Rupiah Perkasa cuma Sementara, Dolar AS Bisa Ngamuk Lagi

Dipengaruhi inflasi AS dan suku bunga the Fed

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah dalam beberapa hari terakhir terus menguat terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Namun, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan penguatan ini hanya sementara.

"Dolar pernah mencapai 114 indeksnya terhadap mata uang asing, menguat kurang lebih year-on-year 25 persen penguatan, dan kemarin juga beberapa minggu ini mulai melemah, indeks dolar sekarang sekitar 106," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam seminar yang diselenggarakan Indef, Senin (5/12/2022).

Baca Juga: Rupiah Tancap Gas di Awal Pekan, Tembus Rp15.369 per Dolar AS

1. Fenomena strong dolar akan berlanjut

Rupiah Perkasa cuma Sementara, Dolar AS Bisa Ngamuk LagiPixabay.com/geralt

Perry menjelaskan bahwa ke depan dolar AS masih akan kuat tergantung beberapa indikator di Negara Paman Sam, yakni tingginya inflasi dan kenaikan suku bunga the Fed. Dalam hal ini, kata Perry, bank sentral AS tentu akan menimbang antara kenaikan suku bunga dengan risiko resesi.

"Tapi kami perkirakan strong dolar akan berlanjut dan karenanya memberikan tekanan nilai tukar kepada banyak negara dunia, hampir seluruh negara dunia adalah mengalami pelemahan, tidak terkecuali rupiah," ujar Perry.

Baca Juga: Ini 4 Mata Uang Paling Berpengaruh di Dunia, Ada Rupiah? 

2. Inflasi global kemungkinan baru mereda mulai semester II-2023

Rupiah Perkasa cuma Sementara, Dolar AS Bisa Ngamuk Lagiilustrasi inflasi (IDN Times/Aditya Pratama)

Perry menjelaskan bahwa inflasi global sekarang berada di 8,2 persen, Amerika Serikat 8,8 persen, dan Inggris sekitar 10 persen. Begitupun Eropa yang inflasinya masih relatif tinggi. BI memproyeksikan inflasi ini masih akan tinggal, baru kemudian akan berangsur turun pada paruh kedua 2023.

"Kita perkirakan inflasi global yang sekarang 8,2 persen, untuk akhir tahun depan bisa turun menjadi 6,6 persen, baru kembali akan rendah di tahun 2024.

Tapi, lanjut Perry, jika ketegangan gepolitik di dunia masih berlanjut maka inflasi tidak akan turun secara cepat.

Baca Juga: Daftar Negara yang Pakai Mata Uang Euro 

3. The Fed diperkirakan masih akan terus menaikkan suku bunga

Rupiah Perkasa cuma Sementara, Dolar AS Bisa Ngamuk LagiGedung Federal Reserve System (The Fed) Amerika Serikat (federalreserve.gov)

Perry mengatakan fenomena suku bunga tinggi, yaitu kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS dan Eropa masih akan berlanjut. Skenario baseline BI menunjukkan bahwa suku bunga acuan the Fed akan mencapai puncaknya menjadi 5 persen sekitar kuartal I-2023.

"Tentu saja dengan outward risk bisa ke 5,25, bahkan ada beberapa ke 6 persen. Itu lah outward risk," sebutnya.

Berdasarkan skenario baseline Bank Indonesia, suku bunga acuan the Fed paling cepat turun dari 5 persen ke 4,75 persen pada akhir 2023.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya