Derita Nelayan Susah Beli Solar Subsidi, Bayar Mahal di Pengecer

Hanya ada 388 SPBU nelayan dari total 11 ribu desa pesisir

Jakarta, IDN Times - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM), Teten Masduki, mengungkapkan ketersediaan SPBU nelayan saat ini sangat sedikit. Bahkan jumlahnya sangat jomplang dibandingkan jumlah desa nelayan yang ada di seluruh Indonesia.

"Saat ini ada 11 ribu lebih desa nelayan, desa pesisir tapi hanya ada 388 SPBU nelayan," katanya dalam konferensi pers di Kantor Kemenkop UKM, Jakarta, Senin (26/12/2022).

1. Nelayan terpaksa beli solar seharga Rp12 ribu

Derita Nelayan Susah Beli Solar Subsidi, Bayar Mahal di Pengecerilustrasi BBM (IDN Times/Aditya Pratama)

Selama ini, dijelaskan Teten, akses nelayan untuk mendapatkan solar subsidi tidak mudah. Mereka harus beli di para pengecer dengan harga yang jauh lebih mahal dibanding aslinya.

Harga solar di SPBU, sebagaimana yang ditetapkan oleh pemerintah adalah Rp6.800 per liter. Di pengecer, harganya nyaris dua kali lipat.

"Mereka sudah membeli solar di atas harga pasar, antara Rp10 ribu sampai Rp12 ribu. Jadi, ini juga satu tonggak yang sangat penting dan ingin kami fokuskan karena akan mengubah tingkat kesejahteraan para nelayan," ujarnya.

Baca Juga: PGN Optimalisasi Gas Bumi untuk Transportasi Darat dan Kapal Nelayan

2. Pemerintah mau tambah SPBN di 250 lokasi

Derita Nelayan Susah Beli Solar Subsidi, Bayar Mahal di Pengecerilustrasi BBM (IDN Times/Aditya Pratama)

Pemerintah berjanji akan terus menambah jumlah SPBU nelayan atau SPBN agar para nelayan mendapatkan akses solar subsidi yang harganya terjangkau, ketimbang membelinya di pengecer.

"Kami akan kerja sama dengan Kementerian BUMN, LPDB, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian ATR/BPN, dan pemerintah, yang pada 2023 pembangunan SPBN untuk koperasi nelayan akan diperbanyak dengan target 250 lokasi atau koperasi. Ini cukup besar," ujar Teten.

3. Biaya produksi nelayan bakal turun menjadi 30 persen

Derita Nelayan Susah Beli Solar Subsidi, Bayar Mahal di PengecerIlustrasi. Nelayan di Kabupaten Tangerang terdampak wabah COVID-19 (ANTARA FOTO/Fauzan)

Teten menyebut saat ini 60 persen biaya produksi para nelayan dihabiskan untuk membeli bahan bakar. Harapannya, dengan semakin banyak jumlah SPBU nelayan, biaya produksi tersebut bisa turun ke 30 persen sehingga diharapkan lebih dapat memberikan kesejahteraan bagi nelayan.

Kemenkop UKM menggandeng Kementerian BUMN agar para nelayan bisa mendapatkan akses solar subsidi yang lebih mudah.

"Nanti, dengan program setiap koperasi nelayan memiliki SPBU yang mendekati kepada desa-desa nelayan tadi. Ini akan memudahkan masyarakat nelayan untuk mengakses pembiayaan. Nah, jadi ini nanti bisa memotong biaya produksi nelayan hingga 30 persen dengan mereka bisa membeli harga SPBU," ujar Teten.

Baca Juga: Cerita Nelayan di Lombok, Niat Menangkap Ikan Malah Dapat Sampah 

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya