Pertamina Bantah Laba Meroket Berkat Durian Runtuh

Pendapatan Pertamina setara separuh pendapatan negara

Jakarta, IDN Times - PT Pertamina berhasil mencetak laba bersih sebesar 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp56,6 triliun pada 2022, meningkat 86 persen dari laba 2021.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati membantah laba terbesar sepanjang sejarah itu diperoleh berkat durian runtuh alias windfall.

"Capaian ini bukan capaian karena windfall semata dan sebagainya tapi karena fondasinya kita perbaiki sehingga semuanya memberikan kontribusi," kata dia saat memaparkan capaian kinerja 2022 di Grha Pertamina, Jakarta Pusat, Selasa (6/6/2023).

Baca Juga: Blok Masela Diambil Alih dari Shell? Bos Pertamina: Tunggu Kejutannya!

1. Pendapatan Pertamina setara separuh pendapatan negara

Pertamina Bantah Laba Meroket Berkat Durian RuntuhDirektur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memaparkan capaian kinerja 2022 di Grha Pertamina, Jakarta Pusat, Selasa (6/6/2023). (IDN Times/Uni Lubis)

Perusahaan minyak dan gas (migas) milik negara itu juga membukukan pendapatan sebesar 84,89 miliar dolar AS atau setara Rp1.262,34 triliun. Itu menjadi pencapaian tertinggi sejak berdirinya Pertamina.

Angka tersebut hampir setara dengan setengah pendapatan negara dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) yang realisasinya mencapai Rp2.626,4 triliun pada 2022 lalu.

"Revenue meningkat 48 persen menjadi 85 miliar dolar AS, jadi ini sekitar 1/3 dari APBN ya," ujar Nicke.

Baca Juga: Allianz Indonesia Cetak Laba Bersih Rp635,5 Miliar di 2022

2. Bukan disebabkan kenaikan kurs dan harga minyak mentah Indonesia

Pertamina Bantah Laba Meroket Berkat Durian RuntuhDirektur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati memaparkan capaian kinerja 2022 di Grha Pertamina, Jakarta Pusat, Selasa (6/6/2023). (IDN Times/Trio Hamdani)

Nicke menegaskan melejitnya kinerja keuangan Pertamina bukan disebabkan kenaikan harga minyak mentah Indonesia (ICP) maupun kenaikan kurs atau nilai tukar.

Kata dia, nilai tukar juga pernah tinggi di tahun-tahun sebelumnya. Begitupun ICP yang pernah menyentuh di atas 100 dolar AS per barel. Tapi, pada saat itu pencapaiannya tidak seperti pada 2022.

Jadi, dijelaskan Nicke, yang paling memberikan kontribusi terhadap kinerja keuangan Pertamina adalah penghematan biaya (cost).

"Lets say, kita ambil yang terbaik tahun 2012, tahun 2014, ini tuh (cost) sekitar 93-94 persen. Tapi di tahun 2022 ini hanya 89 persen cost itu. Artinya ada penghematan sekitar 4-5 persen kalau kita bandingkan," ujarnya.

Tak tanggung-tanggung, Nicke menyebut optimasi biaya yang dilakukan oleh Pertamina mencapai 267 program selama 2022. Itu dilakukan untuk menghasilkan efisiensi biaya maupun peningkatan pendapatan.

"Jadi, program-program ini akan tetap stay karena ini mengubah operating model bukan hanya sekedar cost cutting. Jadi, ini memperlihatkan bahwa memang 2022 adalah tahun terbaik dan kita berharap ini akan terus tumbuh berkelanjutan," tambahnya.

Baca Juga: Mantap, Laba Pertamina Shipping di 2022 Tembus US$205,01 Juta

3. Pertamina sumbang Rp307,2 triliun ke negara

Pertamina Bantah Laba Meroket Berkat Durian RuntuhIlustrasi uang (IDN Times/Arief Rahmat)

Pertamina Group berkontribusi terhadap penerimaan negara mencapai Rp307,2 triliun pada 2022. Itu terdiri dari pajak, dividen, PNBP, minyak mentah maupun kondensat bagian negara, dan signature bonus.

Jumlah setoran ke negara ini meningkat 83 persen dibandingkan 2021. Khusus setoran pajak, Pertamina telah membayarkan sebesar Rp219,06 triliun pada 2022, meningkat 88 persen dibandingkan 2021.

“Pencapaian ini tentu berkat kerja bersama seluruh Perwira Pertamina. Kinerja positif ini juga tentu tidak terlepas dari dukungan Pemerintah, khususnya Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, dan Kementerian ESDM,” ujar Nicke pada kesempatan sebelumnya.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya