Sawit Terampil Genjot Produktivitas Petani hingga 14 Persen

Program sawit terampil diinisiasi sejak 2020

Jakarta, IDN Times - Sinar Mas Agribusiness and Food menyebut program pemberdayaan petani sawit melalui Sawit Terampil mampu meningkatkan produktivitas petani sawit menjadi 14 persen pascamenerima pelatihan dan pembimbingan.

"Apa manfaat yang didapatkan petani dari program ini? Terjadi peningkatan produktivitas 14 persen setelah mengikuti program Sawit Terampil, dan petani juga dapat pengetahuan bagaimana memanen sawit," kata Head of Traceable & Transparent Production Sinar Mas Agribusiness and Food, Wahyu Wigati Wijayanti, dalam diskusi di Jakarta, Jumat (26/5/2023).

Ia menjelaskan, peningkatan produksi itu terjadi dari semula 18,5 ton/ha/tahun menjadi 21,02 ton/ha/tahun setelah kegiatan pembinaan. Peningkatan produktivitas juga dilakukan berdasarkan kelompok umur perkebunan. Produktivitas tertinggi pada kelompok umur perkebunan 21-25 tahun adalah sebesar 19 persen.

"Sedangkan pada kelompok yang lebih muda sekitar 1 hingga 5 tahun dan 6 hingga 10 tahun peningkatan produktivitasnya tidak terlalu terlihat," ungkapnya. 

Baca Juga: Sinar Mas: 520 Petani Sawit Siap Disertifikasi RSPO

1. Program Sawit Terampil diinisiasi sejak 2020

Sawit Terampil Genjot Produktivitas Petani hingga 14 PersenIlustrasi perkebunan kelapa sawit. (IDN Times/Sunariyah)

Ia menceritakan, program Sawit Terampil telah diinisiasi sejak 2020 dengan tujuan untuk memberikan pembinaan kelompok dan memberikan bimbingan individu untuk meningkatkan praktik-praktik pertanian.

Hal itu dilakukan melalui pelatihan peningkatan kapasitas dan sesi pendampingan mengajarkan petani swadaya untuk menerapkan metode budidaya yang lebih berkelanjutan. Termasuk juga mempersiapkan diri untuk memenuhi persyaratan sertifikasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan RSPO.

"Sertifikasi ISPO merupakan tonggak penting bagi petani swadaya mengikuti mandat pemerintah bahwa petani dan pabrik kelapa sawit yang beroperasi di negara ini setidaknya harus memenuhi standar ISPO pada tahun 2025 serta mempersiapkan mereka untuk memenuhi persyaratan RSPO," ucapnya.

Baca Juga: Peremajaan 1.000 Ha Kelapa Sawit yang Tidak Produktif di Kaltim 

2. Petani swadaya kelola 41 persen perkebunan sawit

Sawit Terampil Genjot Produktivitas Petani hingga 14 Persenilustrasi tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Ia menjelaskan, dari total 2,7 juta petani swadaya, sebanyak 41 persen mengelola area perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

"Ini menjadikan mereka kontributor utama dalam meningkatkan standar keberlanjutan di industri ini. Namun, banyak petani yang tidak memiliki akses terhadap pelatihan agronomi formal, pengetahuan administratif, dan dukungan yang dapat membantu meningkatkan praktik-praktik pertanian mereka dan memenuhi peryaratan sertifikasi," jelasnya.

Inisiatif ini didukung oleh Smart Research Institute (SMARTRI), lembaga penelitian perusahaan yang menawarkan bimbingan mengenai praktik agronomi terbaik, dan mitra pelaksana Kolitva. Kemudian Neste Oil dan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) yang merupakan mitra terbaru yang bergabung pada 2022 dalam proyek ini.

Baca Juga: DJP Dalami Laporan 9 Juta Hektare Lahan Sawit Belum Bayar Pajak

3. Petani sawit rentan dengan ketidakpastian global

Sawit Terampil Genjot Produktivitas Petani hingga 14 Persenilustrasi brondolan kelapa sawit (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Sementara itu, Head of Sustainability and Startegic Projects, Sinar Mas Agribusiness and Food, Gotz Martin, mengatakan, petani swadaya sangat rentan terhadap ancaman ketidakpastian ekonomi dan perubahan iklim.

Sektor pertanian yang berkelanjutan dan tangguh, dinilainya dapat memberikan stabilitas yang mereka butuhkan untuk memitigasi risiko-risiko ini.

"Sawit Terampil dirancang untuk membantu melindungi petani swadaya dari tekanan-tekanan ini. Memberdayakan mereka dengan keterampilan dan pengetahuan, kami bertujuan untuk membangun ketangguhan di antara para petani swadaya dan membekali mereka dengan kemampuan untuk menjaga stabilitas dalam menghadapi perubahan," tegasnya.

Ia menjelaskan, ada dua program yang diterapkan. Pertama, mendukung petani untuk menerapkan praktik-praktik pertanian terbaik guna meningkatkan hasil panen dan produktivitas mereka serta memungkinkan masyarakat perdesaan untuk berkembang dan tidak hanya bertahan hidup.

"Melalui program Sawit Terampil juga membantu petani untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia, pestisida sintetis, dan herbisida, petani dapat mengurangi biaya yang harus dikeluarkan sekaligus memberikan dampak positif bagi lingkungan," tegasnya.

Baca Juga: Kementan Gandeng Berbagai Pihak Perkuat Kelapa Sawit Indonesia

Topik:

  • Deti Mega Purnamasari
  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya