Menebak Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II, Yakin Tembus 5 Persen?

Ekonom perkirakan pertumbuhan ekonomi antara 4,8-4,9 persen

Jakarta, IDN Times - Pemerintah optimis pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 di atas lima persen. Namun, angka pastinya baru akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada Jumat 5 Agustus 2022.

Hal yang membuat pemerintah optimistis ekonomi Indonesia tumbuh di atas lima persen adalah dinamika yang muncul sepanjang periode April-Juni 2022, ketika sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, kinerjanya terlihat positif.

"Kami memperkirakan kuartal II-2022 masih akan tumbuh di atas lima persen, terutama kuartal I-2022 5,01 persen dan kuartal II akan bertahan di atas lima persen," kata Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala III KSSK 2022 pada 1 Agustus 2022.

1. Berbagai indikator menunjukkan kinerja yang baik

Menebak Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II, Yakin Tembus 5 Persen?Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Menurut Sri Mulyani, perbaikan perekonomian domestik pada kuartal II-2022 diproyeksikan masih akan terus berlanjut. Hal itu terutama ditopang oleh meningkatnya konsumsi, investasi, serta kinerja ekspor.

Berbagai indikator dini pada Juni 2022 juga tercatat tetap baik. Misalnya Indeks Penjualan Riil (IPR) tumbuh 15,4 persen secara year on year (yoy). Kinerja sektor manufaktur juga tetap positif, tercermin dari PMI Manufaktur yang masih ekspansif dan bahkan mengalami penguatan dari 50,2 pada Juni ke 51,3 pada Juli 2022.

"Konsumsi listrik, terutama untuk industri maupun bisnis, juga tumbuh positif dan kuat. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) meningkat pada level 128,2 dari posisi Maret yang waktu itu hanya di 111. Hal ini menunjukkan masyarakat memiliki optimisme terhadap prospek pemulihan ekonomi," ujarnya.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pun masih diperkirakan tetap kuat di tengah tekanan arus modal keluar. Transaksi berjalan pada kuartal II juga diproyeksikan mencatat surplus dan lebih tinggi dibandingkan capaian surplus pada kuartal I. Hal itu terutama didukung oleh kenaikan surplus neraca perdagangan berkat tingginya harga komoditas global yang merupakan barang-barang ekspor Indonesia.

"Neraca transaksi modal dan finansial diperkirakan tetap terjaga dan itu didukung oleh aliran modal masuk ke Indonesia dalam bentuk penanaman modal asing atau PMA atau foreign direct investment atau FDI," ujar Sri Mulyani.

Investasi portofolio di kuartal II tercatat net inflow sebesar 0,2 miliar dolar AS, meski memasuki kuartal III, tepatnya pada Juli hingga 28 Juli 2022, investasi portofolio mencatatkan net outflow sebesar 2,05 miliar dolar AS. Hal itu sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

"Sementara itu, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2022 masih tetap kuat. Tercatat cadangan devisa Indonesia 136,4 miliar dolar AS. Hal ini setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor," ujarnya.

Baca Juga: Dunia Krisis, Airlangga Yakin Ekonomi RI Tumbuh di Atas 5 Persen 

2. Ekonom proyeksikan pertumbuhan ekonomi tak sampai 5 persen

Menebak Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II, Yakin Tembus 5 Persen?ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Chief Economist Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II di kisaran empat persen, tepatnya 4,88 persen meskipun berbagai motor pertumbuhan ekonomi menunjukkan kinerja positif.

"Pertumbuhan ekonomi kuartal II-2022 diperkirakan berkisar 4,88 persen yoy, di mana perekonomian ditopang oleh konsumsi rumah tangga, investasi, dan net ekspor. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh sekitar 5,25 persen yoy dari kuartal sebelumnya 4,34 persen yoy," katanya dalam keterangan yang diterima IDN Times.

Dijelaskannya, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada akhir kuartal II-2022 tercatat tetap kuat, yakni sebesar 128,2, lebih tinggi dibandingkan kuartal I sebesar 111. Kemudian, penjualan eceran pada kuartal II tercatat tumbuh 15,4 persen yoy, dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 9,3 persen.

Sedangkan pertumbuhan uang beredar (M2) pada akhir kuartal II tercatat tumbuh 10,6 persen yoy, melambat dibandingkan akhir kuartal I yang tercatat 13,3 persen.

"Inflasi inti yang mengindikasikan sisi permintaan pada kuartal I juga menunjukkan tren kenaikan dengan laju 2,63 persen yoy dari akhir kuartal, sebelumnya yang tercatat tumbuh 2,37 persen yoy," tuturnya.

Josua menyatakan, pertumbuhan penjualan mobil secara ritel melambat 8,3 persen yoy dari kuartal sebelumnya, 33,7 persen. Kemudian penjualan motor juga terkontraksi 14,9 persen yoy dibandingkan sebelumnya, yang tercatat 2,4 persen.

Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), lanjut dia, diperkirakan akan menjadi motor penggerak perekonomian pada kuartal II. Investasi diperkirakan tumbuh 5,27 persen yoy dari kuartal sebelumnya 4,09 persen yoy.

"Peningkatan investasi terindikasi dari beberapa leading indicator investasi antara lain impor barang modal, penjualan semen, penjualan alat berat, penjualan kendaraan komersial dan penjualan listrik PLN. Terkait dengan investasi bangunan, konsumsi domestik semen pada kuartal II tercatat -2,4 persen yoy dari kuartal sebelumnya 4,7 persen yoy.

3. Realisasi belanja pemerintah jadi faktor penghambat

Menebak Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II, Yakin Tembus 5 Persen?Ilustrasi APBN (IDN Times/Arief Rahmat)

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tak sampai lima persen meskipun angkanya mendekati yaitu 4,75 sampai dengan 4,9 persen.

"Faktor penghambat ada pada realisasi belanja pemerintah pusat dan daerah yang masih loyo. Pemda masih tumpuk uang di bank jumlahnya mencapai Rp220,9 triliun, ini ganggu pertumbuhan ekonomi di daerah," katanya dalam keterangan yang diterima IDN Times.

Momentum Lebaran, menurut Bhima, menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II yang mana terjadi kenaikan laju permintaan masyarakat. Setiap Lebaran memang selalu terjadi kenaikan permintaan, terlebih saat itu aturan mobilitas cukup longgar.

Ditambah lagi, pemberian THR secara penuh oleh swasta menjadi stimulus bagi sektor ritel. Karena mendapat THR, pekerja membelanjakan uang dan akhirnya terjadi perputaran ekonomi di daerah.

"Konsumsi rumah tangga masih memainkan peran yang dominan dalam pemulihan ekonomi," sebutnya.

Dari sisi ekspor, dijelaskan Bhima, booming harga komoditas masih terjadi hingga akhir kuartal II, terutama kenaikan harga minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan batubara, meski sempat terganggu oleh pelarangan ekspor CPO oleh pemerintah.

Kinerja investasi langsung juga dinilai cukup positif meski dibayangi risiko stagflasi dan ancaman resesi di negara asal investasi tradisional. 

Baca Juga: Perfoma Apik Ekonomi Digital RI Picu Stabilitas Ekonomi Domestik

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya