Masih Tekor di 2021, GoTo Pakai Strategi Ini buat Serok Cuan

GoTo bakal percepat capai profitabilitas

Jakarta, IDN Times - PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) masih mencatatkan kerugian sepanjang 2021. Rugi bersih perseroan mengalami peningkatan pada 2021, yakni sebesar Rp1,96 triliun menjadi Rp6,6 triliun.

Rugi bersih meningkat dari Rp1,96 triliun menjadi Rp6,6 triliun karena laporan keuangan GoTo dan anak perusahaannya disajikan tanpa Tokopedia. Itu karena penggabungan Gojek dan Tokopedia selesai dilakukan Mei 2021.

Mengutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), rugi diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat mencapai Rp21,39 triliun atau naik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp14,2 triliun.

Baca Juga: Kerugian GoTo Naik Jadi Rp6,6 Triliun, Apa Penyebabnya?

1. GoTo fokus mendorong pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan

Masih Tekor di 2021, GoTo Pakai Strategi Ini buat Serok CuanTwitter @gojekindonesia

CEO Grup GoTo, Andre Soelistyo memaparkan beberapa strategi yang dilakukan GoTo untuk mengejar profitabilitas di kemudian hari, yang pertama adalah fokus mendorong pertumbuhan yang berkualitas dan berkelanjutan. Hal itu untuk mempercepat langkah menuju profitabilitas.

"Untuk mencapai profitabilitas, kami menyadari bahwa aktivitas operasional perusahaan harus berjalan dengan efisien, khususnya dengan peningkatan monetisasi sebagai sumber pendapatan, serta penurunan biaya operasional," katanya dalam public expose, Jumat (10/6/2022).

Selain itu, setiap inisiatif yang GoTo jalankan untuk membuat bisnisnya lebih efisien akan terus mendekatkan perusahaan kepada profitabilitas.

"Dengan menggabungkan ketiga platform kami, on-demand, e-commerce, dan fintech, ekosistem kami memiliki nilai tambah bagi para mitra dan konsumen kami. Untuk itu, kami memanfaatkan seluruh keunggulan ekosistem kami yang unik dan tidak dimiliki oleh perusahaan-perusahaan serupa, agar kami dapat mempercepat tercapainya profitabilitas," jelas Andre.

Baca Juga: Ganti Peran Jadi Anggota Dewan Komisaris GoTo, Ini Tugas Kevin Aluwi

2. Kinerja GoTo hingga kuartal I-2022 alami perbaikan

Masih Tekor di 2021, GoTo Pakai Strategi Ini buat Serok CuanIDN Times/Reynaldy Wiranata

Andre menjelaskan strategi yang telah pihaknya implementasikan sampai saat ini telah membawa hasil yang sangat baik bagi ketiga lini bisnis perusahaan.

Pada kuartal I-2022, keseluruhan nilai transaksi bruto atau GTV tumbuh 46 persen secara year on year menjadi Rp140 triliun. Jumlah pesanan konsumen di dalam ekosistem GoTo juga tumbuh signifikan, yaitu sebesar 41 persen year on year (yoy), atau lebih dari 650 juta pesanan.

"Fokus kami pada monetisasi telah menghasilkan peningkatan pendapatan bruto sebesar 53 persen year on year menjadi Rp5 Triliun. Pertumbuhan pendapatan kami lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan GTV kami," tuturnya.

Berbagai pencapaian tersebut menurutnya sangat sejalan dengan prioritas pertumbuhan GoTo, di mana pihaknya ingin GoTo semakin dipercaya oleh semua pihak, serta menjadi andalan bagi banyak orang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di saat yang sama, pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari nilai transaksi ini juga menunjukkan bisnis perusahaan terus bertumbuh baik secara operasional maupun finansial sehingga memperkuat jalan GoTo mencapai profitabilitas.

"Bahwa di kuartal pertama 2022, jumlah pelanggan unik yang bertransaksi dalam 12 bulan terakhir meningkat 29 persen year on year menjadi 65 juta orang. Jumlah ini bukan sekedar menghitung semua orang yang membuka aplikasi ini saja, tetapi hanya menghitung mereka yang betul-betul bertransaksi di dalam ekosistem kami," tambahnya.

3. Rugi bersih GoTo di 2021 disebabkan lonjakan beban perusahaan

Masih Tekor di 2021, GoTo Pakai Strategi Ini buat Serok CuanPT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) resmi IPO di BEI pada Senin (11/4/2022). (dok. GoTo)

Peningkatan rugi bersih GoTo juga disebabkan oleh lonjakan beban yang terdiri atas beban pokok pendapatan sebesar Rp3,7 triliun dari sebelumnya hanya Rp2,4 triliun. Beban penjualan dan pemasaran juga turut melonjak menjadi Rp8,9 triliun dibanding sebelumnya yang cuma Rp2,5 triliun.

Tak hanya itu, beban umum administrasi juga mengalami peningkatan dari sebelumnya Rp3,9 triliun menjadi Rp7,7 triliun. Pun halnya dengan beban pengembangan produk yang naik menjadi Rp2,4 triliun dari sebelumnya Rp2,03 triliun.

Kemudian, beban penyusutan dan amortisasi juga naik dari Rp1,2 triliun pada 2020 menjadi Rp2,4 triliun tahun lalu. Sementara beban operasional dan pendukung naik menjadi Rp1,5 triliun dari sebelumnya Rp1,3 triliun (2020).

Baca Juga: GoTo Dirombak, Bos Gojek Kevin Aluwi Bakal Jadi Komisaris

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya