Eksklusif! Ngobrol Seru dengan Menko Luhut Pandjaitan 

Apa kisah di balik pertemuan dengan Surya Paloh di London?

Jakarta, IDN Times – Jenderal TNI (Purnawirawan) Luhut Binsar Pandjaitan tampil rilek saat kami bertemu untuk wawancara #NgobrolSeru by IDN Times, Rabu (1/2/2023), sore hari, di kantornya, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves), di kawasan Jalan MH. Thamrin, Jakarta. Berbaju batik nuansa warna kuning, LBP, demikian nama singkatan populernya, menjawab semua pertanyaan selama lebih dari satu jam. “Sudah lumayan, gak jetlag lagi,” kata Luhut.

Kami janjian wawancara sejak bertemu di Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2023 di Davos, Swiss, 16-19 Januari 2023. Sehari bisa 3-4 kali saya papasan dengan Menko Luhut yang memiliki agenda padat, 16-20 pertemuan dan sesi pidato singkat di WEF. Tema mulai dari paparan ekonomi Indonesia, program transisi energi dan Net Zero Emission (NZE) Indonesia, sampai keketuaan Indonesia untuk ASEAN 2023.

Luhut juga pidato di Paviliun Indonesia, dan bertemu antaralain dengan mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair dan meenantu mantan Presiden AS Donald J. Trump, Jared Kushner. Kushner menjabat penasihat senior Gedung Putih saat ayah mertuanya menjadi Presiden AS.

Dari Swiss, Luhut tidak langsung pulang ke Tanah Air. Dia terbang ke tiga negara di Afrika untuk misi menjajaki kerjasama ekonomi pula. Dia terbang ke Kenya, Zimbabwe dan Kongo. “Mumpung sudah di Eropa, kan turun lanjut tujuh jam terbang ke Nairobi. Sekalian capeklah,” kata Luhut soal serial perjalanan ke luar negeri kali ini.

Kami mulai dengan permainan pilihan kata, fire chats. Saat saya tanya pilihan antara Jokowi atau Megawati, Luhut menjawab cepat, “Jokowi”. Begitu juga antara warna Kuning atau Biru, dijawab yakin, “Kuning”. Sambil tertawa lebar.

Berikut petikan wawancara eksklusif dengan Luhut:

Baca Juga: Kerap Dipanggil Lord hingga Perdana Menteri, Luhut: Saya Fokus Kerja

Soal sebutan di media sosial ke sosok Luhut, yaitu “Opung”, "Lord”...

Bahkan, banyak yang menganggap Luhut “Perdana Menteri” RI, saking dianggap berkuasa, pernah pegang 27-an jabatan, mengurusi dari Tesla sampai minyak goreng. Apa tanggapan Anda?

Iya, saya pikir sih, haknya orang ya menyebut begitu. Saya sih begini Uni, saya melihatnya, saya kerja aja, saya mensyukuri bahwa Presiden percaya sama saya, ya, banyak publik juga percaya sama saya, dan saya kerjakan dengan senang hati. Karena target saya cuma satu sih, apa yang bisa saya kan bikin yang terbaik buat republik ini dan kalau ada buahnya, saya pikir itu satisfaction yang sangat besar. Jadi, memang itu mimpi saya, gak banyak-banyak, umur saya kan tahun ini 76 tahun, nanti September.

Nah, jadi saya pikir, saya penugasan saya di pemerintah saya pikir kita kan harus tahu diri, saya pikir kita kan penting dalam hidup itu mengukur diri, saya pikir, saya 2024 sudah berumur 77 tahun, jadi saya pikir, it’s about time to resign. Saya akan mengurusi yang lain, gak akan pensiun sepenuhnya. Saya akan terus mengurus mengenai research center IT Del, research center mengenai genomik untuk pertanian, dan agriculture, herbal berbasis AI, saya pikir yang bisa bermanfaatlah, yang orang pikir mungkin ya kerjaan tidak besar, tapi menurut saya penting.

Ini proyek nya pemerintah yang dibuat, tetapi kebetulan dikaitkan dengan IT Del, karena kebetulan tempatnya di situ, jadi banyak dilakukan di sana, di (kabupaten di Sumatera Utara) Humbang Hasundutan. Saya mau fokus untuk memberikan sumbangan untuk melahirkan bibir-bibit yang bagus. Itu yang saya pikirkan Uni, jadi orang mau panggil apa aja, buat saya gak terlalu…

Ya, buat saya saya syukuri orang menghormati, tapi ada juga orang yang tidak suka, ya hak dia juga. Nabi aja ada yang gak suka kog, apalagi kita manusia, ya biasa aja, jadi saya pikir, just do the best, yang bisa lakukan.

Tanggapan soal kritik atas penanganan pandemik COVID-19

Eksklusif! Ngobrol Seru dengan Menko Luhut Pandjaitan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Di awal-awal, tragedi kehabisan tabung oksigen yang merengut ribuan nyawa dan, kemudian Indonesia memperbaikinya sehingga dianggap menjadi salah satu yang baik dalam menangani pandemik. Apa yang dirasakan saat Presiden Jokowi akhirnya mengakhiri PPKM?

Mungkin terasa, seperti ada kepuasan pribadi ya, wow finally done. Walaupun kita masih waspada ya, karena saya juga seperti Uni kehilangan ya. Saya kehilangan teman saya juga. Yang artinya saya gak bisa bantu, padahal katanya saya orang yang berkuasa.

Bayangkan orang ngantri waktu itu, dia (teman saya) gak dapat oksigen. Saya telepon ke mana-mana, tapi ya tetap aja mau bypass bagaimana, akhirnya pas udah mau dapat, udah lewat. Jadi saya juga merenung. Bahwa manusia itu semua ada waktunya, dan semua ada batas kemampuan, jadi betapa pun jabatan hebat kita, ada batasnya, yang kita haris sadar.

Nah itu menjadi pembelajaran buat kita, saya sampaikan juga kepada anak-anak muda di kantor saya, 'eh ingat-ingat ya, apa pun jabatanmu nanti dan saya doakan kalian lebih hebat dari saya, jangan pernah merasa bahwa kamu itu sudah seakan gak pernah turun. Sooner or later, kamu pasti jadi rakyat biasa lagi. Jadi, berperilakulah terus tetap rendah hati, jangan sombong, karena menurut saya itu penting. Jangan kita cederai orang dengan kekuasaan kita. Jangan pernah kita lakukan itu. Marahin ya biasa. Tegor ya. Tapi jangan sampai orang itu dirusak, karena kita punya kuasa. Abuse of power. Jangan pernah.'

Soal kedekatan dengan Presiden dan sangat dipercayai. Ingin tahu seberapa sering bertemu Presiden Jokowi? Seminggu ketemu Pak Jokowi berapa kali?

Hehehe. Saya sebenarnya, ya saya dulu minta sama Presiden awal-awalnya..pengalaman Pak Benny (Jenderal TNI Benny Murdani, Panglima ABRI, red), saya cerita mengenai hubungannya dengan Pak Harto (Presiden Soeharto, red), Pak Benny cerita ke saya, saya banyak belajar dari Pak Benny. Beliau bilang, cerita, begitu mereka ada sedikit tidak pas begitu, jadi, Pak Benny bilang sama saya, ya saya jarang ketemu Pak Harto.

Sejak itu, ya udah masuk orang lain gini-gini, akhirnya informasi-informasi yang benar jadi tidak jalan lagi. Saya sampaikan juga pengalaman itu. Saya bilang, saya akan mengabdi kepada Presiden RI, sepanjang saya kuat. Tapi, saya mau lakukan yang terbaik, saya berjanji kepada diri saya, selama saya ada di pemerintahan, saya tidak akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang bertentangan dengan keinginan dari Presiden.

Saya pikir itu penting. Karena itu saya bilang ke Presiden, saya minta izin Pak, kalau bisa, kita pelihara kontak-kontak. Jadi saya minta paling tidak seminggu sekali saya ketemu, laporan, apa yang saya tahu begini-begini. Ya kalau ada Bapak yang tahu kalau saya, apa, Bapak juga bisa beritahu. Karena saya juga manusia. Jadi itu yang saya minta kepada beliau pada waktu saya baru pertama kali jadi Kepala Staf Kepresidenan.

Dan itu sampai hari ini jalan. Jadi paling tidak sekali seminggu, kalau saya tidak bisa, kalau for some reason ada perlu, saya sedang ada di luar negeri, saya telepon. Memberi tahu, laporan seperti saya dari Davos kemarin, saya telepon, saya laporkan Pak Presiden, progress begini-begini, apakah tidak ada arahan atau petunjuk Bapak? Jadi saya ndak mau salah. Karena apa yang saya lakukan itu subject kepada approval dari Bapak Presiden. Kadang-kadang ada yang karena situasi sudah saya kerjain saya, saya lapor. Itu saya lakukan.

Kalau dianggap berlebihan saya ketemu Presiden, ndak juga. Tidak mau saya klaim begitu. Trust itu menurut saya penting. Trust dan professionalism. Dua hal itu yang menurut saya harus kita pegang, seorang perwira, seorang tentara begitu, dan itu yang saya lakukan sejak saya belajar di TNI.

Baca Juga: Luhut Ungkap Kabar Terbaru Rencana Investasi Tesla di RI 

Tanggapan soal sering mewakili Presiden dalam misi ke luar negeri?

Nggak juga. Saya memang mungkin, Tuhan itu sudah menakdirkan saya itu punya kawan banyak. Karena menurut saya, begini lho Uni, hidup itu at the end, perkawanan, trust, networking. Jadi saya punya teman hampir di semua tempat, saya berteman baik dengan Mohammed Bin Salman (Pangeran Mahkota Kerajaan Arab Saudi), saya masih bisa ber-WhatsApp dengan beliau.

Saya berteman baik dengan Presiden Abu Dhabi, maksudnya Uni Emirat Arab. Saya berteman juga dengan dengan pembantu dekat Presiden (Joe) Biden, saya bertelepon dengan dia. Saya berteman baik dengan (mantan) Menlu China Wang Yi. Saya berteman banyak sekali, sama Kristalina (Georgieva, Direktur Pelaksana IMF, red), sangat dekat, juga misalnya dengan Madame Lagarde (Christine Lagarde, Presiden Bank Sentral Eropa), banyak sekali Uni. Teman-teman itu, yang menurut saya, mereka sharing trust.

Jadi apa yang saya sampaikan itu kan juga dia message ke yang lain. Nah itu membangun suatu confidence. Nah, Presiden paham itu. Ya Presiden itu, sebagai kepala negara, kalau saya sebagai komandan, saya pasti gunakan dong anak buah saya yang bisa merepresentasi saya untuk menyampaikan sesuatu. Ya misalnya Perdana Menteri Australia ndak tahu gimana, kog kami cocok. Misalnya minggu depan, beliau jadwalkan kami tanggal 14, jam 4 sore bertemu..di Australia. Seperti-seperti itu kan, Uni, susah ya bilangnya. Jadi..saya lapor ke Presiden, ya sudah, bertemu. Saya tanya arahan Bapak apa? Mau bicara ini, ini, ini. Kalau Bapak ada arahan lain? Ya udah itu, ditambahin ini.

Jadi, saya pikir itu, jadi siapa pun nanti kepala negara yang akan datang, menurut saya, dia harus punya messenger yang dia percaya, yang bisa menerjemahkan kemauan beliau ke berbagai pihak, dan itu menurut saya yang penting, karena ndak mungkin Presiden melakukan semuanya sendiri. Beliau kan urusan dalam negerinya saja begitu banyak. Wong saya aja begitu banyak pekerjaan, apalagi presiden. Itu sebenanrya Uni. Jadi, kalau dibilang berlebihan, ya tidak.

Dengan Jared Kushner bagaimana kami berkawan. Bagaimana Tony Blair, datang ke Paviliun Indonesia bertemu saya. Bagaimana hubungan dia dengan MBZ yang begitu bagus, dengan (pemimpin) Qatar yang begitu bagus, ya saya minta bantu. Dia kadang-kadang mengatur pertemuan saya. Uni bayangin, mantan Perdana Menteri Inggris, membantu pertemuan saya. Kenapa?

Ya saling memanfaatkan saja untuk kebaikan. Kenapa tidak? Dia ke rumah saya. Jadi, menurut saya Uni, memang, ya pembantu presiden itu harus ada yang bisa menjalankan peran itu dan menurut saya penting. Karena ekosistem yang dibangun pemerintahan Presiden Jokowi sekarang, menurut saya sudah luar biasa. Tadi saya bicara di Mandiri Investment Forum 2023, tadi pagi kan, saya ketemu grup bule-bule, pengusaha besar, berlima mereka.

Mereka tanya, bagaimana 2024? Saya bilang ya, mestinya kalau presiden yang akan datang waras, dia akan mengkapitalisasi apa yang sudah dibuat Presiden Joko Widodo ini. Maaf, bahasa saya bahasa tentara, bahasa lugas, alangkah bodoh gobloknya kalau dia tidak meneruskan ini. Karena itu akan membuat story dia bagus, karena ekosistemnya sudah terbentuk yang belum pernah terjadi selama sejarah Republik Indonesia. Diakuin dunia. Itu jangan Uni bilang dari saya. Anda kemarin di Davos, bagaimana orang mengapresiasi Indonesia.

Jadi saya pikir, saya bilang tadi sama mereka, saya tidak ada sedikitpun khawatir mengenai itu karena siapa pun presiden yang akan datang itu pasti saya kenal, karena COVID-19 kemarin. Jadi, entah itu gubernur, entah itu mantan tentara saya pasti kenal. Dan pasti mereka akan minta pendapat saya, saya kan share ini. Sebagai seorang warga negara. Dan itu tadi, sebelum mereka terpilih, siapa pun alangkah gobloknya, alangkah tololnya, kalau dia tidak lanjutkan apa yang sudah begitu baik dibuat oleh Pak Jokowi ini. Dan dia tidak perlu malu mengenai itu, kenapa? Ya kan success story-nya nanti 10 tahun kemudian dia juga. Orang akan mengingat Pak Jokowi membuat landasannya, orang akan mengingat dia mengeksekusinya sehingga pada 2030, saya kira bisa 3,5 miliar dolar AS GDP kita. Bisa 10 ribu dolar AS income per capita kita. Ya ini kan achievement yang besar.

Sekarang kita sudah mulai masuk, menurut saya dari data, industrialisasi, negara ini. Karena kita sudah downstreaming industri, kita sudah kemarin, ada India yang datang, Srivasan, siapa gitu namanya, masuk investasi di airport, di Kertajati. Saya bilang sama dia, kamu jangan itu aja. Ajak dari India yang bikin sendok, garpu, industrinya. Bahan bakunya ada di Morowali. Stainless steel semua itu, bisa dibikin nanti, surgical tools untuk membuka dada, memotong apa semua, itu kan dari stainless steel. Jadi, Uni, menurut saya ya banyak sekali, sekarang ini. Tinggal kita kembangkan. Ke depan ini, dan sedang berkembang sekarang.

Di periode kedua, Presiden Jokowi nampak lebih semangat di panggung internasional, dan G20 Presidensi Indonesia dianggap sukses karena hasilkan deklarasi di tengah konflik Rusia-Ukraina. Apa yang mendorong itu?

Eksklusif! Ngobrol Seru dengan Menko Luhut Pandjaitan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan (IDN Times/Fauzan)

Ya, menurut saya beliau ini hebat. Beliau gak pernah Lemhanas, gak pernah Seskoad, tapi melihat satu strategi besar Indonesia. Kita ini mungkin alam sudah menskenariokan kita punya presiden seperti Pak Jokowi di era ini. Saya gak bisa bayangkan kalau presiden kita di era sulit ini adalah seorang yang tidak berani membuat keputusan. Ya orang bilang, saya mengurusi COVID-19 begini-begini, tapi kalau ndak ada keputusan Presiden kan saya juga gak bisa bikin apa-apa.

Jadi dalam banyak hal termasuk misalnya G20, karena saya juga ikut terlibat langsung, saya lihat beliau berani membuat keputusan, misalnya, pertemuan China dengan AS. Itu kan wakil menlunya AS, perempuan, ke Bali, datang, ketemu saya. Terus kita bicara-bicara, ya terus, saya bilang, kamu gimana rencana pertemuan Presiden Biden dengan Presiden Xi?

Dia bilang mereka sudah minta tiga kali, kami ndak mau. Kenapa? Saya bilang, dibikin di Bali aja, kan pas ada G20, bagus. Mungkin sudah rencana juga sih. Kalau Indonesia mau fasilitasi kami mau. Saya bilang, serius? Dijawab iya serius, karena kami melihat posisi Indonesia yang independen. Tidak berat sebelah. Saya lapor Presiden. Jadi bikin kontaklah. Saya beritahu kepada penasihat Presiden Biden, saya jelaskan, per telepon. Saya beritahu dubesnya di sini, sehingga jalanlah itu pertemuan sampai empat jam di Bali. Itu kan Pak Jokowi juga punya peran.

Jadi beliau pergi ke Ukraina, Kiev, pergi ke Rusia, itu sampai saat terakhir beliau masih bertelepon kepada kedua kepala negara itu. Untuk mengatakan ini, karena kami sepakat, Pak Presiden ini kan masalah forum ekonomi. Bukan forum politik. Jadi saya pribadi menyarankan, ya kita harus menghormati mereka, Pak. Ngapain kita berkelahi di perang orang. Presiden setuju. Tapi kita harus punya sikap. Gak bisa kita diintervensi orang lain. Ya tentu orang menghormati sikap Indonesia juga, kita tidak takut kepada AS, tidak takut juga kepada Rusia atau China, atau siapa pun, tapi kita melihat kepada kepentingan dunia dan Indonesia, balik-balik kepada UUD 1945. Negara yang bebas aktif.

 

Di WEF 2023 dan banyak analisa menyebutkan 2023 ekonomi alami resesi global, Sekjen PBB bahkan menggunakan kata “bleak” gambarkan situasi dunia. Menurut Anda?

Begini Uni ya, satu sebelum kita lanjut ya, saya tidak percaya orang bisa meramal ekonomi itu lebih dari 3 bulan sekarang. Karena begitu dinamisnya ekonomi ini. Saya bukan ekonom, saya tentara. Tapi, pengalaman saya selama delapan tahun terakhir ini, mengajari saya bahwa ndak ada. Jadi saya tidak percaya kalau orang meramal terlalu lama. Tapi kalau tiga bulan, enam bulan, saya masih bisalah.

Kan waktu itu ada satu pertemuan saya diundang pertemuan kepala-kepala negara, luncheon kepala-kepala negara. Saya gak tahu saya diundang, dan disuruh bicara, impromptu lagi, tanpa ada persiapan. Nah yang bicara di situ macam-macam. Presiden-presiden bicara, dan kemudian juga kepala intelejennya Amerika. Dia menyampaikan tadi apa yang disampaikan itu, perang di Ukraina belum tahu kapan selesai, dan kemudian ketegangan di Asia ini bagaimana, dan seterusnya-seterusnya.

Tapi (Christine) Lagarde mengatakan ekonomi di Eropa kelihatannya akan membaik. Jadi ada conflicting, paradox. Kristalina (Georgieva) juga bicara, ternyata lebih baik prediksi kami dari apa yang sebulan lalu. Nah jadi saya lihat dari situ. Saya bicara ketiga terakhir. Saya sampaikan hasil-hasil dari G20, dan saya sampaikan juga bagaimana keadaan ekonomi Indonesia hari ini. Dan Indonesia itu kami lihat walaupun tahun 2023 ini keadaan sulit, kami bisa tumbuh 5 persen ke atas.

Anda selalu paling optimistis, padahal Presiden justru mengingatkan hati-hati…

Ya beliau harus begitu sebagai kepala negara. Saya kan pelaksana di bawah. Tapi saya lihat kita bisa lebih bagus. Kenapa? Karena saya kan kerja di bawah. Masalah digitalisasi, masalah hilirisasi. Jadi saya praktis menangani itu banyak. Jadi I can feel it. Jadi kalau orang bilang dia doktor ekonomi, ya silakan saja doktor ekonomi, saya tentara. Tapi kalau setiap hari delapan tahun belajar itu kan saya kan tidak bodoh-bodoh amat, saya kan bisa tahu juga. Jadi saya pikir kita akan bagus ke depannya. Asal kita konsisten saja. Dan sekarang kita tidak perlu malu-malu mengatakan bahwa kita ini hebat.

Tahun ini saya kira 5,3 persen, bisa mungkin lebih dari situ. Kalau tadi digitalisasi kita jalan sawit kita jalan, hilirisasi ini jalan, ya mestinya kita bisa lebih.

Potensi disrupsi?

Nah, benar. Kita punya Rp1.600 triliun government procurement. Sekarang kan kita masukkan bertahap di e-katalog. Tahun ini saya berharap dari Rp1.600 triliun, Rp1.000 triliun sudah bisa buatan dalam negeri. Kemarin sudah bisa Rp400 triliun, itu dari BPS dan Bappenas dampaknya 2,6 juta lapangan kerja. Dan itu berpengaruh hampir 0,8 persen pada economic growth kita, atau kurang, tapi pasti berpengaruh.

Jadi kalau hilirisasi ini jalan, efisiensi jalan, kemudian sekarang kita bikin tadi semua batu bara digitalisasi, kelapa sawit kita digitalisasi, pemerintahan berbasis elektronik jalan, pasti akan lebih efisien kita. E-katalog ini bisa menghemat sampai 29 persen. Jadi bayangkan, hal ini bisa terjadi. Dan korupsi pasti akan turun jauh.

Baca Juga: Indonesia Banyak OTT, Luhut: Jangan Jadi Negara Drama

Tapi indeks persepsi korupsi 2022 kita drop dibanding 2021..

Karena orang itu menghitung OTT. Lihat sekarang, 7 bulan terakhir ini berapa sih kepala daerah yang ditangkap karena APBD? Gak ada, gak ada, cek saja, pengadaan pemerintah ya. Kenapa? Ya dia mau bagaimana? Orang dia tinggal notol-notol saja di e-katalog kok. Jadi dari situ melihatnya.

Nah itu adalah bagian daripada pencegahan. Kan pada dasarnya manusia itu kan ada sifat baik dan sifat buruk. Makanya ada agama kan. Agama gak cukup, ada peraturan perundang-undangan. Nah sekarang teknologi. Nah teknologi itu untuk membatasi nafsu-nafsu kurang baik kita. Nah itu yang sekarang saya pribadi ya. (Kalau ada kesempatan orang akan) tergoda. Tapi dengan sistem ini sekarang ya orang pasti susah. Ini yang saya sampaikan. Jadi menurut saya pasti akan menurun.

Kita lihat nanti tahun 2023, menurut saya akan membaik indeks persepsi korupsinya
Karena digitalisasi kuat. Semua sektor sekarang, misalnya batu bara. Even orang yang mencuri batu bara sekarang, karena digitalisasi, dia gak bisa keluar tanpa bayar pajak. Kelapa sawit, ternyata yang bayar pajak baru 7 juta. Karena kita digitalisasikan sekarang. Padahal luasnya tadinya aware kita bilang 14 juta, ternyata 18,8 juta hektare. Itu semua digitalisasi. Nah ini banyak yang gak aware mengenai ini.

Ya ada juga yang gak senang lihat negaranya bagus. Saya kadang-kadang sedih juga saya. Pak Luhut ini gak senang ada OTT. Ya terus terang gak senang ada OTT.

Saya termasuk yang mengkritisi statement itu. Karena pencegahan yang terbaik menurut saya adalah ketika semakin banyak orang yang ditangkap, OTT, dan itu mengirimkan signal bahwa Anda jangan korupsi ya?

Saya tanya sudah 15 tahun ada gak perubahannya? Gak ada kan?

Ya karena memang korupsi sudah betul-betul jadi budaya?

Sekarang kita bikin supaya kau jangan korupsi. Ya kan supaya jangan korupsi kan? Bagaimana caranya? Kita bikin semua digitalisasi. Jadi tugas KPK ada tiga loh. Nomor satu pencegahan, baru penindakan. Ya kita jangan sampai penindakan dulu dong kalau bisa.

Dengan teknologi sekarang ini, ternyata bisa. Kenapa kita tidak pakai itu? Kenapa? Kalau kita hanya ngomong kau jangan korupsi, apa kurang berdoa kita? Saya tanya, kurang apa berdoa republik ini sekarang? Ke gereja terus sampai mulutnya berbuih-buih, ternyata korupsi juga.

Jadi menurut hemat saya Uni, jadi sistem itu yang membangun. Dan nanti dengan begitu lahirlah mulai kebiasaan-kebiasaan, lahirlah mulai budaya yang jujur. Ya takes time.

Soal transisi energi...

Agenda yang sangat dominan juga di WEF Davos adalah soal climate change dan transisi energi, dan itu adalah agenda yang penting. Bahkan, transisi energi menjadi salah satu pilarnya G20 Indonesia, termasuk soal JETP (Just Energy Transition Partnerships) yang dipromosikan Indonesia. Hasilnya?

Saya pikir hasilnya itu bagus. Karena saya tanya sama deputi-deputi saya, anak-anak muda, eh kalau kita gagalin saja ini, waktu di sini ya, apa sih rugi kita?

Gagal maksudnya?

Maksudnya kita gak usah ikut JETP itu. Gak ada rugi kita. Kenapa? Kita itu baru 2,3 juta ton per kapita carbon emission kita. Dunia itu 4,5 juta ton baseline-nya. Negara-negara barat maju ini sudah 14,7, 11, atau mungkin ada yang 15 juta ton per kapita. Jadi kita punya rights untuk naik masih, supaya ekonomi kita, makanya yang saya bilang itu, jangan program JETP ini mendistorsi pertumbuhan ekonomi kami, saya gak mau. Tapi apa pun yang kalian mau, kami ikut kok. Kami juga care kepada lingkungan kami.

EV (electric vehicle) salah satu tujuannya kan mengurangi carbon emission. Dan itu Indonesia very aggresive. Tapi kalau kalian bilang jangan ini, jangan itu, kalian bilang harus pakai listrik yang harganya 10 sen dolar AS per kWh, ya kami matilah.
Saya bilang unfair ke mereka. Saya bilang secara terbuka. Makanya saya bilang don't ever dictate Indonesia on this issue. Dan itu mereka ngerti. Dan saya bilang kita mesti berani menyampaikan.

Saya bilang unfair-lah kalian 14,7, kami 2,3, baseline 4,5, lantas kami harus turun kalian turun sini, lantas kami kapan jadi negara maju? Kapan kami keluar dari middle income trap?

Kedua, mereka selalu lihat Indonesia negara continent, padahal kita negara kepulauan. Terjadi di Jawa kelebihan energi, kan tidak terjadi di Sulawesi.
Jadi di Kalimantan kami sedang membuat industrial estate di sana, pakai super critical technology coal fire, untuk sampai pembangunan daripada hydro power, boleh dong. Masa gak boleh? Kalau enggak, ekonomi kami stuck dong. Dan saya bilang sama John Kerry, Pak John, you cannot do like this. (John Kerry adalah utusan khusus Presiden AS untuk perubahan iklim).

Jadi kita jelaskan, tidak ada kesombongan di situ. Tapi saya bilang, treat-lah kami fairness, jadi harus sejajar. Jangan buat bahwa Indonesia didikte, diatur-atur, enggak. Tapi kami juga comply terhadap permainan dunia.

Soal EV dan Elon Musk...

Eksklusif! Ngobrol Seru dengan Menko Luhut Pandjaitan Elon Musk diberikan permen Kopiko oleh Luhut B. Pandjaitan (IDN TIMES/ Ridwan Aji Pitoko)

Nah karena sudah masuk EV, tadi, sekarang masuk pertanyaan. Karena semua yang berkaitan dengan Elon Musk identik dengan LBP. Jadi gimana kabar terakhir dengan Elon Musk yang mau invest di Indonesia, sementara dia terdepak dari orang terkaya di dunia, dan ruginya gede banget?

Ruginya gak banyak sih, cuma 300 miliar dolar AS.

Ya kita ada NDA sama mereka, jadi saya gak bisa buka semua. Tapi yang saya bisa katakan, mungkin minggu ini kita bicara lagi, telepon sama dia, Zoom. Jadi perundingan kita masih tetap jalan, dan saya pikir masuk pada titik-titik yang menentukan beberapa hari ke depan. Ya orang lagi susah, kalau kita juga bantu dia kan dia juga senang. Dia kan lagi susah banget.

Susah-susahnya tetap kaya ya?

Ya tetap kaya. Tapi saya juga gak tahu dia kaya atau enggak, waktu ketemu dia kayak gembel juga sih. Dua kali saya ketemu kayak gembel saja. Ya, jadi susah ngomongnya. Tapi itulah dia, dia menikmati seperti itu kan.

Jadi dia tetap komitmen, dan Bang Luhut optimistis bahwa tetap jalan?

Saya optimistis, saya optimistis. Karena di mana kamu cari negara sebesar Indonesia ini dengan kaya mineralnya? Siapa? Dan posisi strategis Indonesia, ada 2 benua, ada 2 samudera. Jadi posisi silang. Dulu waktu kami di bicara strategic location dari Indonesia waktu masih di Seskoad seperti itu. Jadi ya negara-negara itu ya sangat melihat Indonesia itu sekarang ini ya sangat bullish. Tadi saya dengan 5 orang grup kecil tadi saya diskusi, mereka melihat Indonesia itu.

Nah soal motor listrik, pemerintah sudah berencana memberi subsidi Rp7 juta. Itu bagaimana? Kapan diumumkan?

Saya pikir nanti Kementerian Keuangan dalam waktu-waktu dekat ini. Kan mereka ada administrasi yang harus dilewati. Tapi kami pengin populasinya itu 10 persen harus tercapai dalam tahun ini dan tahun depan. Kalau dia sudah 10 persen populasinya, dan nanti di kota-kota terbesar, Jakarta, Bandung, Surabaya, mungkin Ujung Pandang mana, itu akan bergulir sendiri.

Saya kira minggu depan, minggu ini kan tinggal besok, lusa. Jadi saya kira minggu depan. Sudah final. Keputusan rapat kita sudah selesai kemarin. Jadi tinggal mereka membuat Permenkeunya supaya bisa jalan.

Jadi sepeda motor listrik ini misalnya subsidinya banyak kepada rakyat-rakyat yang kurang mampu. Misalnya yang listrik ambilnya itu. Kita prioritaskan ke situ. Yang 400 (VA). Ya kalau orang yang layak juga masuk silakan, tidak ada masalah, berarti lebih dari 10 persen, itu yang kita mau. Karena itu akan membangun industri kita di dalam negeri.

Saya sudah minta kemarin pada universitas-universitas dan BRIN, ayo bangun motornya itu. Jadi sebenarnya kita membangun teknologi juga, membangun kerjaan juga untuk me-refurbish motor yang dijadikan motor listrik. Karena baterainya kan juga banyak, baterainya kan tukar pakai, rechargeable baterai. Jadi akan tercipta lagi inovasi-inovasi lapangan kerja.

Karena kemarin pasti yang paling banyak ditanyakan di Davos insentifnya seperti apa juga kan?

Ya kita termasuk sangat maju. Jadi menurut saya Presiden itu orangnya kan sederhana juga, pragmatik. Dia bilang Pak Luhut, ya kita lihat saja keliling-keliling kita bagaimana memberikannya. Makanya saya tadi ngomong di Mandiri Investment Forum, kita benchmark saja, ini ada Thailand, ada Vietnam, ada mana, ya masa kita kalah sama dia. Dia gak punya resources-nya, kita punya resources-nya. Kalau dia kasih Rp 7 juta, ya kita kasih saja.

Jadi menurut saya berpikirnya begini, banyak di kita birokrat itu berpikirnya mempersulit diri sendiri. Lah kalau dia bisa Rp7 juta, dia gak punya materialnya. Kita Rp7 juta punya materialnya, masa gak bisa? Nah Presiden, itu saja Pak Luhut. Ya sudah itu kita kerjain, jadi sederhana kita buat.

Tanggapan soal perusahaan keluarga Luhut menikmati subsidi...

Eksklusif! Ngobrol Seru dengan Menko Luhut Pandjaitan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan (IDN Times/Fauzan)

Saya harus tanya ini. Kemarin di peluncuran Indeks Persepsi Korupsi Indonesia yang kita turun, Faisal Basri tentu Bang Luhut tahu dia, mengatakan bahwa subsidi itu termasuk yang menikmati adalah Luhut Pandjaitan yang keluarganya punya perusahaan terkait. Disebut 2 orang, Moeldoko juga. Bagaimana tanggapannya?

Aku tanya yang di mana perusahaan saya? Selama delapan tahun, saya gak ada satu bisnis pun saya kerjain. Ya bisnis saya yang ada ya sudah, jalan saja.
Yang terkait dengan keluarga? Gak ada saya punya. Kalau ada keluarga saja punya bisnis juga, bisnis di mana?

Yang Electrum?
Belum ada produksi itu, baru angan-angan mereka, mereka jual ide. Ya silakan saja anak-anak muda itu. Yang paling diuntungkan sekarang ini adalah GESITS, karena GESITS sudah punya volume dan jalan. Itu saya yang sedih.
GESITS itu kan BUMN. Dia yang sudah pasti akan sangat diuntungkan dengan cepatnya ini.

Saya bilang saya sedih itu, pengamat-pengamat yang disebut tadi itu menginvestigasi dengan jelas, jangan terus langsung nuduh. Itu kan gak bagus, gak elok. Saya kan gak bodoh-bodoh amat, enggak-lah, saya punya nurani. Saya punya nurani. Saya juga gak mau bohongin anak-cucu saya kok. Saya kan bukan pedagang, dasar saya bukan pedagang. Jadi saya ingin sampaikan enggak lah. Perusahaan saya kebetulan untung lumayan, ngapain saya ribut-ribut.

Saya mau apa sih, saya itu tentara dengan segala macam pengalaman saya. Dan saya punya tambang batu bara sudah hampir 20 tahun, 18 tahun. Harga batu bara tiga tahun terakhir ini bagus.

Lagi kaya-kayanya?
Lagi kaya-kayanya, ngapain saya mikir yang lain-lain. Tuhan kasih ya mungkin blessing ke saya, sehingga saya konsentrasi pada pekerjaan saya. EBITDA saya itu bisa lihat triple digit, saya mau apa lagi? Saya bukan, maaf seperti teman saya, Aburizal Bakrie, ya dia orang pedagang. Atau siapa lagi, pedagang-pedagang lain. Saya gak pedagang. By nature saya karena sudah pensiun, ya coba-coba dagang, eh kesangkut dagangnya, jadi.

Jadi nanti enjoy the life?
Ya enjoy life. Lihat anak istri saya, semua sederhana kok, gak ada yang aneh-aneh. Jadi kalau seperti Faisal itu ngomong gitu, saya bingung juga.

Soal PT GNI...

Nah, bagaimana pengawasan pemerintah terhadap perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia terutama dari sisi penerapan K3? Mengingat peristiwa yang terjadi di PT GNI pada akhir 2022 yang menelan korban jiwa?

Pertanyaan bagus banget itu. Karena terus terang itu ada salah saya juga. Salah saya konteksnya begini, sebenarnya sejak meninjau VALE Indonesia 1-2 bulan lalu, saya sudah melihat VALE itu sebagai model yang harus diterapkan semua perusahaan smelter di Indonesia.

Jadi saya bilang, oke, atur. Kita panggil, kumpulin semua supaya comply terhadap aturan. Apa itu? Semua peraturan-peraturan perusahaan harus ada. Kemudian mereka harus patuh kepada masalah lingkungan, replanting. Karena saya waktu terbang itu, saya lihat itu banyak sekali hutan-hutan yang gak di anu, padahal VALE banyak sekali program itu.

Ketiga, harus ada pendidikan, politeknik. Itu sudah ada sih di Morowali, tapi ada yang belum, yang di GNI itu belum. Kemudian harus ada teknologinya, harus yang bagus, terus pengamanan kerja, kesejahteraan itu harus ada. Itu kemarin ternyata tidak. Tapi sudahlah, kita kejadian kan.

Kemarin saya sebut itu, dan saya jelaskan semua dengan Menteri Tenaga Kerja, dengan perindustrian, Panglima TNI, Kapolri, terus kemudian KLHK semua kumpul. Dan semua pengusaha dari delapan perusahaan smelter-smelter itu. Jadi semua kita wajibkan, kita bikin taskforce. Dalam dua minggu ini semua inventarisasi semua itu, dan semua perusahaan itu harus comply terhadap itu. Kita kasih tenggat waktu. Kalau dia tidak comply, kita tutup. Saya bilang, saya lapor Presiden, kita tutup.

Jadi memang kita bisa menutup seperti itu kalau tidak comply?
Bisa. Kalau tidak comply kan bisa. Dia kalau gak proper, dia masuk merah atau apalagi hitam, ini tadi GNI itu merah. Jadi kita tutup. Jadi harus comply terhadap itu. Nah kita ya memang banyak kesibukanlah, yang sana-sini, akhirnya, dulu waktu Morowali aja baru, sama Weda Bay, saya masih sering meriksa, tim meriksa ke sana. Ini kok, ya saya kelihatan itu, mungkin kita manusia kurang.

Tapi sudahlah, kita perbaiki. Dan saya undang dari Kedutaan China juga, Tiongkok, untuk ya jadi jangan dipikir kita pilih-pilih. Ternyata seperti GNI ini, karyawan dari Tiongkok pun gak layak tempat tinggalnya. Jadi bukan hanya kita saja. Saya bilang pokoknya dalam dua minggu ini harus diselesaikan itu semua. Perjanjian pekerjaan, peraturan pekerjaan, segala macam. Jadi lead-nya dari kami, nanti ada Kementerian KLHK, Kementerian Tenaga Kerja, semua terkaitlah, bersatu-padu.

Soal smart and green port yang ditargetkan bakal ada 149 per 2024 dan National Logistic Ecosystem ya. Progresnya bagaimana? Kan ini bagian dari NLE ya?

Itu sih tadinya bulan Februari ini mau meresmikan ya 14 dulu ya, yang 11 dulu ya. Eh 11 atau 14 itu. Itu semua sudah digitalize, sudah digitalize. Jadi tahun ini kita mau seluruh dari pelabuhan-pelabuhan 149 kalau sudah clear ya, itu semua selesaikan.

Jadi dengan semua digitalisasi, kita semua akan bisa, lagi-lagi efisiensi. Dan itu menurut saya pekerjaan besar. Dan saya lapor Presiden, ini kita lakukan Pak. Jadi green dan smart port, dan itu saya kira jalan.

Dan sekarang ini kayak akhirnya gini, saya lihat ya. Karena sudah jalan, bola itu kayak snowball, snowballing semua, jadi ya susah stop itu lagi, susah stop itu.

Soal ASEAN Indonesia Chairmanship..

Kan Bang Luhut sudah banyak bicara soal itu di Davos ya. Tema kita itu adalah ASEAN Matters: Epicentrum of Growth ya. Di tengah situasi dunia yang bleak, meskipun tadi dikatakan bahwa bisa sangat dinamis perubahannya, tapi Indonesia ingin supaya ASEAN itu tetap shining, bisa menjadi ya itu tadi, epicentrum of growth. Se-optimistis apa Indonesia?

Saya lagi-lagi begini ya, Presiden Joko Widodo sudah punya trademark sendiri ya. Ya mungkin ada orang yang suka masih melecehkan. Kita susah nyari seperti Pak Jokowi ini ke depan. Saya sampai hari ini tidak melihat conflict of interest. Jadi leadership-nya dia ini itu betul-betul sekarang dihargai oleh negara-negara ASEAN ini. Kan saya bilang Uni hadir juga di mana, di acara itu. Panel di WEF.

Ya kan saya bilang, tidak gampang menyatukan ini semua. Karena setiap negara punya kepentingan masing-masing, yang tentu kita tidak bisa intervensi semua. Tapi kita imbau dengan tadi leadership Presiden Joko Widodo, itu semua juga melihat kesatuan daripada ASEAN, jangan sampai ASEAN terpecah. Nanti saya kira jalan.

Dan penanganan seperti misalnya, masalah Myanmar. Saya pikir ya dia punya persoalan dalam negerinya, ya kita coba sharing. Tapi kalau intervensi terlalu jauh kan gak bisa juga. Kita juga gak mau dong diintervensi orang misalnya masalah Papua atau masalah mana, sama saja. Tapi pengalaman kita bagaimana militer dulu berkuasa di Indonesia, terus secara bertahap itu bisa menjadi pemerintahan sipil, tapi tentara pula, seperti saya pun tentara. Saya bilang masih ada dalam pemerintahan kan bisa-bisa saja. Nah itu yang kita sharing.

Jadi Anda akan mendukung capres yang kira-kira disetujui sama Pak Jokowi?

Eksklusif! Ngobrol Seru dengan Menko Luhut Pandjaitan Menko Marves, Luhut Binsar Pandjaitan (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Hahahaha Uni larinya ke situ lagi. Saya pikir ya Pak Jokowi itu ya beliau punya feeling sendiri mengenai itu. Ya saya suka bicara sama beliau. Ya beliau itu masih saya lihat, melihat dua mana yang last minutes yang terbaik. Karena bagaimana pun pasti beliau akan menentukan yang terbaik buat republik ini. Ya beliau akan entertain bagaimana, dengan Prabowo kan bisa baik. Saya bilang hatinya baik.

Tentu tidak ada, kan pada akhirnya harus memutuskan, milih si A atau si B. Tidak berarti kalau dia milih si A, lantas dia againts si B, tapi mungkin dia melihat ya banyak pertimbangan. Ya saya pikir tidak perlu ada yang sakit hati kalau memang at the end Presiden, ya Pak Jokowi dalam hal ini, bukan Presiden ya.

Tapi Bang Luhut akan men-support siapa yang akan di-support oleh Pak Jokowi?

Iya kira-kira begitulah. Saya gak akan mau berseberangan dengan Presiden.

Sekalian nanya. Pertemuan Bang Luhut dengan Pak Surya Paloh Desember tahun lalu di London. Gimana cerita di balik layarnya?
Ya sebenarnya orang bercerita macam-macam. Itu saya di sana kebetulan dalam konteks apa itu ya, JETP. Jadi eksekusi untuk tadi 2,5 gigawatt yang diesel itu. Tiba-tiba saya ditelepon oleh satu orang. Dia bilang, Bang ini Surya Paloh ada di sini.

Satu orangnya Peter Gontha?
Iya, hahaha. Dia bilang ada di sini. Oh iya, salam ya. Enggak Bang, dia bilang mau ketemu Abang. Yaudah kalau ketemu ya boleh. Terus kita janjianlah ketemu di tempat netral.

Ya tempat anulah. Ya tapi kemudian saya datang, saya agak terlambat. Karena terus terang ya biasalah, acaranya banyak kali gitu-gitu. Saya datang Pak SP sudah di situ, ya kami ngobrol. Ngobrol terbuka, ya dia tanya pendapat saya.
Kita bicara, dia tanya bagaimana. Saya bilang sebenarnya yang saya tahu Pak Jokowi agak-agak kecewa.

Karena mendukung Anies?
Ya bukan soal dukung Anies. Kenapa Pak SP tidak setia pada komitmen kalian berdua?

Komitmennya apa?
Ya saya ndak mau buka Uni-lah. Jadi itu saja sebenarnya. Kalau Pak Jokowi itu saya bilang ya sama Anda sih hormat, baik. Dia bilang juga Pak Luhut saya juga sama Pak Jokowi hormat. Ya sudah kalian saling hormat-hormat ya sudahlah. Dia bilang saya ini mau ketemu, ya ketemulah, telepon saja. Ya sudah, kita bicara satu jam-an lah. Saya bilang yang penting saya hormat sama Anda itu sebenarnya karena nasionalismenya.

Jadi kita melihat, siapa pun yang jadi Presiden, sebenarnya buat kita itu yang penting nasionalis, melihat kepentingan nasional. Jangan jadi menggunakan politik-politik identitas, gak gitu. Biarlah berlomba semua, kan semua untuk kepentingan republik. Tapi kalau sudah politik-politik identitas, itu kan repot, kasian negeri kita. Sudah begini bagus, kita nanti suruh berkelahi lagi, sekarang sudah damai-damai gini. Tapi ada dia cerita macam-macam, nanti saya cerita sama Uni setelah ini. Ya sudah, selesai.

Saya pulang, saya lapor Presiden, oh Pak Luhut ketemu, saya bilang iya Pak. Ya sudah itu Uni. Nanti berlanjutnya detail setelah ini (off the record, maksudnya)

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya