Begini Kesiapan Industri Nikel Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik RI

Sudah beroperasi 36 smelter

Jakarta, IDN Times - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat total fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) yang telah beroperasi di Indonesia sebanyak 36 smelter. Nikel menjadi sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Indonesia.

Selanjutnya, ada 17 smelter dalam proses konstruksi, dan ada 7 dalam tahap studi kelayakan (feasibility study/FS). Lokasinya tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Banten, dan Kalimantan Selatan.

"Dan ini tentunya konsentrasi masih ada di Sulawesi dan Maluku. Itu memang banyak mineral nikel dan turunannya mungkin, yang akan kita bisa eksploitasi dalam konteks kemakmuran untuk nasional," kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Dirjen ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI, Kamis (8/6/2023).

Baca Juga: Deretan Perusahaan yang Kepincut Garap Industri Kendaraan Listrik RI

1. Hitung-hitungan kebutuhan bahan baku baterai kendaraan listrik

Begini Kesiapan Industri Nikel Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik RIilustrasi mobil listrik (Dok.Kemenko Perekonomian)

Dikatakan Taufiek, setidaknya dibutuhkan material nikel 0,77 kg, mangan 0,096 kg, kobalt 0,096 kg untuk daya baterai motor listrik 1,44 kWh dan mobil listrik 60 kWh.

"Baterai power per unit itu untuk electric vehicle 2 wheel itu sekitar 1,44 kilowatt hour, untuk electric vehicle 4 wheels sekitar 60 kilowatt hour, itu dibutuhkan masing-masing untuk per kWh untuk nikel sekitar 0,7 kg, mangan sekitar 0,096 kg, cobalt 0,096 kg," tuturnya.

Kabar baiknya, mayoritas bahan baku baterai tersedia di Indonesia, yaitu 93 persen. Sedangkan 7 persennya adalah litium yang perlu impor.

"Jadi di sini kita harus membalikkan situasi. Artinya kita harus bangun di dalam negeri untuk penguatan kemampuan dalam negerinya karena kita punya bahan baku itu semua," jelasnya.

Baca Juga: Laku Keras, Ini 5 Kelebihan Pakai Kendaraan Listrik! 

2. Kebutuhan nikel di tahun 2035 mencapai 59.506 ton

Begini Kesiapan Industri Nikel Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik RIProduksi nikel PT Aneka Tambang Tbk (Antam). (dok. Antam)

Dia mengatakan, pihaknya sudah punya hitungan berapa banyak nikel yang dibutuhkan untuk baterai kendaraan listrik, yaitu 25.133 ton di 2025, 37.699 ton di 2030, dan 59.506 ton di 2035.

"Dan itu dengan kapasitas nasional sebetulnya sudah mampu untuk disuplai. Ini yang perlu kita perkuat lagi untuk investasi di pabrik baterai yang nanti bisa mendukung ekosistem kita," ujar dia.

Baca Juga: BPKP Bakal Audit 2 Surveyor Nikel yang Terendus Curang

3. Hilirisasi nikel masih perlu ditingkatkan untuk mendukung kendaraan listrik

Begini Kesiapan Industri Nikel Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik RIANTARAFOTO/Jojojn

Pemerintah pun memandang pentingnya peningkatan hilirisasi nikel untuk mendukung pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Salah satunya dengan pengembangan industri smelter hidrometalurgi nikel.

Saat ini baru ada 3 smelter hidrometalurgi yang beroperasi di Indonesia, dan 1 dalam tahap studi kelayakan.

"Dan inilah sebetulnya kapasitas nasional sekitar 950 ribu ton yang bisa dimanfaatkan untuk -paling tidak setelah pabrik baterai kita cukup kuat- ini bisa mensuplai daripada bahan baku nasional ke dalam ekosistem electric vehicle di dalam negeri," tambahnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya