Masyarakat Mengeluh Harga Tepung Terigu Meroket

Harga tepung terigu naik sejak perang Rusia dan Ukraina

Jakarta, IDN Times - Masyarakat mengeluhkan naiknya harga tepung terigu di pasaran. Meroketnya harga tepung terigu disebabkan terganggunya pasokan gandum akibat perang Rusia dan Ukraina, ditambah India memutuskan untuk melarang ekspor gandum.

Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri, mengatakan harga tepung terigu naik cukup tinggi.

"Memang (tepung terigu) harganya ada kenaikan yang cukup lah, cukup besar. Sebenarnya ini sudah terjadi sejak beberapa saat yang lalu setelah isu bahwa Ukraina tidak menyetok lagi itu kan. Nah, sekarang apalagi ada isu India menyetop (ekspor) juga sehingga relatif lebih tinggi harga terigu," katanya kepada IDN Times, Senin (23/5/2022).

Baca Juga: Dampak Perang Rusia-Ukraina, India Larang Ekspor Gandum

1. Harga tepung terigu naik Rp3 ribu sejak perang Rusia dan Ukraina

Masyarakat Mengeluh Harga Tepung Terigu MeroketIlustrasi pasar tradisional. (ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/aww)

Abdullah mengatakan harga tepung terigu eceran mengalami kenaikan dari Rp7 ribuan menjadi Rp9 ribuan. Sedangkan harga tepung terigu kemasan naik dari Rp9 ribu ke Rp 12-13 ribu.

"Ini kurang lebih sekitar 3 bulan yang lalu. Memang kenaikannya agak bertahap. Tapi untuk hari ini memang kenaikannya cukup tinggi ya, seminggu inilah kenaikannya sekitar Rp1.000-an lah kalau nggak salah," ujarnya.

Baca Juga: Duh, Perang Rusia-Ukraina Diprediksi Ganggu Impor Gandum ke RI! 

2. Pembeli mengeluhkan harga tepung terigu semakin mahal

Masyarakat Mengeluh Harga Tepung Terigu MeroketIlustrasi toko sembako (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Dijelaskan Abdullah, kenaikan harga tepung terigu membuat para membeli mengeluh. Sementara pedagang tak bisa berbuat banyak karena tidak sanggup membendung kenaikan harga.

"Otomatis ini keluhan ini memang sudah sejak 3 bulan yang lalu karena kami juga sudah nggak bisa menekan (harga) lagi kan, kami juga sudah nggak bisa mengambil keuntungan banyak juga, yang penting jalan gitu, dan itu rata-rata menaikkan harga jualannya biasanya," kata dia.

Lanjut dia, mayoritas pembeli tepung terigu di pasar adalah industri rumahan dan pedagang makanan skala kecil. Sedangkan ibu-ibu jumlahnya tidak terlalu banyak.

3. Pelanggan rumah tangga mengurangi pembelian tepung terigu

Masyarakat Mengeluh Harga Tepung Terigu MeroketPedagang sembako di Pusat Pasar Medan (IDN Times/Yurika Febrianti)

Abdullah menerangkan bahwa pelanggan rumah tangga mengurangi pembelian tepung terigu lantaran harganya terus mengalami kenaikan.

"Penurunan (pembelian) sudah pasti sih, tapi yang untuk beberapa segmentasi, kayak ibu rumah tangga itu biasanya dia beli seminggu 1 kg katakanlah atau 4 hari 1 kg, itu sekarang cuma setengah kg," sebutnya.

Namun, untuk pembeli dari kalangan pelaku usaha tidak terjadi penurunan. Misalnya saja pedagang gorengan, mereka tetap membeli tepung terigu dengan porsi normal.

"Kalau untuk pedagang gorengan, pedagang-pedagang yang punya rutinitas itu relatif tidak mengurangi pembeliannya. Tetapi memang dinegosiasi harganya, maksudnya minta tolong dikurangi, karena dia rutin kan jualan tiap harinya," tambah Abdullah.

Baca Juga: India Larang Ekspor Gandum, Berapa yang Diimpor Indonesia?

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya