Gelembung Startup di Ujung Tanduk, Bakal Pecah dalam 2 Tahun ke Depan

Startup yang melakukan PHK diperkirakan akan semakin banyak

Jakarta, IDN Times - Gelembung startup (perusahaan rintisan) diperkirakan akan benar-benar pecah dalam 1-2 tahun ke depan, atau disebut bubble burst. Dinilai, pemutusan hubungan kerja (PHK) massal yang terjadi di startup pendidikan Zenius dan fintech LinkAja sekadar baru permulaan.

"Akan bocor yang lebih luas, dan mungkin pecah hingga di 1-2 tahun ke depan," kata Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi kepada IDN Times, Kamis (26/5/2022).

Dia menilai fenomena startup yang mulai melakukan PHK kepada karyawannya akan semakin meluas. Sementara yang sekarang terjadi baru sebuah gelembung yang mulai bocor.

"Kalau saya melihat ini bukan pecahnya gelembung, tapi gelembung mulai bocor," ujarnya.

Baca Juga: Tentang Bubble Burst, di Balik Fenomena PHK Massal Karyawan Startup

1. Startup jor-joran bakar uang demi memenangkan kompetisi

Gelembung Startup di Ujung Tanduk, Bakal Pecah dalam 2 Tahun ke DepanIlustrasi Startup (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia menjelaskan, selain yang tumbuh karena pandemik COVID-19, juga banyak startup yang berguguran karena pandemik itu sendiri, ditambah persaingan yang ketat.

Heru melihat bahwa untuk meraih pengguna, startup rata-rata harus bakar uang. Sementara belakangan ini perusahaan rintisan semakin sulit mendapatkan pendanaan.

"Pendanaan kian ke sini juga kian sulit, apalagi untuk layanan yang sudah melewati fase pertumbuhannya seperti e-commerce, pembayaran digital, travel dan edukasi, digantikan dengan arah baru startup yang mengusung kecerdasan buatan, big data analytic, internet of things, maupun metaverse," ujarnya.

2. Startup yang kalah bersaing mau tak mau melakukan PHK

Gelembung Startup di Ujung Tanduk, Bakal Pecah dalam 2 Tahun ke DepanIlustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Saat ini, dijelaskannya memang banyak startup yang sudah membukukan keuntungan konsisten. Akan tetapi memang perjalanannya masih berat karena ada pengembalian pendanaan investor. 

Heru mencontohkan GoTo Group yang secara perusahaan sudah untung dengan konsisten, kemudian juga beberapa perusahaan e-commerce lain seperti Bukalapak yang secara grup juga sudah untung meski Bukalapak-nya masih berjuang.

Sementara untuk LinkAja dan Jenius cukup berat untuk berkompetisi dengan pemain utama yang sudah lebih dulu berkiprah di industri sejenis.

"Sehingga reorganisasi jadi pilihan dan salah satu solusi," tuturnya.

3. Tak banyak startup yang akan bertahan di masing-masing sektor

Gelembung Startup di Ujung Tanduk, Bakal Pecah dalam 2 Tahun ke DepanIlustrasi Startup (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia menilai nantinya, masing masing layanan paling tidak hanya akan ada 3-4 pemain utama. Transportasi online misalnya, hanya Gojek dan Grab yang kemungkinan akan bertahan. 

Sementara di layanan pembayaran digital, ada Gopay, OVO, ShopeePay yang sedang merangsek masuk. Begitu juga e-commerce hanya akan menyisakan beberapa pemain. 

"Pemain baru di bidang yang sama akan berat kecuali keuangannya kuat atau ada solusi layanan baru yang berbeda," kata Heru.

4. Target pemerintah cetak lebih banyak unicorn makin berat

Gelembung Startup di Ujung Tanduk, Bakal Pecah dalam 2 Tahun ke DepanIlustrasi Startup (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia berpendapat target pemerintah semakin sulit tercapai untuk Indonesia melahirkan lebih banyak unicorn, yakni perusahaan rintisan dengan nilai kapitalisasi lebih dari US$1 miliar.

Menurutnya produk startup yang tidak diminati masyarakat, dan masyarakat menjadi bagian dari mitra yang kuat, pasti akan rontok.

"Sehingga target 25 unicorn dari pemerintah sudah tidak mudah lagi," tambahnya.

Baca Juga: Setelah Startup Zenius, Kini LinkAja PHK Karyawan  

Topik:

  • Rendra Saputra

Berita Terkini Lainnya