Beras Impor 500 Ribu Ton Masuk RI Seluruhnya Awal 2023
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) mengatakan beras impor 200 ribu ton akan tiba pada bulan ini. Sedangkan sisanya 300 ribu ton diperkirakan akan tiba pada Januari atau Februari 2023.
"Yang jelas Desember ini 200 (ribu ton), selebihnya yang 300 itu tahun depan, artinya Januari-Februari," kata Buwas ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta Pusat, Jumat (9/12/2022).
1. Beras impor disimpan sebagai cadangan pemerintah
Buwas menjelaskan bahwa beras yang diimpor oleh Indonesia berasal dari berbagai negara penghasil beras. Setibanya di Indonesia, beras tersebut tidak akan langsung dijual ke pasaran melainkan disimpan di gudang Bulog sebagai cadangan beras pemerintah (CBP).
Cadangan beras pemerintah adalah persediaan beras yang dikuasai dan dikelola oleh pemerintah melalui Perum Bulog, berasal dari pengadaan dalam negeri maupun luar negeri, dengan arah penggunaan untuk menjaga stabilitas harga beras.
"Itu (beras yang diimpor) bukan dijual, itu untuk cadangan beras pemerintah. Jadi bukan jualan itu," ujarnya.
Baca Juga: Stok Melimpah, Bulog Bima akan Kirim Dua Ribu Ton Beras ke Bengkulu
2. Dipastikan tidak ada kelangkaan beras di akhir tahun
Buwas memastikan bahwa pada akhir tahun ini tidak akan ada kelangkaan beras. Sebab, pasokan beras dalam jumlah yang cukup. Hanya saja memang ada kekurangan dari sisi cadangan beras pemerintah.
"Oh gak lah, gak (ada kelangkaan) karena secara hitungannya cukup, hanya persoalannya untuk CBP-nya yang bermasalah makanya kita datangkan untuk CBP," tambah dia.
Baca Juga: Mentan Ogah Komentar soal Impor Beras 200 Ribu Ton
3. Impor beras dihentikan jika panen raya terjadi lebih cepat
Pemerintah sendiri memprediksi panen raya beras baru terjadi bulan Maret 2023. Jika panen raya terjadi lebih cepat atau di bulan Februari maka rencana impor beras kembali di awal tahun akan dihentikan.
"Pasti (distop). Karena kebutuhan impor, kebutuhan apapun itu kan dinamis. Sangat tergantung. Tiba-tiba panen melimpah, ya stop. Tiba-tiba kita packelik, kena La Nina, ya harus impor, kalau enggak harganya begini. Jangan dikotomikan impor, tidak impor," kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso kepada awak media di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (6/12/2022).