Suntik Mati PLTU Cirebon-1 Butuh Rp4,6 T, Dari Mana Duitnya?

Menggunakan pendanaan campuran

Jakarta, IDN Times - Asian Development Bank (ADB) dan mitra di Indonesia menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) untuk memulai pembahasan pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara Cirebon-1. PLTU yang berlokasi di Jawa Barat tersebut berkapasitas 660 megawatt (MW)

ADB melakukan MoU dengan Cirebon Electric Power (CEP), PT PLN (Persero), dan Indonesia Investment Authority (INA) guna melakukan terobosan besar untuk Mekanisme Transisi Energi atau Energy Transition Mechanism (ETM).

Acara penandatanganan tersebut berlangsung di sela-sela KTT G20 di Bali, dihadiri oleh Presiden ADB Masatsugu Asakawa, Presiden Direktur CEP Hisahiro Takeuchi, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, dan CEO INA Ridha Wirakusumah.

“MOU dengan para mitra terpercaya kami di Indonesia merupakan momen bersejarah bagi Mekanisme Transisi Energi (ETM) ADB dan transisi energi bersih yang akan terbantu kemajuannya,” kata Asakawa dalam keterangannya, Senin (14/11/2022).

Baca Juga: PLN Coret 13 Gigawatt PLTU Batu Bara dari Rencana

1. Suntik mati PLTU diperkirakan memakan biaya hingga 300 juta dolar

Suntik Mati PLTU Cirebon-1 Butuh Rp4,6 T, Dari Mana Duitnya?ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Setidaknya, nilai transaksinya diperkirakan antara 250 juta dolar AS hingga 300 juta dolar AS untuk pensiun dini PLTU Cirebon-1. Jika dirupiahkan dengan kurs saat ini, Rp15.519,5 maka nilainya setara Rp3,87 triliun sampai Rp4,6 triliun.

Transaksi yang direncanakan tersebut bertujuan mencapai pengurangan emisi Co2 secara signifikan melalui model yang bisa direplikasi dan dapat diterapkan ke IPP lainnya di Indonesia, serta di wilayah Asia dan Pasifik dan di belahan dunia lainnya.

Setelah tercapai kesepakatan definitif di antara para pihak, ADB akan memberikan fasilitas percepatan pengakhiran masa operasional dalam bentuk senior debt, dengan syarat bahwa tenor perjanjian jual beli listrik antara CEP dengan PLN akan diperpendek.

Baca Juga: Mau Pensiunkan PLTU, PLN Butuh Bantuan Lembaga Keuangan Internasional

2. Siapa pemodal untuk pensiun dini PLTU Cirebon-1?

Suntik Mati PLTU Cirebon-1 Butuh Rp4,6 T, Dari Mana Duitnya?Ilustrasi uang (IDN Times/Arief Rahmat)

ADB berupaya menggunakan keuangan campuran untuk membantu Asia dan Pasifik mempercepat penghentian pembangkit listrik yang menggunakan batu bara dan bahan bakar fosil lainnya dan menggantinya dengan sumber energi yang lebih bersih dan terbarukan.

Pembiayaan yang diharapkan menggunakan keuangan campuran ini termasuk modal konsesional dan modal dari Departemen Operasi Sektor Swasta ADB. Dana konsesi termasuk dana yang didukung donor untuk Dana Perwalian Kemitraan ETM ADB.

Kemudian, sebagian dari alokasi Indonesia yang baru-baru ini disetujui dari jendela Percepatan Transisi Batu Bara dari Dana Investasi Iklim. Struktur transaksi belum final dan sejumlah lembaga keuangan dan filantropi telah menyatakan minatnya untuk berpartisipasi dalam transaksi tersebut.

"Kami mendorong para pemangku kepentingan keuangan lainnya untuk ikut serta dalam transisi energi yang adil dan terjangkau di Indonesia, serta di seluruh wilayah Asia dan Pasifik," ujar Asakawa.

3. PLTU Cirebon-1 akan dipensiunkan 15 tahun lebih awal

Suntik Mati PLTU Cirebon-1 Butuh Rp4,6 T, Dari Mana Duitnya?Ilustrasi PLTU. (Dok. Istimewa)

Dijelaskan lebih lanjut, struktur akhir dari transaksi akan menentukan kapan pabrik akan dihentikan, dan itu akan dinegosiasikan. Pembangkit listrik saat ini dikontrak untuk menyalurkan listrik hingga tahun 2042, di mana saat itu pembangkit akan berusia 30 tahun.

Pembangkit listrik berbahan bakar batu bara memiliki umur teknis antara 40 dan 50 tahun. Artinya, ketika kontrak awal berakhir, biasanya akan dikontrak ulang untuk tambahan 10-20 tahun operasi.

Jika PLTU Cirebon-1 akan menghentikan operasinya secara permanen pada 2037, misalnya, hal itu akan mengurangi masa operasinya setidaknya 15 tahun dengan menggunakan masa operasi konservatif 40 tahun.

ADB memperkirakan bahwa percepatan penghentian PLTU batu bara dengan karakteristik seperti Cirebon-1, yakni 15 tahun lebih cepat dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 30 juta ton, setara dengan menghilangkan 800 ribu mobil dari jalan raya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya