Ekonomi Global Anjlok Satu Dekade Terakhir, Begini Kondisi RI

Perlambatan signifikan ekonomi global 2013-2022

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kondisi ekonomi global dalam satu dekade terakhir menunjukkan pelambatan signifikan.

"Rata-rata pertumbuhan ekonomi global dalam satu dekade terakhir (2013 - 2022) hanya 3,1 persen, lebih rendah dari dekade sebelumnya (2003 - 2012) yang mencapai 4,2 persen," ucapnya dalam Rapat Paripurna DPR RI, Jumat (19/5/2023).

Baca Juga: Kemensos Jawab Tudingan Sri Mulyani Manipulasi Data Bansos oleh Timses

1. Ekonomi China hanya 6,2 persen di periode 2013-2022

Ekonomi Global Anjlok Satu Dekade Terakhir, Begini Kondisi RIGedung People's Bank of China, China (centralbanking.com)

Ia menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi di China, pada dekade sebelumnya mampu tumbuh 10,6 persen dan melambat signifikan menjadi hanya 6,2 persen pada periode 2013-2022.

Adapun penyebab perlambatan ini, karena perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Kemudian periode pengetatan kembali kebijakan moneter di AS pasca Global Financial Crisis (GFC) atau dikenal dengan istilah taper tantrum.

"Gejolak juga berasal dari pandemik COVID-19, perang di Ukraina yang menyebabkan kenaikan harga komoditas dan melonjaknya inflasi global, serta dampak perubahan iklim yang makin sering terjadi," ungkapnya.

2. Ekonomi Indonesia tetap tangguh

Ekonomi Global Anjlok Satu Dekade Terakhir, Begini Kondisi RIilustrasi ekonomi (IDN Times)

Meski ditengah gejolak global dan pelemahan ekonomi di sejumlah negara, Sri Mulyani menegaskan kinerja ekonomi Indonesia tetap terjaga, karena kerjasama yang erat semua pihak dalam menjalankan  program pembangunan. 

Ia bercerita, dalam satu dekade sebelum pandemik Covid-19, Indonesia menjadi satu dari sedikit negara G20 yang mampu tumbuh di atas rata-rata, pertumbuhan global.

"Rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sebelum pandemik yakni tahun 2010 sampai dengan 2019, sebesar 5,4 persen. Laju pertumbuhan berada di atas rata-rata, pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 3,7 persen, juga jika dibandingkan dengan emerging economies anggota G20 lainnya yang tumbuh rata-rata sebesar 3,7 persen," tegasnya.

Dengan pembangunan infrastruktur yang masif serta perbaikan iklim investasi dan bisnis yang terus dilakukan, Pemerintah mampu mendorong aktivitas ekonomi nasional di tengah perlambatan ekonomi global.

Dalam catatannya, saat pandemik di tahun 2020, aktifitas ekonomi di hampir seluruh dunia mengalami kontraksi. Ekonomi Indonesia terkontraksi 2,1 persen,  jauh lebih moderat dibandingkan kontraksi yang terjadi di Filipina -9,5 persen, Thailand -6,2 persen, Malaysia -5,5 persen, dan Singapura -3,9 persen.

Bahkan perekonomian Indonesia, juga mampu pulih cepat dan kuat pada tahun 2021, tumbuh 3,7 persen, dan berlanjut dengan pemulihan yang kuat pada tahun 2022, tumbuh 5,3 persen. Dengan pencapaian ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang dapat pulih dari tekanan pandemik Covid-19 dengan cepat dibandingkan mayoritas negara lainnya di dunia.

"PDB riil Indonesia tahun 2022 telah mencapai 7,0 persen, di atas level periode pra pandemik. Pemulihan ekonomi juga terjadi lebih merata baik dari sisi permintaan maupun produksi. Pada tahun 2022, seluruh sektor perekonomian dapat mencatatkan pertumbuhan positif. Sektor pariwisata dan penunjangnya yang paling terdampak pandemik pun mampu tumbuh signifikan," tuturnya. 

Baca Juga: Sri Mulyani Tambah Anggaran Mobil Dinas Pejabat, Ini Rinciannya

3. Angka pengangguran RI turun

Ekonomi Global Anjlok Satu Dekade Terakhir, Begini Kondisi RIilustrasi pencari kerja (IDN Times/Aditya Pratama)

Kemudian, angka pengangguran juga menurun dari sebelumnya 5,94 persen  pada
tahun 2014, menjadi 5,18 persen  pada 2019. Sementara itu, tingkat kemiskinan
menurun tajam dari 11 persen  menjadi single digit 9,2 persen pada periode yang sama.

Tak hanya itu, tingkat ketimpangan pengeluaran yang diukur menggunakan rasio gini, juga  membaik signifikan, dari sebelumnya 0,414 menjadi 0,380.

"Berbagai program afirmasi pada kelompok miskin dan rentan serta program-program
perlindungan sosial lainnya efektif menurunkan angka kemiskinan dan ketimpangan. Ini membuktikan bahwa kerja sama yang solid dan sangat baik dari seluruh pihak, 
menjadi modal yang sangat kuat pada saat menghadapi guncangan luar biasa pandemik COVID-19," paparnya.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya