[KALEIDOSKOP 2022] Bubble Burst, PHK Startup, Diramal Masih Berlanjut

Bagaimana semua itu terjadi sepanjang tahun ini?

Jakarta, IDN Times - Perusahaan teknologi rintisan atau kerap disebut startup bertumbangan pada 2022 ini. Banyaknya startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dikaitkan dengan fenomena ledakan gelembung atau bubble burst. Bagaimana semua itu terjadi?

Kondisi tersebut tidak terlepas dari keadaan ekonomi makro dunia yang memburuk. Hal itu telah menyebabkan jatuhnya investasi modal ventura (VC), memaksa banyak perusahaan teknologi harus merevisi rencana pertumbuhan mereka.

Dilansir fDi Intelligence, antara Juli dan September 2022, nilai pendanaan VC global mencapai 82,2 miliar miliar dolar AS. Angka tersebut turun sepertiga dari kuartal sebelumnya, menurut data Crunchbase.

Mencengangkannya lagi, angka di tak sampai setengahnya dari rekor 184,8 miliar dolar AS yang dikucurkan ke perusahaan rintisan secara global selama kuartal keempat tahun 2021.

Baca Juga: Daftar Startup yang Terkena Badai PHK, Terus Bertambah!

1. PHK massal melanda startup di seluruh dunia

[KALEIDOSKOP 2022] Bubble Burst, PHK Startup, Diramal Masih Berlanjutilustrasi PHK (IDN Times/Aditya Pratama)

Bukan cuma terjadi di Indonesia, PHK massal di perusahaan rintisan terjadi dalam skala global. Nah, PHK di perusahaan teknologi secara efektif mencerminkan investasi modal ventura.

Menurut situs pelacakan Layoffs.fyi, lebih dari 400 perusahaan teknologi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan total 35.199 pekerja pada kuartal ketiga 2022. Angka ini lebih dari sepuluh kali lipat jumlah PHK yang terlacak saat pendanaan VC melimpah pada kuartal keempat 2021.

Startup biasanya secara agresif menggunakan pendanaan modal ventura untuk berkembang dengan segala cara, dengan harapan dapat mendisrupsi industri dan menjadi menguntungkan di masa depan. Proses ini seringkali melibatkan rekrutmen karyawan baru untuk mengejar pertumbuhan dan menghadapi kompetitor.

2. PHK startup di Indonesia merebak sejak Mei

[KALEIDOSKOP 2022] Bubble Burst, PHK Startup, Diramal Masih BerlanjutLogo startup Zenius (Dok. Zenius)

Startup pendidikan Zenius mengumumkan telah memberhentikan ratusan karyawan. Hal itu dilakukan Zenius dengan alasan agar mampu bertahan di tengah kondisi dan situasi yang terjadi.

"Setelah melalui evaluasi dan review peninjauan ulang komprehensif, Zenius mengumumkan bahwa lebih dari 200 dari karyawan harus meninggalkan Zenius," tulis Zenius dalam keterangan resmi yang diperoleh IDN Times pada 25 Mei 2022.

Kabar PHK kemudian datang dari LinkAja yang merupakan platform pembayaran digital milik PT Fintek Karya Nusantara (Finarya). Finarya merupakan anak usaha dari 10 perusahaan milik negara.

Head of Corporate Secretary Group LinkAja, Reka Sadewo, pun tak menampik kabar PHK karyawan tersebut.

"Penyesuaian yang dilakukan tentunya telah mempertimbangkan dengan matang kepentingan seluruh stakeholder perusahaan, termasuk para karyawan," kata Reka dalam pernyataannya kepada IDN Times pada 26 Mei 2022.

JD.ID ikut bergabung ke dalam kelompok startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawan. Itu dilakukan agar JD.ID dapat terus beradaptasi dan selaras dengan dinamika pasar serta tren industri di Indonesia.

Director of General Management JD.ID, Jenie Simon, mengatakan upaya improvisasi yang JD.ID tempuh antara lain dengan melakukan peninjauan, penyesuaian, hingga inovasi atas strategi bisnis dan usaha.

"Lebih lanjut, JD.ID juga melakukan pengambilan keputusan seperti tindakan restrukturisasi, yang mana di dalamnya terdapat juga pengurangan jumlah karyawan," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima IDN Times pada 27 Mei 2022.

Kemudian, startup teknologi pendidikan (edutech), PT Pahami Cipta Edukasi (Pahamify) melakukan PHK kepada beberapa karyawannya, menambah deret perusahaan rintisan yang telah melakukan pemutusan hubungan kerja.

CEO Pahamify, Syarif Rousyan Fikri menjelaskan, pihaknya melakukan pemutusan hubungan kerja setelah mengevaluasi bisnis perusahaan. Pihaknya telah memutuskan untuk mengoptimalkan proses bisnis yang mengharuskannya berpisah dengan beberapa karyawan.

"Kami mematuhi peraturan Indonesia dalam hal hak dan kewajiban karyawan kami," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima IDN Times 5 Juni 2022.

Baca Juga: Tentang Bubble Burst, di Balik Fenomena PHK Massal Karyawan Startup

3. PHK di perusahaan teknologi berlanjut hingga pengujung tahun

[KALEIDOSKOP 2022] Bubble Burst, PHK Startup, Diramal Masih BerlanjutPT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) resmi IPO di BEI pada Senin (11/4/2022). (dok. GoTo)

Shopee, startup yang berada di bawah naungan Sea Group juga dan beroperasi di beberapa negara juga tidak terlepas dari badai PHK. Sea Ltd yang berbasis di Singapura telah melakukan PHK kepada lebih dari 7 ribu karyawan atau sekitar 10 persen dari tenaga kerjanya. PHK tersebut terjadi selama enam bulan terakhir.

Untuk Shopee Indonesia, PHK dilakukan dalam beberapa waktu berjalan. Dilaporkan Reuters, pada September lalu Sea bersiap untuk memberhentikan 3 persen karyawan di cabang e-commerce Shopee di Indonesia.

Sejauh ini setidaknya, sudah tiga kali gelombang PHK terjadi di Shopee Indonesia. Itu menjadi bagian dari gelombang PHK regional yang lebih luas untuk menekan kerugian yang membengkak.

Startup berstatus decacorn, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) bahkan tak luput dari PHK massal. GOTO melakukan PHK terhadap 1.300 orang karyawannya, atau sebesar 12 persen dari total tenaga kerja.

Pengumuman PHK tersebut disampaikan dalam townhall yang berlangsung pada Jumat (18/11/2022) dan dibacakan langsung oleh oleh CEO Grup GoTo Andre Soelistyo.

Karyawan yang terkena PHK memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan di tiap negara di mana GoTo beroperasi. Selain itu, ada pula tambahan satu bulan gaji, serta kompensasi pengganti periode pemberitahuan (notice in-lieu).

Terpaan badai PHK juga merembet ke Ruangguru yang mengumumkan PHK terhadap ratusan karyawannya pada Jumat (18/11/2022). Manajemen startup edukasi mengaku keputusan sulit ini diambil karena situasi pasar global yang memburuk secara drastis.

Para karyawan mendapatkan pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan penggantian hak (jika masih ada sisa cuti), sesuai UU yang dibayarkan penuh tanpa potongan dan gaji bulan terakhir bekerja dibayarkan penuh.

"Kami pun juga memperpanjang asuransi bagi yang terdampak," tulis Tim Corporate Communications Ruangguru dalam pernyataan resminya.

Selanjutnya fintech berstatus unicorn, Ajaib melakukan PHK terhadap 67 orang karyawannya. Hal tersebut disampaikan Manajemen Ajaib dalam pernyataan resmi yang diterima IDN Times, Selasa (29/11/2022).

"Untuk memastikan kesiapan perusahaan menghadapi kondisi makroekonomi yang tidak menentu, kami terpaksa melakukan perampingan karyawan yang berdampak ke 67 karyawan," kata Manajemen Ajaib.

Ajaib mengatakan karyawan yang terdampak akan mendapat kompensasi sesuai aturan perundang-undangan, serta tambahan bonus pesangon sebesar satu bulan untuk setiap tahun masa kerja.

Sayurbox turut melakukan pemutusan hubungan kerja kepada 5 persen pegawainya per Selasa (6/12/2022). Sayurbox menyatakan PHK dilakukan demi mempertahankan keberlanjutan bisnis perusahaan.

Manajemen Sayurbox pun menyampaikan permohonan maaf kepada pegawai yang terdampak PHK. Co-Founder and Chief Executive Officer Sayurbox, Amanda Susanti membeberkan, PHK juga dilakukan demi menjaga kinerja perusahaan agar lebih tangkas atau agile.

Sayurbox memastikan pegawai yang terdampak PHK akan memperoleh paket kompensasi sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Sayurbox juga memberikan program pendampingan untuk pegawai yang terdampak PHK agar bisa mendapatkan kesempatan dalam mencari pekerjaan baru.

Baca Juga: Dear Founder Startup, Ini Tips dari Pandu Sjahrir Hadapi Bubble Burst

4. Raksasa teknologi dunia juga lakukan PHK massal

[KALEIDOSKOP 2022] Bubble Burst, PHK Startup, Diramal Masih BerlanjutPetaPixel

Meta Platforms Inc memberhentikan 11 ribu karyawannya atau sekitar 13 persen dari total seluruh karyawan. CEO Meta, Mark Zuckerberg yang mengumumkan langsung soal PHK ini pada Rabu (9/11/2022) kemarin. PHK massal di Meta ini terjadi pertama kali sejak Meta didirikan.

“Penurunan ekonomi makro, meningkatnya persaingan dan hilangnya iklan telah menyebabkan pendapatan kami jauh lebih rendah dari yang kami harapkan. Saya salah dan saya bertanggung jawab untuk itu,” kata Zuckerberg dilansir dari CNBC, Kamis (10/11/2022).

CEO Twitter Elon Musk mengumumkan PHK terhadap setengah dari total karyawannya yang berjumlah 7.500 orang. Musk menyebut PHK besar-besaran itu dilakukan karena perusahaan rugi sebesar 4 juta dolar AS per harinya.

“Setiap orang yang keluar diberi penawaran tiga bulan pesangon, yang 50 persen lebih banyak dari yang diwajibkan secara hukum,” kata Musk.

Microsoft Corp juga disebut melakukan PHK kepada hampir 1.000 karyawannya secara global pada Oktober 2022 kemarin. Karyawan yang terkena PHK juga termasuk karyawan di divisi Xbox dan Edge. Secara keseluruhan, Microsoft memiliki 221 ribu karyawan di seluruh dunia.

5. Startup bubble kemungkinan akan berlanjut

[KALEIDOSKOP 2022] Bubble Burst, PHK Startup, Diramal Masih BerlanjutIlustrasi bubble burst (Vecteezy.com)

Gelembung pada industri teknologi diperkirakan akan benar-benar pecah dalam 1-2 tahun ke depan. Dinilai, PHK massal yang terjadi saat ini baru sekedar permulaan.

"Akan bocor yang lebih luas, dan mungkin pecah hingga di 1-2 tahun ke depan," kata Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi kepada IDN Times pada 26 Mei 2022 lalu.

Dia menilai fenomena startup yang mulai melakukan PHK kepada karyawannya akan semakin meluas. Sementara yang sekarang terjadi baru sebuah gelembung yang mulai bocor.

"Kalau saya melihat ini bukan pecahnya gelembung, tapi gelembung mulai bocor," ujarnya.

Dia menjelaskan, selain yang tumbuh karena pandemik COVID-19, juga banyak startup yang berguguran karena pandemik itu sendiri, ditambah persaingan yang ketat. Heru melihat bahwa untuk meraih pengguna, startup rata-rata harus bakar uang. Sementara belakangan ini perusahaan rintisan semakin sulit mendapatkan pendanaan.

"Pendanaan kian ke sini juga kian sulit, apalagi untuk layanan yang sudah melewati fase pertumbuhannya seperti e-commerce, pembayaran digital, travel dan edukasi, digantikan dengan arah baru startup yang mengusung kecerdasan buatan, big data analytic, internet of things, maupun metaverse," ujarnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya