Silicon Valley Bank Bangkrut, Sri Mulyani: Harus Kita Waspadai

Ada beberapa penyebab jatuhnya SVB

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mewaspadai bangkrutnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS). Bank penyuntik perusahaan-perusahaan rintisan (startup) itu kolaps pada 10 Maret 2023.

"Yang harus kita waspadai sekarang adalah kondisi pasar global yang seperti terjadi dalam weekend terakhir ini, penutupan Silicon Valley Bank," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2023).

Baca Juga: Fakta-Fakta Silicon Valley Bank, Penyuntik Startup yang Kolaps 48 Jam

1. Kejatuhan Silicon Valley Bank jadi pelajaran untuk Indonesia

Silicon Valley Bank Bangkrut, Sri Mulyani: Harus Kita WaspadaiSilicon Valley Bank Kolaps Usai Krisis Modal dalam 48 Jam (IDN Times/Aditya Pratama)

Dia menyebut bahwa SVB adalah bank yang relatif kecil, merupakan bank regional dengan aset hanya 200 miliar dolar AS yang untuk ukuran AS sangat kecil. Tapi apa yang terjadi pada SBV telah menimbulkan guncangan yang signifikan dari sisi kepercayaan deposan di Amerika Serikat.

"Oleh karena itu kemudian pemerintah Amerika yang tadi tidak melakukan bailout, kemudian memutuskan melakukan bailout, menjaga seluruh deposito dari SVB. Ini tentu adalah suatu pelajaran yang perlu untuk kita lihat bahwa bank yang kecil di dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistem," tuturnya.

Baca Juga: Kebangkrutan Silicon Valley Bank Dinilai Perpanjang Winter Startup

2. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Silicon Valley Bank runtuh

Silicon Valley Bank Bangkrut, Sri Mulyani: Harus Kita Waspadaiilustrasi bank (IDN Times/Aditya Pratama)

Sri Mulyani mengatakan, ada banyak analisa awal yang muncul sebagai penyebab dari runtuhnya SVB. Pertama karena SVB adalah bank yang khusus mendanai startup, di mana banyak startup yang mengalami penurunan kinerja sangat dalam tahun di tahun 2022.

"Kemudian menyebabkan ancaman terhadap penyaluran dana deposito yang meningkat sangat tinggi. Jadi kinerja dari kreditnya mengalami penurunan," ujar dia.

Kedua, SVB mengalami kenaikan deposito lebih dari tiga kali lipat hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun. Di saat deposito sangat banyak tapi penyaluran kreditnya tertahan karena kinerja startup menurun secara signifikan, menyebabkan kondisi neraca keuangannya mengalami tekanan.

Di sisi lain, deposito yang meningkat itu dibelikan Surat Berharga Negara (SBN) di Amerika Serikat yang jangkanya panjang, dan Surat Berharga Negara ini mengalami penurunan nilai karena bunga dari Federal Reserve yang naik.

"Jadi, kalau interest rate dari Fed policy naik maka harga dari Surat Berharga Negaranya mengalami koreksi. Ini semuanya yang menyebabkan kemudian SVB dari sisi balance sheet-nya tiba-tiba mengalami penurunan, dan timbul rumor sehingga terjadi bank run," tambahnya.

Baca Juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Apa yang Perlu Dilakukan BI dan OJK?

3. Kondisi Indonesia masih relatif aman

Silicon Valley Bank Bangkrut, Sri Mulyani: Harus Kita WaspadaiKantor Bank Indonesia (BI). IDN Times/Hana Adi Perdana

Situasi yang diakibatkan oleh Silicon Valley Bank, kata dia adalah situasi yang bisa berkembang hanya dalam waktu 1 kali 24 jam. Itulah yang menjadi perhatian pemerintah untuk terus waspada.

"Karena yang disebut transmisi dari persepsi dan psikologi itu bisa menimbulkan situasi yang cukup signifikan bagi sektor keuangan seperti yang kita lihat di Amerika Serikat," tutur Sri Mulyani.

Namun, sejauh ini situasi di Indonesia masih dalam relatif baik, dari sisi pergerakan nilai tukar maupun aliran modal ke Indonesia.

"Indonesia alhamdulillah masih dalam situasi yang cukup baik dilihat dari pergerakan nilai tukar dan juga capital flow ke emerging market di mana Indonesia melihat dalam hal ini sudah mulai masuk arus modal ke Indonesia," tambahnya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya