Rupiah Loyo Sore Ini, Melemah ke Rp15.620,5 per Dolar AS

Pelaku pasar mengantisipasi langkah the Fed

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Kamis (8/12/2022). Rupiah yang sempat menguat terhadap mata uang Negara Paman Sam pada pembukaan, harus berbalik melemah hingga sore ini.

Mengutip Bloomberg, kurs rupiah melemah sebanyak 16 poin atau 0,1 persen ke Rp15.620,5 per dolar AS pada penutupan. Sedangkan pada pembukaan tadi pagi, kurs rupiah menguat sebanyak 26,5 poin ke level Rp15.610 per dolar AS.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu (7/12/2022), rupiah melemah sebanyak 19 poin atau 0,12 persen ke Rp15.636,5 per dolar AS.

Baca Juga: Pelaku Pasar Waswas, Rupiah Loyo di Penutupan

1. Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah BI

Sementara itu, berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI) pada Kamis (8/12/2022), rupiah berada di level Rp15.624 per dolar AS.

Angka tersebut lebih besar dibandingkan kurs rupiah pada kemarin Rabu yang ada di level Rp15.619 per dolar AS. Dengan kata lain rupiah mengalami pelemahan.

Baca Juga: Resesi Global, PHK Masih Menjadi Momok Pekerja pada 2023

2. Rupiah diproyeksikan melanjutkan pelemahan dalam perdagangan besok

Seharian ini nilai tukar rupiah bergerak pada rentang Rp15.587 hingga Rp15.635 per dolar AS. Sejak awal tahun atau year to date (ytd), rupiah sudah terdepresiasi terhadap dolar AS sebesar 9,52 persen.

Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan rupiah masih akan melanjutkan pelemahan terhadap dolar AS pada perdagangan besok, Jumat (9/12/2022).

"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp15.600-Rp15.670," tuturnya.

3. Ada beberapa sentimen yang menekan rupiah

Analis PT Sinarmas Futures, Ariston Tjendra mengatakan, pelaku pasar masih mengantisipasi keputusan suku bunga acuan the Fed yang akan dirilis pekan depan. Sentimen tersebut membuat rupiah tertekan.

Selain itu, data neraca perdagangan China bulan November juga memberikan sentimen negatif untuk rupiah, lantaran penurunan nilai ekspor dan impor oleh Negeri Tirai Bambu lebih besar dari perkiraan.

"Ini artinya perekonomian China sedang terganggu dan berpotensi memberikan efek negatif ke Indonesia sebagai partner dagang," ujarnya.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya