Ditopang Konsumsi, DBS Indonesia Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5 Persen
Intinya Sih...
- Perekonomian Indonesia diprediksi tumbuh 5 persen tahun ini, didorong oleh investasi infrastruktur dan peningkatan industri serta sektor jasa.
- DBS Indonesia optimistis investasi akan tetap tumbuh di kuartal II, meskipun hasil pemilu sudah ditetapkan, dengan harapan sektor swasta dapat melanjutkan investasi.
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Bank DBS Indonesia memperkirakan laju perekonomian Indonesia pada tahun ini masih bisa mencapai level 5 persen secara tahunan alias year on year (yoy).
"Pertumbuhan perekonomian Indonesia tersebut didorong oleh investasi di bidang infrastruktur, peningkatan output industri serta sektor jasa yang bergairah," ucap Presiden Direktur Bank DBS Indonesia Lim Chu Chang dalam DBS Asian Insights Conference di Jakarta, Selasa (21/5/2024).
Baca Juga: Bank Mandiri Proyeksi Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,06 Persen pada 2024
1. Investasi swasta diperkirakan tetap tumbuh
Meski hasil pemilu Presiden sudah ditetapkan pemenangnya oleh KPU dan dampaknya terasa di kuartal I, namun ia masih optimistis investasi akan tetap tumbuh di kuartal II, sehingga bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
"Meskipun ada pergantian kepemimpinan, tapi sudah jelas hasilnya. Jadi dengan kejelasan ini, kami berharap sektor swasta dapat melanjutkan investasi dan hal ini merupakan pertumbuhan yang luar biasa di Indonesia," ujar Lim Chu Chang.
Baca Juga: Jokowi Ingatkan Negara Kekurangan Air Bisa Hambat Pertumbuhan Ekonomi
2. Investasi FDI capai titik tertinggi
Selain itu, pemerintahan selanjutnya yang akan dipimpin oleh Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berkomitmen untuk menyelesaikan pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan oleh Presiden Joko "Jokowi" Widodo.
Editor’s picks
“Investasi FDI (Foreign Direct Investment) telah mencapai titik tertinggi berturut-turut dalam 4-5 tahun terakhir. Yang mana, bersama dengan kinerja saham yang kuat, hal ini memungkinkan kinerja ekspor yang kuat dengan dukungan yang lebih luas,” ucapnya.
Perdagangan eksternal akan tetap dibatasi oleh rendahnya harga komoditas dan kapasitas yang terbatas di China.
3. Konsumsi rumah tangga masih akan meningkat
Sementara itu, Chief Economist DBS Bank, Taimur Baig mengatakan, konsumsi rumah tangga akan menjadi penopang pertumbuhan di tengah melemahnya kinerja perdagangan.
"Kami setuju dengan perkiraan resmi pemerintah mengenai pertumbuhan sekitar 5 persen tahun ini. Kami berpendapat bahwa pendorong pertumbuhan ekonomi adalah investasi dan konsumsi dalam negeri,” ucapnya.
Laju perekonomian nasional masih dibayangi oleh koreksi harga komoditas dan konflik geopolitik menyebabkan normalisasi harga komoditas yang ujungnya akan mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia.
Sementara, sektor perdagangan dan eksternal yang terkait dengan komoditas tidak akan menjadi sumber pertumbuhan lantaran harga minyak yang berada pada posisi melemah.
"Kami tidak melihat adayan kemajuan signifikan meskipun ada beberapa geopolitik yang menjadi alasan mengapa kami tidak melihat hal tersebut," kata dia.
Penggerak ekonomi lainnya berasal dari belanja pemerintah dilakukan secara frontloading pada kuartal I-2024 yaitu untuk kegiatan pemilihan umum pada Februari 2024, belanja pegawai dengan terjadinya kenaikan gaji pegawai negeri sipil (PNS) serta bantuan sosial.
“Kami melihat adanya kenaikan gaji PNS dan perpanjangan program transfer sosial, serta beberapa proyek infrastruktur. Ini menjadi bidang-bidang utama dimana sektor publik akan kembali menjadi sumber lapangan kerja dan konsumsi, dukungan dan investasi yang besar,” tutur Taimur.