BI Sebut Pandemik COVID-19 Bawa Berkah, Begini Penjelasannya

Indonesia bakal jadi pusat pertumbuhan ekonomi di ASEAN

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia mengungkapkan pandemik COVID-19 yang berlangsung tiga tahun, tak hanya membawa musibah namun juga membawa berkah bagi ekonomi, yakni terjadinya transformasi digital secara masif.

Lantaran COVID-19, secara tidak langsung memaksa masyarakat hingga pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi melek digital.

"Kenapa ekonomi keuangan digital di Indonesia berkembang pesat sekali? Ini merupakan blessing in disguise, COVID-19 juga membawa hikmah dari Tuhan yang Maha Kuasa, karena adanya COVID-19, mau gak mau kita semua jadi melek dengan ekonomi keuangan digital," ungkap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, dalam FEKDI, Rabu (10/5/2023).

Ia mengaku bukanlah orang yang melek digital sebelum COVID-19 terjadi di Tanah Air, karena saat berbelanja di marketplace, untuk proses pembayaran belanjanya melalui m-Banking tidak pernah dilakukan sendiri, melainkan meminta bantuan anaknya. 

Namun saat pandemik berlangsung, ia pun lebih banyak melakukan aktivitas di rumah, seiring berlakunya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan pada saat itu, Destry mengaku mulai aktif mempelajari keuangan digital.

"Maklum kadang kolonial agak gagap teknologi (gaptek), tapi dengan adanya COVID-19, karena kita banyak di rumah dan kita gak bisa ke mana-mana, mau tidak mau belajar, dan akhirnya ketagihan," ucapnya.

Baca Juga: Transformasi Digital, BRI Dinobatkan The Best Bank in Digital Service

1. Indonesia bakal jadi pusat pertumbuhan di ASEAN

BI Sebut Pandemik COVID-19 Bawa Berkah, Begini PenjelasannyaIlustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut, Destry mengungkapkan, Indonesia diprediksi akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi atau epicentrum of growth di ASEAN. Proyeksi ini dilatarbelakangi karena cepatnya pertumbuhan digitalisasi, bahkan Indonesia mampu menempati peringkat keenam sebagai negara dengan startup terbanyak di dunia. 

Optimisme ini juga tercermin dari perkembangan ekonomi dan keuangan digital. Pada 2025, ukuran ekonomi dan keuangan digital RI mencapai 130 miliar dolar AS dan 2030 sebesar 315 miliar dolar AS.

"Indonesia is very big market dan potential market, dan untuk itu di Bank Indonesia pun blessing in disguise, 2019 kami inisiasi blueprint sistem pembayaran, sehingga  pembayaran menggunakan Indonesia standar atau QRIS," ucapnya.

Selain QRIS, ada juga BI-FAST yang diproyeksi akan menjadi backbone infrastruktur sistem pembayaran ritel masa depan, yang mengakselerasi pembayaran menggunakan berbagai instrumen dan kanal secara real time, aman, mudah, dan beroperasi 24/7.

Implementasi BI-FAST bertujuan mewujudkan terciptanya layanan sistem pembayaran yang Cemumuah (Cepat, Mudah, Murah, Aman, Andal), untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi dan mendorong pertumbuhan, serta inklusi ekonomi dan keuangan.

Dengan demikian, Bank Indonesia bakal terus memperkuat sinergi kebijakan dan implementasi BI-FAST dengan pelaku industri, dalam rangka mengintegrasikan Ekonomi Keuangan Digital (EKD) nasional.

2. Sebanyak 25,4 juta merchant terhubung QRIS

BI Sebut Pandemik COVID-19 Bawa Berkah, Begini Penjelasannyailustrasi hasil QR.io (unsplash.com/Markus Winkler)

Lebih lanjut, Destry menjelaskan, hingga akhir April, sebanyak 25,4 juta pedagang atau merhcant telah terhubung dengan Quick Responsen Code Indonesian Standard (QRIS) sebagai metode pembayaran.

Dari jumlah tersebut, kata dia, paling banyak pelaku UMKM. Capaian itu telah sesuai dengan tujuan awal diluncurkan layanan ini oleh BI pada Agustus 2019.

"Alhamdulillah per April yang menggunakan QRIS mencapai 25,4 juta merchant, kita tahu jika unit usaha yang ada di Indonesia sekitar 66 juta, dan 99 persennya merupakan pelaku UMKM," ucapnya. 

QRIS (dibaca KRIS) adalah penyatuan berbagai macam QR dari berbagai Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP) menggunakan QR Code.

Melalui QRIS, seluruh aplikasi pembayaran dari penyelenggara manapun, baik bank dan nonbank, dapat digunakan di seluruh toko, pedagang, warung, parkir, tiket wisata, donasi (merchant) berlogo QRIS. Pembayaran dapat dilakukan meskipun penyedia QRIS di merchant berbeda dengan penyedia aplikasi yang digunakan masyarakat.

Baca Juga: Wapres: Akses Ekonomi Keuangan Digital Harus Diperluas hingga Pelosok 

3. UMKM makin melek digital

BI Sebut Pandemik COVID-19 Bawa Berkah, Begini PenjelasannyaIlustrasi UMKM menyediakan barcode QRIS saat mengikuti pameran (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Peningkatan merchant maupun pengguna QRIS di Tanah Air, kata dia, semakin menggambarkan masyarakat dan pedagang semakin melek digital. Hal ini pun makin memperkuat peningkatan akselerasi ekonomi keuangan digital ke depan. 

"Ini tentunya akan mempermudah dan akan meningkatkan transaksi mereka ke depan," sambungnya.

Destry meyakini Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan ekonomi dan keuangan digital. Berbagai proyeksi pemerintah menyebutkan, ekonomi dan keuangan digital nilainya akan meningkat menjadi 130 miliar dolar AS pada 2025.

Topik:

  • Rochmanudin

Berita Terkini Lainnya