Potensi AS Gagal Bayar Utang Picu Investor Cari Aset Aman

Pasar keuangan global kena dampak default utang AS

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia mengakui potensi pemerintah Amerika Serikat (AS) gagal bayar utang pada Juni mendatang, bakal memicu sentimen negatif terhadap pasar keuangan global.

Mengutip data Statista, pada Februari 2023, utang publik Amerika Serikat membengkak hingga sekitar 31,458 triliun dolar AS. Jumlah tersebut mengalami kenaikan cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

"Default AS akan menimbulkan sentimen negatif di market. Kemudian dapat mendorong pelaku pasar melakukan tindakan flight to quality, di mana dana akan bergerak ke safe haven assets," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI, Edi Susianto kepada IDN Times, Kamis (11/5/2023). 

Adapun flight to quality adalah tindakan investor memindahkan modal mereka dari investor berisiko ke investasi yang lebih aman.

Baca Juga: Soal Gagal Bayar Utang AS, Sri Mulyani Bocorkan Dampaknya Terhadap RI

1. Investor beralih ke safe haven

Potensi AS Gagal Bayar Utang Picu Investor Cari Aset Amanilustrasi investasi (pexels.com/Lukas)

Meski tidak bisa memprediksi seberapa besar dampaknya, namun kata Edi, inti masalah gagal bayar utang AS, berasal dari aset pemerintah AS yang bermasalah. Dengan kondisi itu, BI memperkirakan pelaku pasar akan mulai melakukan asesmen secara menyeluruh untuk mencari aset yang aman.

"Investor lagi mencari safe haven aset mulai dari emas atau di aset goverment bond dari negara-negara berkembang yang memiliki ekonomi masih kuat," kata dia.

Meski demikian, BI menegaskan berbagai kemungkinan masih dapat terjadi, sehingga BI masih akan terus memantau berbagai perkembangan terkini.

Baca Juga: AS Terancam Gagal Bayar, RI Waspada Bunga Utang Bisa Naik Signifikan

2. Gagal bayar utang picu risiko sistemik global

Potensi AS Gagal Bayar Utang Picu Investor Cari Aset Amanilustrasi utang negara (IDN Times/Aditya Pratama)

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira. mengatakan masalah gagal bayar utang AS memang berisiko memicu krisis sistemik global pascapandemik. Kondisi inflasi global yang masih tinggi serta kenaikan suku bunga (global), menurutnya, akan berimplikasi pada naiknya beban bunga utang.

"Kita perlu memperhatikan kondisi utang karena saat ini porsi utang saat ini 89 persen lebih bentuknya SBN yang artinya tergantung pada bunga pasar," ujarnya kepada IDN Times. 

Upaya pemerintah untuk melakukan pengurangan beban utang dinilainya menjadi sulit. Sebagai informasi, pemerintah menetapkan bunga utang tahun ini mencapai Rp441,4 triliun atau setara 21,8 persen dari target penerimaan perpajakan di tahun yang sama. 

Berdasarkan data Kementerian Keuangan, utang pemerintah hingga kuartal I tercatat Rp7.879,07 triliun. Utang ini naik Rp17,39 triliun dibandingkan posisi utang pada Februari yang tercatat Rp7.861,68 triliun.

Sementara itu, apabila dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, utang tercatat Rp7,052 triliun. Artinya, terjadi peningkatan 11,7 persen (yoy).

Baca Juga: Fakta-Fakta Pemerintah AS Terjerat Utang Jumbo, Tembus US$31 Triliun!

3. Cara ini bisa bikin RI terbebas dari risiko gagal utang AS

Potensi AS Gagal Bayar Utang Picu Investor Cari Aset AmanIlustrasi Utang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut Bhima, Indonesia bisa saja terhindar risiko gagal bayar utang. Solusinya, memanfaatkan fasilitas debt swap (pertukaran utang dengan program) dan debt suspenssion (penangguhan bunga utang), meskipun hanya bisa berfungsi pada kreditur non-SBN.

Sementara itu, manajemen risiko fiskal juga dinilai menjadi rumit karena beberapa proyek yang sebelumnya murni dikerjakan BUMN, mulai dibebankan ke APBN, baik melalui PMN maupun penjaminan. Bhima mencontohkan salah satunya adalah proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

" Pemerintah harus cari jalan keluar dengan turunkan ambisi berutang demi mega proyek yang secara ekonomis tidak layak. Selain itu, porsi SBN dari total utang pemerintah sebaiknya dikurangi dengan peningkatan rasio pajak dan pengendalian belanja," katanya.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya