Surplus Berakhir, APBN Defisit Rp169,5 Triliun di Oktober

Defisit terjadi setelah 9 bulan surplus

Jakarta, IDN Times - Defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) mulai terjadi di Oktober 2022. Defisit APBN per Oktober senilai Rp169,5 triliun atau setara 0,91 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

"Total overall postur sudah mengalami defisit Rp169,5 triliun," kata Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBNKita, Kamis (24/11/2022).

Terjadinya defisit adalah dampak dari semakin optimalnya APBN sebagai shock absorber atau peredam kejut terhadap tekanan global dan domestik. Kinerja fiskal yang cukup baik mendorong penurunan kebutuhan pembiayaan utang.

1. Realisasi pendapatan negara capai Rp2.181,6 triliun

Surplus Berakhir, APBN Defisit Rp169,5 Triliun di OktoberIlustrasi Pajak (IDN Times/Arief Rahmat)

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia menyebut bahwa realisasi pendapatan negara hingga Oktober mencapai Rp2.181,6 triliun, terdiri dari penerimaan perpajakan Rp1.704,5 triliun dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) Rp476,5 triliun.

Rincian penerimaan perpajakan terdiri dari penerimaan pajak Rp1.448,2 triliun, serta kepabeanan dan cukai sebesar Rp256,3 triliun.

Kementerian Keuangan menilai, walaupun kondisi telah menuju normalisasi, pendapatan negara masih tinggi dan tumbuh 44,5 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy). Artinya pemulihan ekonomi terus terjaga, dukungan harga komoditas yang masih di level relatif tinggi, dan dampak berbagai kebijakan.

"Pertumbuhan penerimaan jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu yang sudah mulai recovery," ujarnya.

Baca Juga: Pemerintah-Banggar Sepakati RUU APBN 2023, Defisit APBN 2,8 Persen

2. APBN sudah dibelanjakan sebanyak Rp2.351,1 triliun

Surplus Berakhir, APBN Defisit Rp169,5 Triliun di Oktoberilustrasi APBN (IDN Times/Aditya Pratama)

Tercatat bahwa realisasi belanja negara mencapai Rp2.351,1 triliun, terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp1.671,9 triliun (kementerian/lembaga Rp754,1 triliun dan non kementerian/lembaga Rp917,7 triliun). Sedangkan belanja transfer ke daerah sebesar Rp679,2 triliun.

Catatan Kemenkeu, belanja negara mulai tumbuh, namun perlu terus diakselerasi. Sementara itu, kinerja investasi juga diupayakan tetap maksimal untuk mendukung pemulihan ekonomi dan melindungi masyarakat.

3. Pembiayaan anggaran capai Rp439,9 triliun

Surplus Berakhir, APBN Defisit Rp169,5 Triliun di Oktoberilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Sri Mulyani menjelaskan bahwa masih ada realisasi pembiayaan Rp439,9 triliun. Angka ini turun drastis, yakni 27,7 persen dibandingkan target yang Rp840 triliun.

"Tahun lalu sudah mencapai Rp608,4 triliun. Jadi ini menggambarkan adanya turning point menuju ke kondisi APBN yang lebih baik," tuturnya.

Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) hingga Oktober mencapai Rp270,4 triliun. Dia menjelaskan bahwa strategi pemerintah dalam menghadapi kewaspadaan 2023 memang akan mengakumulasi SiLPA yang cukup signfikan. Sebab,  ada volatilitas yang terjadi perlu diminimalkan risikonya.

"Inilah yang sedang kita lakukan sampai akhir tahun. Jadi kalau lihat SiLPA agak besar itu by design kita mencoba untuk mengelola risiko bagi tahun anggaran selanjutnya," tambahnya.

Baca Juga: UU APBN 2023 Terbit, Defisit Anggaran Dipatok Rp598 Triliun

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya