Kebangkrutan Silicon Valley Bank Harus Jadi Pelajaran Perbankan 

Diharapkan tidak berdampak seperti krisis keuanhan 2008

Jakarta, IDN Times - Pemerintah memastikan akan mewaspadai dampak dari kebangkrutan Silicon Valley Bank (SVB) terhadap ekonomi domestik.

Adapun kebangkrutan SVB menjadi kegagalan terbesar untuk perbankan AS terbesar sejak krisis keuangan 2008.

"Jangan sampai kasus dari SVB dan Signature Bank atau yang lain bawa efek sentimen negatif di region ini, mudah-mudahan dampaknya tidak sebesar krisis ekonomi 2008 kemarin,” tutur Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara 'Maybank Indonesia Economic Outlook 2023', Rabu (15/3/2023).

Baca Juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Jokowi Ingatkan soal Krisis Global

1. Kasus SVB harus jadi pelajaran bagi perbankan

Kebangkrutan Silicon Valley Bank Harus Jadi Pelajaran Perbankan Sillicon Valley Bank (dok. SVB)

Ia meminta, kasus SVB menjadi pelajaran dan alarm bagi sektor perbankan agar tidak bernasib sama seperti SVB.

"Bahwa yang ajaib-ajaib ini akhirnya jatuh juga. Ini kan salah satu akibat over aset yang lebih tinggi di sektor digital,” jelasnya.

Meski demikian, Airlangga meyakini perekonomian Indonesia ke depan akan tetap kuat. Terlebih potensi resesi Indonesia hanya sekitar 3 persen saja. Artinya, kemungkinan 97 persen Indonesia tidak akan mengalami resesi.

Baca Juga: Bahlil Kaji Dampak Bangkrutnya Silicon Valley Bank terhadap Indonesia

2. SVB patut diwaspadai

Kebangkrutan Silicon Valley Bank Harus Jadi Pelajaran Perbankan Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Senada dengan Airlangga, Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, juga mewaspadai bangkrutnya Silicon Valley Bank di Amerika Serikat (AS). Bank penyuntik perusahaan-perusahaan rintisan (startup) itu kolaps pada 10 Maret 2023.

"Yang harus kita waspadai sekarang adalah kondisi pasar global yang seperti terjadi dalam pekan terakhir ini, penutupan Silicon Valley Bank," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN kita di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Selasa (14/3/2023).

Dia menyebut, SVB adalah bank yang relatif kecil, merupakan bank regional dengan aset hanya 200 miliar dolar AS. Aset tersebut dinilai sangat kecil untuk ukuran bank di AS. Namun, apa yang terjadi pada SBV telah menimbulkan guncangan yang signifikan dari sisi kepercayaan deposan di Amerika Serikat.

"Oleh karena itu kemudian pemerintah Amerika yang tadi tidak melakukan bailout, kemudian memutuskan melakukan bailout, menjaga seluruh deposito dari SVB. Ini tentu adalah suatu pelajaran yang perlu untuk kita lihat bahwa bank yang kecil di dalam posisi tertentu bisa menimbulkan persepsi sistem," tuturnya.

Baca Juga: Keuntungan Indonesia dari Bangkrutnya Silicon Valley Bank

3. Indonesia dapat berkah dari bangkrutnya SVB

Kebangkrutan Silicon Valley Bank Harus Jadi Pelajaran Perbankan Ekonom Senior INDEF, Aviliani (IDN Times/Hana Adi Perdana)

Ekonom Senior Indef, Aviliani, mengatakan, pasar keuangan Indonesia akan mendapatkan berkah dari bangkrutnya Silicon Valley Bank.

Berkah yang akan didapatkan Indonesia dalam bentuk aliran modal asing (capital inflow) yang lebih besar karena investor mengalihkan dananya ke aset keuangan domestik.

"Kebangkrutan SVB, kita akan dapat keuntungan karena ketika suatu negara alami krisis keuangan, maka uangnya akan masuk ke Indonesia," ucapnya dalam acara 'Fortune Indonesia Summit 2023', Rabu (15/3/2023).

Avi menjelaskan, ada beberapa indikator yang akan mendorong inflow ke dalam negeri. Pertama, suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75 persen.

Kemudian, sisi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang berkomitmen menjaga stabilitas sistem keuangan Indonesia.

"Suku bunga acuan Indonesia masih bagus, dan OJK juga menjaga sistem keuangan jauh lebih bagus dibandingkan negara maju. Ini artinya kita beruntung atas kasus 1998 karena pengawasan jauh lebih baik di sektor keuangan," katanya.

Menurut Aviliani, kasus SVB menjadi pelajaran bagi Indonesia. Sebab, persepsi dan psikologi pasar akan menentukan volatilitas yang dapat menganggu perekonomian.

"Kalau persepsi kita baik dan melakukan kontribusi konsumsi dan investasi seimbang, maka krisis gak ada. Jika masyarakat persepsi buruk akan menjadi bahaya. Bahkan saat ini persepsi sistem keuangan sudah dijaga dengan baik dengan UU P2SK, ada perubahan LPS tidak hanya jaga dana masyarakat tapi juga beri solusi jika ada bank bermasalah dia membantu jaga stabilitas sistem keuangan dan tambah keyakinan," katanya.

Baca Juga: Silicon Valley Bank Bangkrut, Sri Mulyani: Harus Kita Waspadai

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari

Berita Terkini Lainnya