Raksasa Ritel AS Bed Bath & Beyond Bangkrut 

Nasib 14 ribu karyawan terancam

Jakarta, IDN Times - Perusahaan ritel asal Amerika Serikat (AS) Bed Bath & Beyond mengajukan perlindungan kebangkrutan pada 23 April. Perusahaan sebelumnya telah mengungkapkan keraguannya untuk dapat terus beroperasi.

Dilansir Reuters, Senin (24/4/2023), disebutkan bahwa kebangkrutan terjadi setelah perusahaan berbulan-bulan mengalami kekacauan. Pada September 2022, Bed Bath & Beyond mengumumkan akan menutup 150 toko dan memangkas 20 persen dari posisi perusahaan guna memangkas biaya.

Pada Juni 2022, perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar 358 juta dolar AS pada kuartal pertama, dan kemudian mengumumkan penggantian CEO Mark Tritton dan sejumlah eksekutif lainnya dalam upaya lain untuk menata ulang kepemimpinannya.

Situasi tersebut memburuk ketika investor dan Chairman GameStop Ryan Cohen menjual 9,8 persen sahamnya di perusahaan tersebut pada bulan Januari. Para analis memperingatkan bahwa perusahaan mungkin telah berada di hari-hari terakhirnya.

1. Pengajuan kebangkrutan jadi keputusan sulit

Bed Bath & Beyond menyampaikan pengumuman kebangkrutannya melalui situs web perusahaan. Mereka turut menyampaikan terima kasih kepada seluruh pelanggannya.

"Terima kasih kepada semua pelanggan setia kami. Kami telah membuat keputusan sulit untuk mulai menghentikan operasi kami," sebuah pernyataan di situs web perusahaan, dikutip dari CNN.

2. Ada 14 ribu karyawan yang nasibnya dipertaruhkan

Sedikitnya 360 lokasi Bed Bath & Beyond milik perusahaan, bersama dengan 120 toko buybuy BABY akan tetap buka untuk saat ini, begitu juga dengan situs webnya. Perusahaan telah mendapatkan pinjaman sebesar 240 juta dolar AS untuk membantu mendanai operasinya selama kebangkrutan.

Namun, Bed Bath & Beyond akan menutup beberapa toko. Berapa banyak atau apa yang akan terjadi pada 14 ribu karyawannya tergantung pada apa yang terjadi selanjutnya.

Paling tidak, pengajuan kebangkrutan tidak selalu berarti perusahaan akan gulung tikar. Banyak perusahaan besar di Amerika Serikat telah mengajukan kebangkrutan, menggunakannya untuk melunasi utang dan biaya-biaya lain yang tidak mampu mereka tanggung. Namun, bahkan jika Bed Bath and Beyond bangkit dari kebangkrutan, masa depannya tidak terjamin.

3. Didirikan pada tahun 1970-an

Perusahaan didirikan pada 1971 oleh Warren Eisenberg dan Leonard Feinstein. Saat itu masih bernama Bed 'n Bath yang pertama kali berkembang di sekitar timur laut dan di California yang menjual perlengkapan tidur desainer, sebuah tren baru pada saat itu.

Perusahaan ini mengubah namanya menjadi Bed Bath & Beyond pada tahun 1987 untuk mencerminkan perluasan barang dagangan dan "superstore" yang lebih besar. Perusahaan ini go public pada tahun 1992 dengan 38 toko dan penjualan sekitar 200 juta dolar AS.

Pada tahun 2000, angka-angka tersebut melonjak menjadi 241 toko dan penjualan tahunan sebesar 1,1 miliar dolar AS. Gerai Bed Bath & Beyond yang ke-1.000 dibuka pada tahun 2009, ketika jaringan ini telah mencapai penjualan tahunan sebesar 7,8 miliar dolar AS.

Perusahaan ini merupakan sebuah ikonoklastik. Perusahaan ini hanya mengeluarkan sedikit biaya untuk iklan, dan lebih mengandalkan kupon cetak yang didistribusikan di koran mingguan untuk menarik pelanggan.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya