PKT Kembangkan Teknologi Green Amonia di Indonesia

Potensi thorium di Indonesia capai 210 ribu-270ribu ton

Jakarta, IDN Times - PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mulai menjajaki pengembangan teknologi green Amonia, dengan menggunakan energi berbasis thorium.

Pengembangan ini, turut melibatkan banyak pihak seperti, Pertamina New & Renewable Energy, Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP.

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi berkomitmen terus melakukan transformasi hijau dengan melakukan kajian inovasi berbasis teknologi untuk mengeksplor penggunaan energi yang terbarukan, salah satunya melalui green Amonia.

"Selain ramah lingkungan, green Amonia juga untuk mendukung program net zero emission yang dicanangkan pemerintah Indonesia di 2060, PKT melihat potensi pasar untuk green Amonia sangat tinggi," ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat (19/5/2023). 

1. Green amonia tak hasilkan CO2

PKT Kembangkan Teknologi Green Amonia di Indonesiailustrasi Bumi (IDN Times/Mardya Shakti)

Rahmad Pribadi, meyakini akan semakin banyak konsumen yang beralih ke penggunaan energi terbarukan seperti green amonia. Karena dalam proses produksinya tidak menghasilkan emisi CO2.

"Dengan begitu, PKT berupaya mengembangkan teknologi produksi amonia tanpa menggunakan bahan baku hidrokarbon sebagai salah satu upaya dekarbonisasi," jelasnya. 

Green ammonia, thorium juga tergolong sebagai sumber energi hijau yang lebih ekonomis. Dalam catatannya, potensi kandungan thorium di Indonesia mencapai 210.000-270.000 ton yang tersimpan di daerah Bangka, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat

Baca Juga: Pangkas Emisi Karbon, Bluebird Bakal Tambah 500 Taksi Listrik

2. Kajian green amonia pakai energi berbasis thorium terus berlanjut

PKT Kembangkan Teknologi Green Amonia di IndonesiaIlustrasi Perjanjian (IDN Times/Arief Rahmat)

Sinergi positif yang digagas PKT dalam penjajakan produksi green amonia ini, diawali dari komunikasi dengan Co-Founder Copenhagen Atomics. Thomas Jam Pederson, pada bulan Juli 2022. 

Tetapi dalam perkembangannya, Copenhagen Atomics, justru menawarkan PKT untuk bergabung dalam kajian bersama mengenai green amonia yang sedang dilakukan antara Copenhagen Atomics, Topsoe dan Alfa Laval.

Untuk tahap awal, PKT bersama Copenhagen Atomics, Topsoe, Alfa Laval, dan Aalborg CSP, sudah menandatangani nota kesepahaman (MoU) mengenai kajian green amonia menggunakan energi berbasis thorium secara digital pada Januari 2023.

"Ini sebagai bukti keseriusan dan komitmen, seluruh pihak yang terlibat di kerja sama ini, pun sepakat untuk kembali menandatangani nota kesepahaman kedua, pada 19 Mei 2023 mendatang di Copenhagen, Denmark," ucapnya. 

3. Pembangunan fasilitas produksi green amonia butuh investasi 4 miliar dolar AS

PKT Kembangkan Teknologi Green Amonia di Indonesia(IDN Times/Arief Rahmat)

Adapun, fokus dari kajian ini adalah rancangan pembangunan fasilitas yang memproduksi green ammonia sebesar 1 juta ton per tahun, dengan estimasi investasi senilai 4 miliar dolar AS. 

“Tentunya ini, adalah kesempatan dan peluang yang sangat positif bagi kemajuan PKT dan juga bagi industri petrokimia Tanah Air," ucap Rahmad Pribadi. 

PKT menegaskan akan selalu membuka diri untuk berkolaborasi dengan banyak pihak, yang bisa melahirkan teknologi dan inovasi terbaik. Salah satunya lewat penjajakan green amonia sebagai bentuk energi terbarukan ini.

"PKT melihat, di masa depan, nantinya grey ammonia atau produk-produk berbahan baku hidrokarbon akan digantikan oleh produk-produk green ammonia,” pungkas Rahmad.

Baca Juga: DJP Dalami Laporan 9 Juta Hektare Lahan Sawit Belum Bayar Pajak

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya