Gawat! Forum Ekonom Top WEF 2023 Ramalkan Resesi Global Tahun Ini

Presiden Jokowi optimistis ekonomi RI

Davos, IDN Times – Kepala ekonom sejumlah negara dan korporasi yang berkumpul di Forum Ekonomi Dunia (WEF) 2023 d Davos, Swiss mengingatkan bahaya resesi dunia tahun 2023. 

“Resesi global akan terjadi tahun ini, tetapi tekanan terhadap pangan, energi dan inflasi bakal memuncak,” demikian keterangan tertulis yang disampaikan lewat kantor media WEF 2023, Senin (16/1/2023).

Davos, desa di Kawasan tetirah resor ski di pegunungan Alpen, Swiss mulai dipadati ribuan peserta WEF 2023.  Tahun ini, panitia mengklaim jumlah peserta tertinggi sepanjang sejarah 53 tahun WEF, 2.700-an, termasuk 50-an kepala pemerintahan dan 1.500-an pemimpin bisnis dari 130-an negara.  WEF 2023 berlangsung pada 16-20 Januari 2023.

Tema yang diusung WEF 2023 adalah “Cooperation in a Fragmented World”, atau kira-kira bagaimana kerjasama di situasi dunia yang terbelah. 

“Kita melihat berbagai kekuatan politik, ekonomi dan sosial menciptakan meningkatnya fragmentasi di tingkat global dan nasional.  Untuk menangani akar masalah dari tergerusnya rasa percaya, kita perlu memperkuat kerjasama antara pemerintahan dan sektor bisnis, menciptakan kondisi bagi pemulihan yang kuat dan bertahan lama," kata Klaus Schwab, pendiri dan ketua eksekutif WEF, dalam keterangannya, 10 Januari 2023

"Pada saat yang sama perlu ada pengakuan bahwa pembangunan ekonomi perlu membuat situasi makin tangguh dan berkelanjutan agar tidak ada yang tertinggal,”  Klaus Schwab menambahkan.

Baca Juga: 4 Menteri Jokowi Hadiri WEF 2023 di Davos, Swiss

1. Dua pertiga kepala ekonom yang disurvei WEF 2023 ramalkan resesi global 2023

Gawat! Forum Ekonom Top WEF 2023 Ramalkan Resesi Global Tahun IniSuasana Davos, Swiss jelang World Economic Forum (WEF) ke-53 2023. (IDN Times/Uni Lubis)

Jumlah itu adalah mayoritas dari survei yang dilakukan terhadap Komunitas Kepala Ekonom WEF.  Alasan yang mencuat karena suhu konflik geopolitik yang memanas dan sangat mempengaruhi ekonomi global, serta antisipasi atas kebijakan moneter ketat di AS dan Eropa.  Laporan hasil survei diluncurkan di hari pertama WEF 2023 di Gedung Congress Center di Davos-Kloster dan menjadi sesi pertama keterangan media dari acara tahunan itu.

Meskipun sepertiga yang disurvei tidak melihat ancaman resesi global 2023, tapi semua ekonom sepakat bahwa situasi 2023 bakal muram terutama di Eropa dan AS.  Semua menjawab bahwa pertumbuhan ekonomi di AS dan Eropa bakal melemah atau sangat melemah di tahun 2023.

Di Tiongkok yang secara resmi disebut sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, perkiraan pertumbuhan ekonomi terpolarisasi, para responden nyaris imbang antara yang meramal bakal terjadi pertumbuhan ekonomi yang kuat dengan yang justru menganggap bakal melemah.  Situasi pandemik COVID-19 dan masih adanya restriksi di sana membuat ada pihak yang pesimis akan pertumbuhan ekonomi Tiongkok atau China di tahun 2023.

2. Para kepala ekonom WEF 2023 memperkirakan kenaikan inflasi tahun ini

Gawat! Forum Ekonom Top WEF 2023 Ramalkan Resesi Global Tahun IniSuasana Davos, Swiss jelang World Economic Forum (WEF) ke-53 2023. (IDN Times/Uni Lubis)

Ekonom yang disurvei melihat sejumlah variabel signifikan yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.  Sebanyak dua pertiga responden percaya akan terjadi inflasi meningkat tahun ini, dengan kisaran 5 persen di China dan 57 persen untuk Eropa.

Sebagai tindak lanjut kebijakan moneter ketat yang dikoordinasikan bank sentral berbagai negara, responden menganggap pengetatan bakal berlanjut tahun ini. Begitu pun mayoritas kepala ekonom WEF mengharapkan pengetatan lebih kuat di Eropa (59 persen) dan AS (55 persen).  Mereka mencatat bahwa tahun 2023 akan lebih sulit menyeimbangkan bagaimana memberlakukan kebijakan pengetatan antara terlalu ketat atau kurang ketat.

“Dengan dua pertiga kepala ekonomis meramalkan resesi global tahun 2023, situasi ekonomi dunia dalam kondisi yang mengkhawatirkan.  Inflasi tinggi yang terjadi saat ini, pertumbuhan rendah, utang meroket dan situasi terbelah di sektor lingkungan, menurunnya insentif untuk investasi, perlu dilakukan upaya mengembalikan pertumbuhan dan meningkatkan standar hidup bagi warga dunia yang paling rentan,” kata Direktur Pengelola WEF  Saadia Zahidi. 

Zahidi menambahkan, hasil survei merekomendasikan bahwa, “Para pemimpin harus melihat lebih jauh ke depan dari krisis yang terjadi hari ini,  untuk investasi di sektor pangan dan inovasi energi, pendidikan dan pengembangan keterampilan, penciptaan lapangan kerja, potensi pasar yang tinggi untuk masa depan. Tidak boleh ada waktu yang terbuang.”

3. WEF 2023 prediksi perusahaan bakal pangkas biaya habis-habisan di tahun ini

Gawat! Forum Ekonom Top WEF 2023 Ramalkan Resesi Global Tahun IniSuasana Davos, Swiss jelang World Economic Forum (WEF) ke-53 2023. (IDN Times/Uni Lubis)

Beragam angin kencang yang mengguncang dunia itu bakal membuat perusahaan mengambil keputusan yang sulit di tahun 2023.  Sebanyak sembilan dari 10 responden meramalkan permintaan permintaan pinjaman akan turun, karena biaya dana yang kian besar. 

Enam puluh persen responden bilang biaya input melesat naik.  Situasi ini menciptakan tantangan yang memaksa perusahaan memotong biaya operasional gede-gedean.  Banyak ekonom memperkirakan korporasi akan memangkas biaya operasional (86 persen responden), korporasi melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya (78 persen), dan optimalisasi rantai pasokan (77 persen).

4. Presiden Jokowi optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia 5 persen meskipun dunia genting

Gawat! Forum Ekonom Top WEF 2023 Ramalkan Resesi Global Tahun IniSuasana Davos, Swiss jelang World Economic Forum (WEF) ke-53 2023. (IDN Times/Uni Lubis)

Dalam sidang kabinet paripurna pertama tahun 2023, Presiden Joko “Jokowi” Widodo membahas situasi dunia yang dibayangi resesi, tapi Indonesia tetap optimistis.

"Hari ini adalah sidang kabinet paripurna pertama pada 2023, saya ingin kembali ke 2022 terlebih dahulu. Alhamdullilah, saya melihat banyak capaian positif di tengah tekanan eksternal, di tengah kegentingan-kegentingan global yang memberikan ancaman risiko terhadap semua negara dan tahun turbulensi pada 2022, kita lalui dengan baik dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III/2022 sebesar 5,72 persen," ujar Jokowi, sebagaimana dilaporkan IDN Times.

"Kemungkinan nanti, jatuh di rata-rata tahunannya saya kira di 5,2 atau 5,3 persen dan juga kalau kita melihat di sisi inflasi, kita dapat mengendalikan di angka 5,5 persen, ini juga sebuah capaian yang sangat baik," dia menambahkan.

Dalam kesempatan itu, Jokowi bersyukur pendapatan negara tumbuh 30,36 persen. Dia berharap, pertumbuhan positif selama 2022 juga terjadi di tahun 2023. Jokowi mengatakan, 2023 merupakan tahun yang tidak mudah bagi semua negara. Sebab, ada sejumlah tekanan geopolitik yang sangat tinggi.

"Ekonomi dunia melemah, utamanya negara besar seperti Uni Eropa, China, Amerika Serikat (AS), saya kira diperkirakan akan melemah semua, padahal ekspor kita dengan Negara-negara itu sangat besar, sehingga kita juga harus hati-hati," ucap dia.

Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2023 diprediksi menurun dari sebelum 2,9 persen menjadi 1,7 persen. Oleh karena itu, Jokowi meminta jajaran menteri di Kabinet Indonesia Maju bersiap menghadapi krisis.

"Ini proyeksi dari Bank Dunia, sehingga ini menjadi tantangan bagi kita, tetapi karena kita masih bisa menghadapi tahun 2022 dengan baik, insya Allah di 2023 juga bisa," kata dia.

Baca Juga: WEF 2023 Serukan Kerjasama di Dunia yang Terbelah

Topik:

  • Umi Kalsum

Berita Terkini Lainnya