[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0

Peran Kadin dalam G20 dan pemulihan ekonomi 2022

Jakarta, IDN Times – Sejak resmi menjabat ketua umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Arsjad Rasjid luar biasa sibuk. Dari media sosial Instagram @arsjadrasjid, kita bisa mengikuti aktivitasnya, termasuk sering mendampingi Presiden Joko “Jokowi” Widodo dalam berbagai kesempatan.

Tanggal 3-4 Desember 2021, Kadin menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) di Bali, yang dihadiri Presiden, Wakil Presiden dan 15 menteri Kabinet Indonesia Maju. Selain membicarakan kepengurusan, mendetailkan program kerja, peran Kadin dalam G20 Presidensi Indonesia dibahas. “Karena ini historis, monumental,” ujar Arsjad, ketika menerima tim IDN Times untuk wawancara di program Suara Milenial, Selasa 13 Desember 2021.

Lantai 29 Menara Kadin tempat Arsjad banyak menghabiskan waktunya sehari-hari ini, dipenuhi para tamu dari berbagai kalangan. Dalam wawancara khusus dengan IDN Times sebelum menjadi ketua umum Kadin, Arsjad, yang menjabat Presiden Direktur dan CEO Indika Energy Tbk, mengatakan, maju ke bursa pencalonan ketum Kadin demi mengabdikan lebih banyak waktu untuk masyarakat. Giving back to the society.

Bagaimana bulan-bulan awal kiprahnya, pengalaman selama pandemik, peran Kadin dalam G20 dan pemulihan ekonomi, serta peta industri 2022?

Berikut wawancara khusus IDN Times.

Baca Juga: Fakta-Fakta KTT G20, Lahir karena Krisis Keuangan Global

1.Apa saja yang dilakukan setelah resmi menjabat ketua umum Kadin?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Ketua Kadin Arsjad Rasjid saat diwawancarai oleh IDN Times pada Selasa (14/12/2021). (IDN Times/Eko Ardiyanto)

Kalau bicara giving back to the society, sekarang ini dikatakan amal ibadah, Mbak, dan sebenarnya yang paling penting yang tadi memang tantangannya. Yang ada pada hari ini kan, boleh dikatakan, tidak pernah ada, dalam sejarah manusia kan ya. Jika bicara soal pandemik, di Kadin saya mengatakan, kita ada dua peperangan. Satu adalah perang melawan pandemik, satu lagi perang ekonomi, yang di mana dua-duanya ini harus kita menangkan.

Nah, selama ini pada tahap awal ini, kita fokus terhadap masalah pandemik, makanya, di Kadin kita terlibat dalam pengadaan tabung dan oksigen, kita bantu untuk vaksinasi, kita juga mendistribusikan vaksin. Jadi, hal-hal tersebut untuk melawan peperangan pandemik tadi, itu yang kita lakukan. Nah, di saat bersamaan juga kita bantu dalam konteks sosialnya, berbagi beras, obat-obatan, semua dan yang menggembirakan bahwa gotong royongnya pengusaha, itu luar biasa.  Jadi, dalam waktu singkat ada sesuatu yang dilakukan. Semua dengan cepat mau membantu dan melakukannya.

Satu lagi perang ekonomi ini. Nah, ini yang memang menjadi tantangan besar buat kita. Kadin ini sekarang inklusif dan kolaboratif. Dalam mengartikan inklusif ini, Kadin harus bener-bener dirasakan sebagai rumah dari semua pengusaha, dari mulai besar, menengah, kecil, makro, dan perusahaan mikro. Ke depan Kadin melihat ini proses transformasi diri sendiri juga Mbak.

Makanya kalau bicara empat pilar, yang kami canangkan untuk Kadin ke depan, tiga pilar itu melihatnya ke luar, satu pilar ke dalam. Nah, yang satu ke dalam ini kita namakan sebagai internal organisasi dan regulasi. Jadi, kita harus melakukan transformasi secara organisasi dan juga membereskan regulasi yang ada, tatanan yang ada dan perintah undang-undang terhadap Kadin harus kita lakukan.

Di titik ini, makanya struktur kepengurusan Kadin saat ini mirror the government. Jadi, benar, semacam man to man marking.

Kepengurusan Kadin bagaikan kabinet bayangan tapi dari korporasi swasta. Karena saya melihatnya bahwa kompleksitas yang ada, ini kan masalah roda ekonomi. Roda ekonomi hampir stop dan berbicara bukan hanya di Indonesia tapi seluruh dunia, setiap negara. Nah, di Indonesia sendiri, waktu roda ekonomi juga setop, setiap dampak terhadap industri berbeda-beda. Nah, untuk begitu akhirnya gak ada istilahnya satu obat untuk semuanya. Harus ditangani per industri yang berbeda. Nah, tapi juga dengan kompleksitas keadaan hari ini, di dalam namanya teknologi dan lain-lain, kadang-kadang tidak bisa diselesaikan oleh satu kementerian. Dalam satu permasalahan lintas kementerian, makanya kita bikin mirror, Mbak. Nah, abis itu bukan ke kita aja, ke DPR pun kita lakukan, ada namanya mirror to the DPR juga. Jadi, supaya kita bisa mencari solusi ataupun bagaimana membawa solusi ke depan, kita bisa masuk dalam beberapa pintu, istilahnya.

Nah, sedangkan tiga pilar lainnya, yang pertama itu bicara mengenai kesehatan karena memang ini adalah tulang punggungnya. Kalau kita bicara hari ini kan, kalau kita tidak bisa menyelesaikan masalah kesehatan akan sulit. Tapi, waktu bicara pilar kesehatan ini, kita bicara bukan hanya melihat industrinya, karena kalau kita lihat hari ini kemarin, waktu kejadian ini, kita panik tuh, mau pakai masker aja musti impor. Belum awalnya, Nakes-nya belum siap dan lain-lain lagi, terus belum obat-obatannya, dan sebagainya. Nah, ini harus kita antisipasi, bila ini terjadi ke depan kita gak panik. Soal vaksin, kita hebat, sudah pesan segala macam semuanya di awal, kita bayar. Eh, waktu terjadi sesuatu di India, dan kebanyakan produsen itu mempunyai produksinya di India, vaksin ditahan oleh negara produsen (saat marak varian Delta).

Nah, ini kan bahaya. Kita harus punya perencanaan produksi. Kita cari itu semua. Nah, tapi gak bisa setop disitu, kita harus pikirkan jangka panjangnya, bahwa Indonesia sehat kalau kita bicara biaya BPJS sebagai contoh, itu biayanya teknis loh Mbak. Jadi bagaimana caranya mencari solusi agar beban gak bertambah tinggi. Caranya, ya warga harus sehat. Kita bangun industri agar warga menjadi sehat.

Terus pilar kedua memperkuat ekonomi daerah. Jadi, di sini bagaimana kita berupaya untuk memperkuat ekonomi daerah karena kalau ekonomi daerah maju, nasional dengan sendirinya maju. Nah, ini juga kita melihatnya bahwa, kita harus melihat tidak bisa ada solusi misalnya untuk pengembangan ekonomi, dilihat secara menyeluruh. Tapi, kalau saya tidak salah tiap daerah ada kekuatannya tersendiri, apakah itu dari sisi sumberdaya-nya, kekayaan disana, dan semua itu. Nah, setiap provinsi harus beda-beda. Kabupatennya pun bisa beda-beda, istilahnya kalau ngomong sampai ke desanya pun bisa beda-beda.

Nah, ini yang harus kita perkuat, nah, bersamaan dengan ini dengan adanya Undang-Undang Cipta Kerja, itu kan juga salah satu upaya memperbaiki bagaimana ease of doing business. Kemudahan berusaha. Dengan begitu harapannya investasi akan masuk. Waktu investasi ini masuk, harapan kita, ini gak boleh disia-siakan. Maksudnya waktu investasi masuk, suatu perusahaan besar datang ke suatu daerah, mau misalnya mineral atau yang lainnya, nah, ini dari awal harus kita kawal. Kawalnya bahwa perusahaan besar ini, pemerintah sekarang memberikan insentif, masalah izin-izin udahlah, gak usah khawatir. Sekaran dengan kementerian investasi kan itu semua bisa. Nah, dengan itu kita mengharapkan ada komitmen dari si investor ini untuk membangun ekosistem.

Jadi, bukan hanya suatu tanggung jawab sosial korporasi (CSR) saja, tetapi bicaranya grading ekosistem untuk apakah misalnya itu produk cycle-nya, atau bicara dalam supply chain-nya atau machine-nya disitu, UMKM setempat bisa berjalan di situ, usaha-usaha daerah bisa ini, itu karena gelombang investasi bakalan besar, utamanya revolusi industri 4.0, dengan segala macam teknologi lah baterai, segala macam kendaraan itu,  pasti memerlukan bahan baku. Nah, itu ada semua di Indonesia, dan kita punya banyak sumberdaya alam.

Jadi supaya industri kecil juga masuk, UMKM juga bisa hidup, nah ini ekosistemnya yang kedua. Nah, ini satu. Di bawahnya ada pengusaha daerah itu yang kedua. Yang ketiga adalah kita bicara mengenai kewirausahaan dan kompetensi. Nah, di titik ini kalau bicara kewirausahaan, balik lagi kepada Undang-Undang Cipta Kerja, pertama adalah kemudahan berusaha, berbasis risiko dan lebih mudah. Yang kedua adalah menciptakan lebih banyak pengusaha. Kenapa pengusaha harus diciptakan? Karena kalau pengusaha diciptakan, pengusaha lah yang menciptakan lapangan pekerjaan. Karena kan berapa banyak sih yang bisa bekerja sebagai PNS, TNI, Polri, di BUMN, itu gak banyak, akan banyaknya di sana.

Nah, akan tetapi kalau bicara tadi juga, menariknya adalah kontribusi UMKM sebetulnya adalah fondasi, itu penting sekali. Dan sekarang aja itu mungkin kontribusi juga sekitar 60 persen, dan kalau bicara pekerja, 60 persen, kebutuhannya dari situ. Jadi, ini titik penting sekali kita menciptakan lebih banyak pengusaha. Tapi, selain wirausaha itu diciptakan, bagaimana membuat wirausaha ini naik kelas, dari yang mikro jadi kecil, jadi menengah. 

Nah, perlu ada intervensi, kalau dalam level pemula ataupun yang mikro, yang kecil, ataupun satu ini. Nah, ini intervensinya bagaimana ini harus dilakukan. Misalnya, kalau berbicara tadi menambah wirausahawan, membawa teman-teman dari informal ke formal aja itu udah susah, sangat besar pekerjaan yang harus dilakukan. Dengan adanya sekarang itu NIB (Nomor Induk Berusaha) itu dan juga plus sekarang bisa buat perusahaan entitas PT untuk UMKM misalnya, ini bisa mendorong nih. Kayak kemarin baru ada sosialisasi bersama kementerian investasi bersama dengan kementerian UKM dan koperasi. Dengan demikian, mereka waktu dapat NIB mereka bisa dapet akses nih, akses kepada namanya modal, seperti BRI lah, PNM (Permodalan Nasional Madani) lah, dan lain-lain. Benar-benar bankable, karena setidaknya harus dimulai, karena selama ini gak ada.

Nah, ini awalnya, terus membuat peningkatan dari situ, mentoring. Mentoring yang paling utama adalah literasi finansial, jadi kan udah legalistiknya dianggap oke, kita juga bantu namanya literasi hukum lah, dengan konteks membikin perusahaan di situ, supaya jadi informal-formal. Lalu, masukkan literasi finansial, pembukuannya jadi ada dan sekarang ini dengan yang namanya cloud to computing dan segala macam, itu bisa bayar Rp200 ribu satu tahun dan ke luar buku. Nah, itu literasi finansial. Kemudian literasi digital juga penting.

Kemudian, literasi digital penting. Teman-teman yang tadi hanya di Pekalongan,misalnya, jualan batik, bisa jualan di nasional, bisa jualan ekspor. Kita masukkan empat pilar itu, dengan tiga ke dalam tadi. Yang saya maksudkan dari sisi kewirausahaan juga kompetensi. Nah, di sisi ini, ini gerakan yang ingin kita pastikan dua hal, karena kita melihat ada dua tantangan dari sisi kompetensi ini, kesatu adalah dengan adanya revolusi industri ini, apalagi dengan pandemik ini, akselerasi registrasi akan lebih cepat, ini industri 4.0 akan lebih cepat, adopsi lebih cepat walaupun sekarang Indonesia secara manufaktur memang baru 20 persen yang sudah adopsi 4.0.

Di luar, semua sektor sudah 50 persen. Tapi, berarti kan perusahaan harus genjot investasi teknologi, tapi yang harus diperhatikan juga, begitu kita investasi di teknologi, kita lebih efisien, efektif, lebih produktif. Di sisi lain apa yang terjadi adalah jumlah pekerja akan berkurang. Nah, ini yang menjadi akan masalah. Di sisi ini lah perlu ada pelatihan kembali, peningkatan kemampuan. Ataupun membantu teman-teman pekerja dan buruh ini, selain meningkatkan keterampilan ataukah memberikan lapangan pekerjaan di luar Indonesia ataupun membuat kesejahteraan, berikan tambahan penghasilan untuk warganya. Contohnya suaminya sudah bekerja, istrinya mungkin jadi UMKM. Ini yang menjadi masalah utama yang kita lihat menjadi tantangan karena kalau gak revolusi industri ini bisa jadi revolusi sosial. 

2. Bagaimana mendetailkan empat pilar itu dalam kebijakan? Apa saran Kadin?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Ketua KADIN Arsjad Rasjid (IDN Times/Tata Firza)

Kita bicara gak cuma di Rapimnas nih karena dari empat pilar, satu lagi saya mau bicara itu kompetensi adalah vokasi. Ini adalah pekerjaan rumah kita bersama, masalah vokasi ini karena saya pengennya kalau di Kadin melihatnya vokasi ini untuk sementara oke, bisa dilakukan oleh swasta dan bersama dengan membuat pusat vokasi dan segala macam sertifikasi semua, ujung-ujungnya kita akan dorong untuk mengubah sistem pendidikan. Karena kalau kita lihat jangka panjang, ini kan kita bicara link and match. Keterkaitan dunia pendirikan dengan dunia kerja.

Presiden serius soal pendidikan vokasi ini. Kita harus adopsi masuk dalam sistem edukasi. Nadiem Makarim, Pak Menteri, sekarang sudah bagus, ada link and match untuk S1 ya. Tapi, yang penting ini yang SMA yang SMP, ya kan? Kalau di Jerman aja, itu SMP kelas 3 dia keluar bisa kerja dulu, karena dia sudah ada ketrampilan, terus dia balik lagi ambil sertifikasi untuk naik ke SMK-nya. Anda mau ambil jurusan lain ambil, cuma kita bisa kerja dulu, bisa. Ini harus, karena akan menjadi masalah ke depan kalau gak kita ubah. Itu adalah empat pilar yang tadi saya katakan. Dari situ kita bahas 17 program, dari 17 program itu kita bahas lagi.

Di Rapimnas kita mulai juga yang namanya lima  kelompok kerja untuk 17 program itu. Nah, kan ada empat pilar. Yang pertama tadi kita bicara untuk masalah kesehatan, yang kedua bicara tadi adalah ekonomi daerah untuk konteks itu. Ketiga, adalah UMKM, untuk digitalisasi dan lain-lain. Yang keempat adalah nett zero desk atau nett zero hub kita panggilnya, karena di sisi ini, kan ini juga kita baru balik dari COP26. Untuk pertama kalinya Kadin juga memberikan kertas posisi untuk COP26 ini. Jadi, supaya swasta ada, dan bagaimana kesesuaian dari swasta dan pemerintah. Nah, di mana kita sudah punya tujuan untuk capai emisi nol persen pada 2060, makanya sekarang secara perpajakan juga diatur di Undang-Undang.

Dalam UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (HPPP), sudah ada aturan pajak karbon, sebagai contoh awal ya. Ini juga harus kita siapkan, karena 2060 sepertinya masih lama, tapi dari sekarang udah 2020, 40 tahun lagi. Kita pikir 40 tahun itu lama, tapi tahu-tahu kita sudah sampai di sana. Tapi bagaimana untuk mengarah ke sana, ini utamanya. Kalau yang  besar-besar lebih mudah adopsinya, tapi yang teman-teman UMKM, small enterprises, ini harus dikasih panduan, diedukasi. Makanya Kadin buat bikin nett zero hub. Itu bagaimana untuk melayani dan mengedukasi UMKM dalam konteks pengelolaan usaha yang berkelanjutan.

Menuju ke sana, UU Cipta Kerja menjadi dasarnya. Memang ada putusan Mahkamah Konstitusi. Yang pertama, saya melihatnya bahwa kita harus bangga bahwa sistem demokrasi kita, itu berjalan. Dari konteks hukum itu bahwa semua warga memiliki hak suara. Dan dari situ, kalau kita bicara UU Cipta Kerja, kalau boleh mundur sedikit, UU ini disebut sebagai omnibus law. Beberapa undang-undang disimplifikasi menjadi satu. Nah, dan kita perlu ingat juga bahwa Undang-Undang Cipta Kerja ini, apa sih spirit Undang-Undang Cipta Kerja itu dulu. Spiritnya jelas, nomor satu ease for doing business, kemudahan berusaha, nomor dua untuk menciptakan pengusaha, untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang lebih banyak, akhirnya mengurangi kemiskinan. Nah, pastinya dengan omnibus law dengan bermacam-macam undang-undang ini pasti sesuatu, kita tahu manusia, pasti nggak sempurna, dan kalau di bisnis itu ada namanya perbaikan terus-menerus. Kontinyu. 

Jadi, pertama bahwa memang dikatakan putusan MK, gak bicarakan masalah substansi. Saya rasa tanggapan yang sangat cepat dilakukan presiden pada waktu itu, kejadian kalau gak salah hari Kamis, hari Senin beliau sudah beberapa hari itu konsolidasi dan hari Senin bicara dengan lugas mengatakan bahwa dan kita mempunyai prinsip yang sama, bahwa ini undang-undang berjalan, PP-nya tetap sah apapun perangkat di bawahnya pun jalan, yang tidak boleh adalah membuat PP yang baru. Jadi, dasar itu kami anggap ini jalan UU-nya.

Tapi penting sekali Mbak bahwa kami sudah mulai dialog sosial, berbicara karena kan ini teman-teman muda, pekerja, dan buruh menyoroti proses legislasinya. Nah, pertama adalah harapan perbaikan terjadi dengan cepat antara DPR dan Pemerintah. Tapi di sisi lain kami juga perlu dialog sosial, kita mulai bicara, mulai dari serikat pekerja. Kita bicara esensi UU Cipta Kerja, kita sepakat gak nih, semangatnya? Menurut saya semuanya sepakat. Kenapa? Karena ini memberikan kemudahan berusaha, supaya investasi masuk. Setuju gak investasi masuk? Kalau kita bicara merah putih, kita bicara untuk kesejahteraan bangsa, kita ajak teman-teman bicara, sepakat gak bahwa investasi itu membuat lapangan pekerjaan? Yes. Yang kedua adalah bahwa perlu gak bahwa perasaan aman untuk investor masuk, dan untuk usaha jalan, saya rasa semua mengatakan sama. Nah, jadi dengan demikian yang paling utama adalah jangan sampai proses hukum menghambat jalannya UU.

Jangan sampai membuat investor ataupun pembeli barang Indonesia takut. Saya ajak teman-teman dari pekerja dan buruh bahwa dengan pengusaha kita duduk bersama, kita mengatakan bahwa investor aman kok, ini kita nggak mau gaduh-gaduh kok. Terus pembeli barang dari Indonesia gak usah takut, jangan membeli dari negara lain, tapi beli dari Indonesia, kami akan pastikan ini juga aman. Itu yang paling utama, Mbak. Jadi, soal UU Cipta Kerja proses hukumnya kita respek. Bahwa ini berjalan, tapi penting juga suara kita satu. Tadi kita ingin investasi masuk untuk menciptakan lapangan pekerjaan. 

3. Di Rapimnas, presiden dan wapres serta banyak menteri hadir. Apa maknanya dan bagaimana pembahasan swasta-pemerintah di Rapimnas?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Ketua KADIN Arsjad Rasjid (IDN Times/Tata Firza)

Mungkin, ada dua nih Mbak, kemarin kita soroti. Pertama itu kan diskusi yang kita lakukan dengan ada semua pemangku program. Alhamdulillah Pak Presiden hadir dan sebetulnya 15 menteri hadir, masuk dalam bisnis forum dan diskusi, bicaranya riil, apa nih yang harus dilakukan, dalam konteks empat pembahasan besar tadi. Nah, ditutup oleh Pak Wapres, yang mana Pak Wapres dan Presiden juga punya pesan. Yang menjadi pekerjaan rumah buat kita juga, dan memberikan tiga tantangan. Presiden minta itu bagian dari diskusi juga dalam Rapimnas. 

Yang pertama adalah reformasi struktural. Dari aspek tadi, misalnya gimana nih UU Cipta Kerja? Gimana nih UU HPP atau perpajakan?  Gimana nih OSS (online single submission)? Bagaimana proses implementasinya, apa nih hambatan-hambatan yang ada, ada perbaikan apa sih yang dilakukan, dalam konteks reformasi stuktural tadi? Perlu dilakukan? Apa yang perlu dilakukan? Ini jadi pekerjaan rumah buat kita, dan Bapak Presiden bilang kan mestinya anda bisa beri masukan. Karena Kadin ada di mana-mana. Kita bilang sama teman-teman yang di provinsi dan semua, hayuk bagaimana nih, tolong bicara dengan kabupaten kota juga pengen tahu karena tadi let’s say OSS kan. Faktanya yang saya senang sekali Pak Menteri Bahlil dengan jujur mengatakan kita belum siap, belum stabil nih sistemnya. Perlu stabilisasi perangkat lunak dan sebagainya. Menurut saya, wajar.

Oke, jadi berapa lama nih, katakan sampai kuartal pertama tahun depan, itu mungkin sudah stabil. Oke, good. Tapi itu kan baru sistemnya, IT nya, belum sumber daya-nya. Setiap provinsi, setiap kabupaten kota memiliki sumber daya dan punya gambaran yang berbeda secara edukasi dan lain-lain. Jadi, kematangan daripada birokrasi juga beda-beda. Nah, ini kan juga harus dilihat nih, ini kita akan beri masukan, sebagai contoh. Nah, satu itu reformasi struktural. Yang kedua adalah bicara mengenai reformasi ekonomi. Apa sih yang dipikirkan? Jelas bahwa dunia ini sedang membicarakan soal ekonomi hijau, Kita memang sudah berkomitmen untuk nett zero emission 2060, tapi, bagaimana menciptakan ekonomi hijau? Ekonomi rendah emisi karbon?

Indonesia punya jejak karbon yang tinggi sekali. Bagaimana dengan perdagangan karbon? Makanya kita mendorong perdagangan karbon untuk masuk bursa, supaya nanti ada Indonesia Pricing.

Itu satu hal Mbak. Bicara juga mengenai transisi energi, karena Kementerian ESDM, Pak Menteri, sudah menandatangani proses transisi energi, akan terjadi. Terus juga yang namanya green tourism ataupun eco-tourism yang dikaitkan dengan pariwisata kita yang kita punya kekuatan karena culture dan juga nature-nya. Itu tiga. Terus juga bicara mengenai blue economy, maritim kita, infrastruktur untuk maritim, bagaimana kelautan kita, mengenai perikanan, infrastruktur kita untuk maritim, dan semua,  karena kita negara kepulauan. Terus kalau bicara the big of blue economy, bicara lebih besar lagi adalah kalau space access going to the space, how about going ocean. That’s bisa istilahnya ocean acts gitu kan. Kita mengeksplorasi lautan, eksplorasi ke bawah. Itu ekonomi biru.

Ini jadi bahan diskusi dalam Rapimnas, teman-teman mulai mendengar dan melihat, coba beri masukkan. Ketiga, pendampingan UMKM. Nah, pendampinganUMKM ini penting sekali, ini kita ngomong 'bapak anak', istilahnya plasma inti, di mana di sini juga gotong royong, yang perusahaan besar bisa bantu yang kecil. Kita tata juga nih dari sisi pertanian, dari sisi segala macam industri lah ya. Itu semua jadi kepedulian kita, selain tadi komponen digital UMKM. Di sisi lain, tapi juga bagaimana selain tadi mentoring-nya, tapi juga fostering-nya (bapak angkat). Nah, jadi hal itu juga dibahas dalam Rapimnas di Bali.

Pastinya kami juga bahas mengenai organisasi. Bagaimana juga menghilangkan dualisme yang ada, biasa ada yang klaim-klaim dari Kadin segala macam, secara regulasi harus kita benarin. Gimana perlu kita edukasi dari mulai gubernur, bupati.

Bicara dualisme bukan soal saya dengan Anindya Bakrie ya. Dulu ada yang namanya Kadin tandingan, dalam proses sejarah Kadin. Ini kan juga kita harus rangkul teman-teman ini, suruh teman-teman ini bikin asosiasi, masuk dalam anggota luar biasanya Kadin, karena mereka juga pengusaha, so, berbereslah, jadi dualisme dalam konteks itu. 

Kalau bicara blak-blakan kan saya. Saya bangga Anin (Bakrie) dan saya bisa bersama-sama menyelesaikannya dengan cara demokrasi Indonesia yaitu apa? Dengan yang musyawarah mufakat. Alhamdulillah, karena semuanya pandangannya sama, kita melihat kita bagaimana bareng bangkit dari pandemik, dan tadi kita katakan di perang ekonomi ini kita harus menang.

4. Bagaimana peta industri 2022, mana yang sudah bangkit, mana yang masih sulit dan perlu didukung, dalam bentuk apa?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Arsjad Rasjid saat menghadiri acara Kadin Sumut (Dok. IDN Times)

Kalau bicara itu paling menarik kita mulai bicara dari ekspor. Kenapa? karena tahun ini kita akan mencetak rekor baru dalam jumlah ekspor Indonesia walaupun dalam keadaan pandemik ya.

Yang menarik, misal, contohnya di sini, dulu industri tekstil itu dianggapnya adalah sunset industry. Apa yang terjadi di 2020-2021? It's a comeback, kenapa? Apparel. Baju-baju buatan Indonesia ini semua demand-nya tinggi sekali khususnya dari Amerika. Nah,  ini juga kenapa saya katakan perang... perang... perang .., dampaknya pada perang ini yang terjadi sekarang ini saya bilang sudah terjadi perang dunia ke-3 sebetulnya dalam konteks ekonomi, trade war antara China dan USA berdampak sebenarnya positif bagi kita sebagai non-blok kan.

Nah ini order banyak sekali, contoh apparel, sepatu, furniture juga gila-gilaan. Saya pernah ngobrol sama teman-teman industri furnitur,e dalam seumur hidup industri itu itu gak pernah dapat order sebesar itu, kan amazing. Nah kalau bicara furniture tuh ada yang gede, ada UKM juga, yang kecil-kecil banyak, apalagi di Indonesia kekuatannya juga untuk di sana dan demand dari Amerika juga tinggi sekali. Rupanya apa? Terjadi suatu perubahan juga dalam gaya hidup. Nah ini kuncinya kan bahwa dengan adanya pandemik ini dan new normal, new reality dengan adanya katakan dunia baru ini, karakter dan behaviour dari manusia juga berubah.

Nah ini yang terjadi di Amerika, jadi kenapa? Dulu mereka simpan, saving uang to go travelling, tapi mereka can not travel, kebanyakan di rumah, work from home kan, lihat furniture kok gini, akhirnya berkegiatan di rumah,. Mereka beli sepatu, banyak olahraga, kebanyakan di rumah. Jadi demikian, memang sudah terjadi perubahan, normal baru yang berdampaknya terhadap industri yang awalnya sunset industry jadi mulai naik. Ini contoh nyata.

Nah, itu yang terjadi. Jadi sekarang itu mulai naik tuh industri-industri demikian yang awalnya losing industries, itu bicara untuk ekspor.

Selain ekspor memang yang tadi bicara produk sudah, kita juga ada komunitas-komunitas juga ini amazing, ya kan kenapa? Ya tadi, kita sudah bahas, sebenarnya hari ini kita sedang alami krisis energi. Makanya harga batubara tinggi harga gas tinggi, mungkin terutama karena geopolitik. Karena geopolitik ini membuat harga energi tinggi. Which is funny juga Mbak, kemarin saat COP26, Eropa sedang alami krisis energi. Karena suplai gasnya tinggi sekali kan. Putin (Presiden Rusia) menaikkan harganya.

Komoditas yang lain pun naik Apakah itu bauksit, nikel dan segala macam semua juga emas, juga, semua kita ada. Itu juga membantu dalam konteks pemulihan ekonomi.
Terus bicara domestik, pasar domestik kita tetap besar, kita ada 270 juta orang, jadi dengan jelas bahwa konsumer di domestik juga tinggi, mulai dari orang orang kita juga dengan mobilitas ini juga lebih belinya. Cuma memang banyak kan larinya beli online makanya kalau bicara digital bisnis, waktu 2020 ekonomi kontraksi di 5,3 persen, bisnis digital bisa naik 10 persen.

So digital is the foundation of the growth ya. Dari sisi digital ini baru masuk ke konteks makanan, tapi juga kebanyakan jualan online dan segala macam ya kan bisa orang Ini mau go food apalah ya, Nah di sini nih menjadi kunci Mba kenapa? Satu lagi yang naik ini kan e- commerce kan pembelian online. 

Nah, yang menarik kalau bahas e-commerce ini kan kalau sebetulnya kalau kita bicara yang atau bahasa konvensional, ini kan mal terus banyak toko-tokonya kan. Nah toko itu sekarang  siapa pun bisa buka toko di situ tiba-tiba market-nya di situ, udah bisa jual di Indonesia bisa juga Asia itu kan. Makanya tadi kenapa pentingnya digital literasi dan juga literasi finansial untuk kemudian teman-teman UMKM ini bisa membuka toko di e-commerce.

Nah, kalau udah bisa main ke sana Mbak, mereka ini teman-teman UMKM juga bisa ekspor, juga bisa terjadi. And that's happening, juga bisa membantu, karena lebih mudah. Jadi kalau bicara dunia industri,   kita juga bicara motor juga naik penjualannya karena PPNBM dihilangkan.

Terus juga properti sudah mulai bergeliat. Saya juga surprised bahwa ternyata orang udah mikirin karena mungkin cuma mungkin ada perubahan dalam konteks berpikir bisnis dalam gaya hidup. Jadi kalau dilihat sinyal-sinyal itu semua dengan dengan tadi ekspor untuk komoditas ekspor itu naik, terus  bagaimana pasar domestik sudah berjalan, jalanan sudah macet, untuk pertama kalinya, saya senang melihat kemacetan. Biasanya kan sebel. Ini kita sudah mulai ke kehidupan normal, pulih.

Hotel di tujuan wisata mulai penuh pengunjung. Karena mau ke Eropa juga seminggu nanti karantina, ini baik juga supaya domestik kita jalan. Ingat waktu bom Bali dulu, itu yang bantu kan domestik dulu. Jadi, itu adalah winning industries ya. Tapi memang kayak hotel ini adalah the last one yang mulai naik, berat mereka. Apalagi kayak Bali, ini yang memang masih terlambat, karena masih ada rasa ketakutan, walaupun pelan-pelan mulai bangkit.

Jadi, melihat itu semua, kita optimistis, ya. Ekonomi Q3 2021 turun 3,5 persen, memang dari yang 7 persen tapi karena PPKM. Pemerintah menargetkan 4,5 persen untuk Q4 2021. Tahun depan kita bicara di angka pertumbuhan 5,5 persen. Malah saya lebih positif . Sekarang Indonesia ada di posisi yang menguntungkan. Jangan sampai kita buang energi ribut di dalam. Bagaimana kita bisa bawa ekonomi makin bergairah.

5. Pidato Tahunan Gubernur Bank Indonesia menyinggung scarring effect, efek luka memar yang dialami dunia usaha. Bagaimana memulihkannya di level korporasi?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Ilustrasi industri/pabrik. IDN Times/Arief Rahmat

Kalau bilang luka memar itu biasanya utang Mbak. Kalau perusahaan itu pasti ada berutang, apakah itu modal kerja, untuk pengeluaran modal, capex. Contoh dengan kejadian pandemik, kontraksi ekonomi 2020 turun sedemikian rupa, dengan jelasnya terjadi goyang, the lifeline of blood (untuk perusahaan) itu kan uang, itu paling kunci Jadi sebetulnya dari semua ini yang paling penting adalah bagaimana memastikan semua perusahaan memiliki modal kerja, itu kuncinya.

Lainnya itu adalah subset-nya, misalnya contoh kalau ada modal kerja dikasi uang untuk modal kerja dulu berarti kalau bisa pembayaran utangnya dipanjangin, supaya cash flow-nya itu gak kemakan karena perlu modal kerja untuk muterin bisnisnya. Harapannya ya beban bunganya lebih rendah. Bicara denda hilangkanlah ya. Tapi ini saya bicara dari konteks memang benar-benar perusahaan yang kena dampak pandemik, karena sebelumnya ada juga yang bandel-bandel. Tapi  kalau terdampak pandemik, insentif harus diberikan, baik itu bicara dari level yang  besar, menengah, kecil semua sama. Perlu modal kerja.

Apalagi bisa dibantu insentif, misalnya listrik, ya bisalah pembayaran listrik untuk yang teman-teman UMKM diperpanjang dulu supaya punya modal untuk berputar modal kerjanya. Terus kalau bicara pajak juga misalnya pembayarannya ditangguhkan. Supaya bisa mengurangi beban keuangan.

Jadi intensif itu tetap diperlukan, secara umum. Lalu kita ngomong spesifik industrinya, kita lihat mana, contoh kalau bicara misal mebel,  ini mau ekspor kadang-kadang engkel untuk yang ada alat besi itu belum ada di Indonesia itu masih impor. Nah impor tapi untuk diekspor gak usah dikasih beban biaya lah ya kan asal di re-ekspor. Ini akan membantu teman-teman ini untuk bisa semuanya

Kami sudah sampaikan ke pemerintah. Respons positif, saya sangat senang, misal contoh ya saya merasakan sekali semangat Indonesia Incorporated, saling bekerjasama antara swasta dan pemerintah. Bukan berarti kita semua selalu setuju, semua sepakat dengan pemerintah, tidak. Kritik harus kita lakukan, tapi semua membangun gitu ya, Contoh waktu pas kemarin awal pandemik, logistik karena memang menjadi masalah harga lebih tinggi itu, itu masalah global, sampai Presiden Amerika pun mau bikin perintah distribusi.

Masalah kontainer yang langka bicara spacing itu karena memang kapal-kapal dapatnya lama kan. Nah itu responsif saya bicara dengan Menteri Perdagangan Pak Lutfi, asosiasi-asosiasi dari yang tekstil, mebel, ini semua hadirin gimana nih kita cari solusi terus oke Pak Lutfi mencari untuk kontainer nya tapi gimana itu spacing-nya untuk shipping-nya, kita panggil Menteri Perhubungan kita adakan diskusi di sini untuk mencari solusi. Terkadang ada solusi yang bisa didapat langsung atau solusi yang memang harus diproses.

Contohnya kalau mau jangka panjangnya nantinya nih kita ini sekarang kalau mau kontainer dan logistik bolak-balik, ya space nya kita beli bersama deh, Indonesia yang beli, Indonesia Incorporated. Karena kalau belinya besar discounted prices. Habis itu baru teman-teman UMKM sekarang ambil kan, karena kita bukan berkompetisi di logistik, kita berkompetisi product, tapi kalau untuk ke sana kenapa tidak itu nah daripada sendiri-sendiri harganya mahal gitu.

Baca Juga: Mobil Listrik Karya Anak Bangsa Bakal Dipakai di Bandara dan G20 Bali 

6. Soal G20, kita presidensi. Apa peran Kadin?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Presiden Jokowi di KTT G20, Roma, Italia (Dok.Biro Pers Kepresidenan)

Ini historis. Karena kita ini adalah negara berkembang pertama yang menjadi tuan rumah, presidensi G20.

Kemarin Pak Jokowi menerima kepemimpinan dari Italia ke Indonesia. Ini monumental  sekali. Untuk kita apa sih monumentalnya? Ada dua. Satu, apa yang Indonesia bisa bawa ke dalam pembicaraan agenda ke dunia. Contohnya, Bapak Presiden akan memasukkan UMKM sebagai agenda utama situ. Terus yang kedua digitalisasi untuk UMKM. Lalu keberlanjutan masuk agenda.

Event-nya di akhir Oktober (2022). Tapi seperti presiden bilang di Rapimnas, nantinya ada 150-an event menuju ke sana  dalam setahun ini. Tema G20-nya "Recover Together, Recover Stronger", kemudian Kadin diberi tanggung jawab untuk yang namanya B20, the business. G20 untuk pemerintah. Selain itu bahwa ada lain juga, ada Y20 untuk youth, ada P20 untuk parlemen, V20 untuk values. Nah ini kita ini kita juga perlu lakukan alignment juga, supaya gak solo, sendiri-sendiri.

Contohlah aku kemarin ngobrol sama V20, mereka bilang kita mesti bawa isu values ke G20 karena kami percaya, secara personal pun saya percaya, kalau kita membangun sebuah entitas atau kemitraan itu harus ada nilai bersama, karena kalau gak kita gak bakal ketemu.

Nah, jadi kenapa gak menyodorkan nilai-nilai kita ini di G20? Nah Indonesia punya nilai -nilai mulia, namanya Bhinneka Tunggal Ika, Unity in Diversity. Kita dorong sebagai nilai-nilai global di G20. Karena di G20 ada 20 negara berkembang, negara maju, ekonomi terbesar dunia, ada China, AS, Indonesia, semua kontinen, harus ada pusat terpadu yang mempromosikan nilai-nilai Indonesia ini.

Tapi bicara mengenai B20 sendiri, kita sebagai Kadin menyiapkan apa? Kesatu, membawa agenda negara berkembang ke dunia, tapi yang paling penting baliknya UUD, ujung-ujungnya duit, Bagaimana kita membawa duit untuk investasi? Bagaimana kita bisa menjadikan G20 ini sebagai sumber pemasukan bagi pemerintah? Lewat kegiatan pariwisata, dan 150-an kegiatan di berbagai daerah.

Setuju saya, sangat krusial menjelaskan ke publik, manfaat G20 bagi rakyat. Pak Presiden sangat peduli ini. Bapak Presiden bilang event ya satu hal, event ke dunia satu hal, tapi yang paling penting apa yang bisa kita dapatkan? Kita mesti mikirin nih? Supaya misalnya selain di Bali ada acara di Medan, dan kota lainnya, yuk masukkan supaya ada event-event, supaya pada masuk, kalau CEO nya masuk, bawa investasi, kita kasi lihat nih provinsi ini... ini ...ini…. Jadi mereka kita ajak sekalian ke Indonesia datang untuk investasi.

Di sisi Kadin sendiri kita melihat ini sebagai event seperti Asian Games, waktu itu kita bilang gak bisa karena Asian Games itu sports ya, ini bisnis, tapi  gimana membuatnya jadi fun juga. Mba, tapi membuat ini juga menjadi daya tarik kebersamaan Anda.

Contohnya apa nanti Kadin akan membuat kalau di Asian Games ada kayak maskot, nah sekarang juga mesti ada maskot buat B20, oke kita mau bikin kompetisi, kita bilang, “Hey cari gambar untuk ini untuk setiap negara apa.” Habis itu kita minta UMKM bikin. Mereka kan bisa bikin bajunya dan lain-lain cinderamata. Supaya ini jadi syukuran bersama. Menetes ke bawah. Ada tricle down effect.

Kita juga bikin G20 hub,  dibikin summit, kita akan buat itu. Kadin bekerjasama dengan World Economic Forum, bikin summit, kita bikin kayak event di Davos. Tapi di Bali di mana kita akan aja teman-teman CEO di sana. Jadi pembicaraannya bisnis, apa yang riil? Harapan kita semua provinsi, Kadin juga akan memberikan contoh presentasi mengenai kekuatan apa yang bisa ditawarkan. Bisa jadi etalase ke dunia.

7. Soal ekonomi digital. Persisnya apa quick win yang bisa dikerjakan bersama di Kadin?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Ilustrasi ekonomi digital (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Pertama, dengan kepengurusan baru ini kita membuat dua badan baru di dalam Kadin,  satu namanya badan keuangan digital atau badan fintech. Satu lagi badan pengembangan ekonomi digital. Yang saya minta duduk di kepala badan fintech ini, adik saya Pandu (Sjahrir) karena dia di AFTECH juga. Kenapa dipisah antara dua ini karena ini lebih ke peraturan.

Nah yang kepala badan pengembangan ekonomi digitalnya adalah Andre Soelistyo GoTo (dirutnya). Kita juga ajak teman-teman yang dalam vertikal industri. Misalnya, fishery masuk.

Kenapa karena kan ini semua setiap industri akan di disrupted sebetulnya ya kan jadi itu juga masuk ke dalam. Supaya juga membuat mulai pemetaan tapi pasti lihat pemetaan di awal-awal bareng teman-teman dari dua badan ini, untuk tahu apa yang menjadi tantangan kita? Manusia. Back to square one, human capital.

Makanya tadi saya mengatakan vokasi penting. Jangan sampai kita jadi pasar doang, dan itu kunci, soal digitalisasi. Nah untuk itu masalah manusia dulu, karena keluarannya adalah digital ataupun perangkat lunak ataupun teknologi, input itu kan dari otak manusia yang membuatnya desainnya gimana masukin programnya gimana dan segala macam gitu, baru bicara satu produk, baru aplikasinya industri itu, jadi intinya di situ.

Makanya saya setuju sekali bahwa contohnya Ibu Sri Mulyani (menteri keuangan) katakan, pokoknya yang lain rem, tapi kalau digitalisasi saya bangun terus kan. Sekarang kita mengerti bahwa juga infrastruktur untuk digital itu perlu ada, nah itu yang harus kita investasi fiber optik lah sebagainya, jadi keduanya digital dan skecerdasan lunak yang mana itu manusia, itu kuncinya.

8. Apa lima hal paling berkesan yang dirasakan di 2021, termasuk perspektif personal?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Ketua Kadin Arsjad Rasjid saat diwawancarai oleh IDN Times pada Selasa (14/12/2021). (IDN Times/Eko Ardiyanto)

Nomor satu , I wish in my mind is we have a new  reality, di mana saya mengatakan pada diri saya sendiri bahwa kita harus menerima realitas baru, kita hidup bersama pandemik. Itu always on top of my mind, karena kalau kita gak bisa beradaptasi, susah, kita akan takut sendiri ini segala macam.

Kedua, saya lihatnya dari sisi spiritual, wah ini tamparan nih, mungkin banyak yang kita sebagai manusia taken for granted, terhadap namanya alam terhadap namanya hubungan, apresiasi dalam komunikasi, dengan adanya shutdown begini basically kita anti sosial, terus kita lihat alam, ternyata rusak, dan dengan adanya less  mobility ternyata lebih bagus ya kan, orang baru merasakan menjaga kesehatan gimana nih, menjaga kesehatan imunitas. Berjemur untuk kesehatan. Ini tamparan kan, karena kebetulan saya kena (COVID-19) juga kan Mbaa, dan itu yang bikin saya antara lain running sebagai ketua umum Kadin, karena mikir, life is too short. Mari memberikan manfaat lebih banyak ke masyarakat.

Ketiga, saya berpikir karena ini di Indonesia, masalah terjadinya takutnya revolusi sosial, saya takut, karena yang saya katakan bahwa terjadi revolusi industri yang adaptasi terhadap teknologi yang akhirnya mengurangi tenaga kerja tanpa kita sadari bisa ada revolusi sosial. Karena gak ada peningkatan keterampilan.

Keempat, saya juga pikirin positifnya, gimana ya Indonesia emas 2045? Orang Indonesia kayak gimana, what do we see? Apakah Jakarta masih Jakarta? Saya ingin lihat itu. Makanya saya ajak bicara sama temen-temen di Kadin, saya bilang eh ini gue pikir kayak naik bus. Kalau naik bus, lu pikirin gak siapa sopir atau kondekturnya? Gak, paling saya lihatin aja sopirnya, kalau orangnya sopan-sopan, aman lah. Kondekturnya kita lihatin aja, asal gak nyebelin aja. Yang paling penting waktu naik bus apa? Jangan salah bus, bus ini mau jalan trayeknya ke mana tujuannya?

Sama dengan negara ini, kita ini penumpang semua, kita pembayar pajak, seperti bayar tiket bus. Presidennya siapa itu pilihan nanti, asal kita tahu tujuannya ke mana? Mau lewat tol, atau arteri, gak penting. Yang lebih penting bagaimana memastikan Indonesia mau dibawa ke mana? Eh kita mikirin dong sama-sama. Sampai saya pikir kebayang gak si bekerja di 2045, keadaan buruh bagaimana? Ini pertanyaan yang harus kita jawab supaya kita punya tujuan yang sama menuju ke sana. Saat itu, kalau kita kalau masih hidup ya Alhamdulillah ya. Tapi itu untuk anak cucu kita. Generasi berikutnya.

Kelima, last but ot least, saya kebayang terus dengan values indonesia of Bhinneka Tunggal Ika, saya harap kita kembali respecting itu, respek satu sama lain, itu saya pikirin terus, gimana ya supaya mastiin values ini bisa long lasting terus. Sustainable. Itu yang ada di top of my mind.

9. Apa yang bisa dilakukan Kadin buat mendukung milenial yang semangat bangun usaha rintisan?

[WANSUS] Ketua Umum Kadin: Kita Harus Siap Menuju Society 5.0Ketua Kadin Arsjad Rasjid saat diwawancarai oleh IDN Times pada Selasa (14/12/2021). (IDN Times/Eko Ardiyanto)

Ada dua. Yang pertama, saya mau, Kadin ini akan mendorong membuat perusahaan sosial. Kenapa? Karena Indonesia belum ada entitas perusahaan sosial. Di Amerika ada, di Singapura ada, di mana-mana ada. Padahal Indonesia ini Pancasila, menurut saya Pancasila membawa kita ada di tengah. Memikirkan sesuatu, yaitu gotong royong dan memiliki sesuatu yang berdampak secara sosial maupun secara lingkungan.

Nah, entitas belum ada di Indonesia,  ini kita mau dorong pembuatan perusahaan sosial. PT Genomik Solidaritas Indonesia itu contoh perusahaan sosial ini. Dari awal memang saya membayangkan ingin menjadi contoh membuat PT sosial dari awal.  Karena gak ada, adanya kita yayasan, yayasan non-profit kalau ini gak, ini perlu berkelanjutan. Berarti yang dibalikkan uangnya itu untuk misi sosialnya, untuk berdampak.

Jadi karena sekarang uang filantropi sekarang di dunia ini pun sudah mulai sedikit kenapa orang-orang gak mau filantrofi lagi, maunya perusahaan sosial. Supaya keberlanjutannya ada. Jadi uangnya berputar terus nambah terus jadi apa yang dilakukan dengan uang lima ini dampak ke depannya itu besar. Kalau yang lima filantropi ilang itu bakal habis, kalau gak soalnya gak lima ini bertumbuh dan bisa membuatkan dampak sosial lebih besar lagi dan itu jawaban untuk milenial, untuk gen Z, untuk kita semua, saya bilang kita belum punya lingkungan ekosistem perusahaan sosial di Indonesia, di semua negara ada.

Terus yang juga menjadi dorongan untuk anak-anak kita milenial dan semua adik-adik kita semua adalah bagaimana Kadin juga mengajak untuk membangun kewirausahaan. Makanya di dalam Kadin itu dulunya ada yang namanya wakil ketua umum bidang UKM dan koperasi seperti kementeriannya akhirnya kita ganti kewirausahaan aja, soalnya koperasi entitas. UKM itu kok dibikinnya seakan-akan membedakan yang besar sama yang kecil sih, kan semua wirausaha, cuma ada yang memang omzetnya masih kecil, ada yang lebih besar, perbedaan itu kan.

Jadi balik ke milenial, kita dorong proses digitalisasi kita melakukan kewirausahaan tadi, kita membangun namanya Wiki SME’s untuk supaya bagaimana kayak Wikipedia gitu tadi untuk membangun entrepreneurships. Semacam wiki entrepreur.

Nah ini kita mau ciptakan juga ini semua harapan kita nanti adik-adik ini bisa kita membuat ekosistem tapi kan intervensi ataupun disruption nya harus dilakukan oleh adik-adik ini.  Yang kita lihat ada masalah ini nih, kita bantu UMKM misalnya. Kita bareng untuk menguatkan mereknya, untuk ini untuk apanya lagi gitu kan. Nah jadi harapannya ke ekosistem yang akan dibuat oleh Kadin. Makanya banyak teman-teman yang kita masuk kepengurusan yang juga background-nya digital, dengan harapan.

Tadi kan saya percaya sekali akselerasi frog-leap, lompatan kodok, di Indonesia untuk melangkah maju ke depan supaya lebih cepat itu lewat digitalisasi, dan dengan milenial, kita bisa melakukan itu.

Dan pesan buat milenial, jangan lupa dengan nilai-nilai Indonesia. Kekayaan kita. Harapan saya milenial dengan bermacam-macam digitalisasi dan AI-nya dan segala macam kecerdasan intelektual sosial, digital penting fondasi untuk tumbuh, tetap menentukan. Makanya saya lebih suka bicara industry 4.0, kita menuju ke society 5.0.

Arsjad Rasjid lahir di Jakarta, 16 Maret 1970 dengan nama Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat. Ayahnya, H.M.N. Rasjid, seorang Purnawirawan TNI AD dan ibunya  Hj. Suniawati.

Arsjad menjabat sebagai Direktur Utama Indika Energy Tbk, aktif di lingkungan pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF). Dia bergabung dengan Indika Energy sejak tahun 1996.

https://www.youtube.com/embed/j5a-4dKff2U

Baca Juga: Catat Guys, 5 Hal yang Perlu Kamu Ketahui soal G20

Topik:

  • Umi Kalsum
  • Wendy Novianto

Berita Terkini Lainnya