan kontak yang ketat. Sekarang, setelah protes di seluruh negeri terhadap pembatasan ketat, tiba-tiba pemerintah China membatalkan langkah-langkah ini.

Pembukaan kembali ekonomi terbesar kedua di dunia yang akan segera terjadi dapat memacu pertumbuhan, tetapi juga membawa risiko.

"Keadaan China yang tertekan saat ini menunjukkan bahwa potensi untuk terangkat sangat besar," kata Kepala Penelitian Ekonomi dan Kebijakan di JPMorgan Chase, Bruce Kasman pada awal bulan ini.

"Namun, pengalaman baru-baru ini juga menunjukkan bahwa kemunduran yang signifikan biasanya terjadi ketika pembukaan terlalu dini dan sistem perawatan kesehatan kewalahan," sambungnya.

Gelombang infeksi virus Corona saat ini sedang melanda China. Tetapi sejauh ini, Beijing terus maju dengan rencana untuk melonggarkan aturannya. Baru-baru ini Beijing mengumumkan akan membatalkan persyaratan karantina untuk kedatangan internasional mulai awal Januari, sebagai langkah besar untuk membuka kembali perbatasannya.

Sementara itu, negara-negara lain, menerapkan pembatasan pada pelancong dari China, karena khawatir akan perkembangan varian baru.

Baca Juga: 5 Fakta Resesi Seks yang Menghantui Sejumlah Negara

3. Harga energi

3 Hal Ini Bisa Jadi Penyebab Resesi di 2023ilustrasi energi (IDN Times/Aditya Pratama)

Perang yang dilakukan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di Ukraina terus menambah ketidakpastian, terutama untuk negara-negara di Eropa, yang menyapih diri mereka dari energi Rusia, tetapi mereka masih bisa menghadapi kekurangan.

Sebuah laporan dari Badan Energi Internasional menemukan bahwa Eropa bisa menghadapi kekurangan gas alam pada tahun 2023 jika Rusia menghentikan semua ekspor gas ke wilayah tersebut dan cuaca berubah menjadi lebih dingin.

Ancaman lainnya adalah potensi lonjakan permintaan energi dari China saat ekonominya kembali meningkat.

Kata kepala ekonom di KPMG, Diane Swonk, mereka saling terkait. Salah satu alasan mengapa harga energi lebih rendah adalah karena China sedang sangat lemah.

Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengindikasikan putaran terbaru proyeksi ekonominya bisa saja memerlukan revisi jika kekurangan pasokan energi mendorong harga lebih tinggi lagi, atau jika pemerintah di Eropa perlu menerapkan penjatahan untuk menurunkan permintaan gas dan listrik pada musim dingin ini dan musim dingin berikutnya.

4. Seberapa besar kemungkinan resesi di dunia?

3 Hal Ini Bisa Jadi Penyebab Resesi di 2023Ilustrasi resesi ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Pusat Penelitian Ekonomi dan Bisnis, dunia menghadapi resesi pada tahun 2023 karena suku bunga yang lebih tinggi yang ditujukan untuk mengatasi inflasi. Ini menyebabkan sejumlah ekonomi mengalami kontraksi.

Dilansir Bloomberg, ekonomi global telah melampaui 100 triliun dolar AS untuk pertama kalinya pada tahun 2022, tetapi akan terhenti pada tahun 2023 karena para pembuat kebijakan melanjutkan perjuangan mereka melawan harga yang melonjak.

"Kemungkinan ekonomi dunia akan menghadapi resesi tahun depan sebagai akibat dari kenaikan suku bunga sebagai tanggapan terhadap inflasi yang lebih tinggi," kata Direktur dan Kepala Peramalan di CEBR, Kay Daniel Neufeld.

Laporan tersebut menambahkan bahwa pertempuran melawan inflasi belum dimenangkan. Pihaknya memperkirakan para bankir dari bank sentral akan tetap berpegang pada senjata mereka, yakni kebijakan suku bunga pada tahun 2023 meskipun ada biaya ekonomi. Biaya untuk menurunkan inflasi ke tingkat yang lebih nyaman adalah prospek pertumbuhan yang lebih buruk untuk beberapa tahun mendatang.

Temuan ini lebih pesimis daripada perkiraan terbaru dari IMF. Lembaga itu memperingatkan pada bulan Oktober bahwa lebih dari sepertiga ekonomi dunia akan berkontraksi dan ada 25 persen kemungkinan PDB global tumbuh kurang dari 2 persen pada tahun 2023, yang didefinisikan sebagai resesi global.

Baca Juga: Resesi 2023 Benar atau Tidak? Ini Outlook Ekonomi Tahun Depan

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya