Pemerintah Wanti-wanti Produksi dan Lifting Migas di Bawah Target

Investasi hulu migas perlu diserap 100 persen

Jakarta, IDN Times - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto mewanti-wanti realisasi produksi dan lifting yang masih di bawah target.

Lifting adalah proses di mana minyak bumi yang telah diproduksi dan melalui berbagai tahapan kemudian dipindahkan ke kapal muatan.

Dwi mengatakan, walaupun produksi dan lifting minyak belum sesuai target, tapi pada kuartal I-2023 ini ada perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kondisi ini menuntut kita untuk terus mencari upaya untuk mengatasi kendala produksi, meningkatkan produksi dari lapangan migas aktif, mengaktifkan lapangan migas idle serta melakukan percepatan produksi dari sumur atau lapangan baru. Upaya tersebut tentunya memerlukan produk dan teknologi yang tepat”, kata Dwi dalam keterangan tertulis, Senin (29/5/2023).

Baca Juga: Tak hanya Eksplorasi, SKK Migas Dorong KKKS Berdayakan UMKM

1. Investasi hulu migas harus diserap seluruhnya

Pemerintah Wanti-wanti Produksi dan Lifting Migas di Bawah TargetIlustrasi hulu migas (Dok. SKK Migas)

Dia mengatakan, dibutuhkan koordinasi, kolaborasi dan sinergi semua pihak untuk mencapai target produksi dan lifting. Para pihak terkait perlu merumuskan langkah-langkah dan strategi untuk mencapai target produksi jangka pendek tahun 2023.

Selain itu, visi jangka panjang tahun 2030 juga perlu diwujudkan, yaitu produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).

“Komitmen investasi hulu migas tahun 2023 yang mencapai 15,3 miliar dolar AS harus dapat diserap seluruhnya. Momentum yang baik di kuartal I-2023 harus menjadi pendorong untuk implementasi program yang lebih masif dan agresif di kuartal II-2023 hingga akhir tahun nanti," sebut Dwi.

2. Tren produksi minyak mulai meningkat karena keberhasilan sejumlah program

Pemerintah Wanti-wanti Produksi dan Lifting Migas di Bawah TargetIlustrasi hulu migas (Dok. SKK Migas)

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Dirjen Migas Kementerian ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan, realisasi produksi cenderung menurun mengikuti trendline dari proyeksi produksi base.

Namun, kata dia, angka realisasinya lebih besar daripada angka proyeksi produksi base sebagai dampak positif dari beberapa program yang berhasil.

“Kami menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada KKKS dan SKK Migas yang telah melakukan upaya-upaya dan program sehingga saat ini sudah mulai tren upline untuk produksi minyak dan kondensat maupun gas bumi”, ujar Tutuka.

Baca Juga: SKK Migas: 35 Pabrikan Lolos Penilaian Penunjang Hulu Migas 2022

3. Pemerintah kumpulkan kontraktor migas untuk genjot produksi

Pemerintah Wanti-wanti Produksi dan Lifting Migas di Bawah TargetIlustrasi kilang minyak Pertamina (Dok. Pertamina)

Dikatakan Tutuka, untuk mendukung upaya peningkatan produksi minyak dan gas, pemerintah terus memperbaiki syarat dan ketentuan dalam Indonesia Petroleum Bidding Round.

Perbaikan tersebut antara lain adalah split bagi hasil hingga 50:50 untuk kategori high-risk, First Tranche Petroleum (FTP) berkurang menjadi 10 persen (shareable), skema PSC secara fleksibel dengan investor diperbolehkan memilih skema cost recovery atau gross split, DMO price 100 persen ICP selama waktu masa kontrak dan perbaikan kebijakan fiskal lainnya.

Dwi menambahkan, pemerintah bersama pimpinan tertinggi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) dan para pemangku kepentingan lainnya melakukan rapat kerja pada 28 hingga 31 Mei 2023.

Untuk mendukung pencapaian target produksi dan lifting nasional, pada rapat kerja tersebut dilakukan pembahasan mengenai implementasi teknologi produksi, optimalisasi pengangkatan buatan, debottlenecking fasilitas produksi dan pengurangan stok, optimalisasi bahan bakar gas dan pengurangan suar, optimalisasi pemeliharaan terencana dan pengukuran minyak dan gas.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya