Pelaku Pasar Waswas, Rupiah Loyo di Penutupan

Pasar mengantisipasi kebijakan suku bunga the Fed

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah harus menyerah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Rabu (7/12/2022). Rupiah yang sempat menguat terhadap mata uang Negara Paman Sam sejak pagi, harus berbalik melemah pada sore ini.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah melemah sebanyak 19 poin atau 0,12 persen ke Rp15.636,5 per dolar AS pada penutupan. Sedangkan pada pembukaan tadi pagi, kurs rupiah menguat tipis sebanyak 2,5 poin ke level Rp15.615 per dolar AS.

Sebelumnya, pada penutupan perdagangan Selasa (6/12/2022), kurs rupiah melemah sebanyak 155 poin atau 1 persen ke Rp15.617,5 per dolar AS.

Baca Juga: Bos BI Ungkap Alasan Bikin Rupiah Digital

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Rabu (7/12/2022), rupiah berada di level Rp15.619 per dolar AS.

Angka tersebut lebih besar dibandingkan kurs rupiah pada kemarin Selasa yang ada di level Rp15.576 per dolar AS. Dengan kata lain rupiah mengalami pelemahan.

Baca Juga: Rupiah Labil Pagi Ini, Masih Berpotensi Terus Melemah

2. Pergerakan rupiah dalam perdagangan hari ini

Seharian ini nilai tukar rupiah bergerak pada rentang Rp15.585 hingga Rp15.647,5 per dolar AS. Sejak awal tahun atau year to date (ytd), rupiah sudah terdepresiasi terhadap dolar AS sebesar 9,63 persen.

Melihat grafik perdagangan, kurs rupiah mulai menunjukkan penguatan setelah pukul 09.12 WIB. Puncaknya rupiah menguat ke level tertinggi hari ini sekitar pukul 09.50 WIB.

Setelah itu penguatan rupiah berangsur menipis terhadap dolar AS hingga akhirnya melemah ketika memasuki pukul 13.18 WIB. Pelemahan rupiah berlanjut hingga penutupan.

Baca Juga: Yuk, Kenali 5 Perbedaan Uang Kartal dan Uang Giral agar Tak Keliru

3. Pelaku pasar khawatir the Fed masih ngegas menaikkan suku bunga

Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra mengatakan, faktor yang menyebabkan rupiah melemah karena seiring dengan sentimen negatif pasar terhadap aset berisiko pagi ini, di mana indeks saham Asia terlihat bergerak negatif.

"Selain itu, pasar juga terlihat masih mengantisipasi hasil rapat the Fed pekan depan. Pasar mewaspadai kemungkinan the Fed masih mendukung kenaikan suku bunga yang tinggi," tuturnya.

Analis DCFX Futures, Lukman Leong melihat bahwa investor menantikan data cadangan devisa Indonesia. Rupiah kemungkinan akan tertekan apabila data menunjukkan cadangan devisa Indonesia kembali turun dan di bawah ekspektasi.

Pasar juga sedang menantikan hasil pertemuan dewan rapat kebijakan bank sentral Amerika Serikat, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC).

"Dari faktor eksternal, dolar AS diperkirakan masih akan menguat namun terbatas, dengan investor cenderung wait and see menantikan lebih banyak data ekonomi dan mengantisipasi pertemuan FOMC terakhir untuk tahun ini minggu depan," tutur Lukman.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya