Airlangga: Selandia Baru Dukung RI Pimpin ASEAN di 2023

RI juga dapat dukungan soal pengembangan geothermal

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan New Zealand atau Selandia Baru mendukung Indonesia sebagai pemegang Kepemimpinan ASEAN di 2023 mendatang.

Hal tersebut disampaikan oleh Airlangga saat mendampingi Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam pertemuan bilateral dengan Selandia Baru bersama Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, dan Wakil Menteri Perdagangan, Jerry Sambuaga di Bangkok, Thaliand, Jumat, (18/11/2022).

"Pembahasan dukungan New Zealand kepemimpinan ASEAN di Indonesia 2023," kata Airlangga dikutip dari keterangan resmi.

Baca Juga: KTT ASEAN-RoK, Jokowi: Ekonomi Hijau Kunci Masa Depan ASEAN

1. RI dapat dukungan pengembangan EBT geothermal

Airlangga: Selandia Baru Dukung RI Pimpin ASEAN di 2023PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) berhasil memproduksi listrik dari sumber energi bersih atau energi terbarukan sebesar 4.618 Giga Watt Hour sepanjang tahun 2020. (Dok. Pertamina)

Dalam kesempatan itu, Airlangga mengatakan, Indonesia menerima apresiasi usai penyelenggaraan KTT G20 di Bali pada 15-16 November kemarin. Apresiasi itu juga berbemtuk dukungan terhadap Indonesia dalam pengembangan geothermal sebagai sumber energi baru dan terbarukan (EBT) yang potensial di Indonesia, juga pengembangan green hydrogen.

Atas dasar itu, Airlangga mengajak menteri-menteri negara yang tergabung dalam Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) untuk dapat meningkatkan kualitas investasi ekonomi hijau dan mempromosikan peningkatan kapasitas dan transfer teknologi.

Baca Juga: Jokowi Sebut 2 Sektor Pemulihan Ekonomi Global, Apa Saja?

2. RI butuh Rp5.054 triliun buat capai NDC

Airlangga: Selandia Baru Dukung RI Pimpin ASEAN di 2023ilustrasi polusi udara (ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat)

Airlangga mengatakan, APEC perlu membentuk mekanisme pembiayaan untuk mendukung implementasi transisi hijau pada perekonomian setiap anggotanya.

Indonesia sendiri menurutnya membutuhkan sekitar 322,8 miliar dolar AS atau sekitar Rp5.054 triliun untuk mencapai target National Determined Contribution (NDC) 2030. NDC adalah target yang ditetapkan Indonesia untuk melaksanakan strategi dalam mencegah perubahan iklim.

Dikarenakan kebutuhan dana yang besar, menurut Airlangga diperlukan mekanisme pembiayaan yang inovatif, termasuk dari sektor privat, komunitas internasional, atau bauran pembiayaan lainnya.

Baca Juga: Jokowi: ASEAN Selangkah Lebih Maju soal Interkoneksi Keuangan

3. Akses ke teknologi hijau perlu diperluas

Airlangga: Selandia Baru Dukung RI Pimpin ASEAN di 2023IDN Times/Teatrika Handiko Putri

Terkait mempromosikan peningkatan kapasitas dan transfer teknologi, Airlangga menyampaikan ekonomi berkembang menghadapi keterbatasan kapasitas institusional dan kurangnya akses terhadap teknologi hijau.

Oleh sebab itu, dia menekankan pentingnya APEC sebagai incubator of ideas untuk menggalang kerja sama konkret dalam mendukung pertukaran pengetahuan dan informasi, serta kolaborasi riset untuk mendukung transisi hijau yang merata di antara negara-negara anggota APEC.

Selain itu, dia juga menyampaikan dukungannya terhadap inisiatif Bio-Circular Growth (BCG) Economy Model dan mengajak ekonomi APEC untuk berkolaborasi.

“Model ekonomi BCG sangat relevan dengan adanya berbagai tantangan di depan. Model ekonomi ini tidak hanya dapat mendukung kebutuhan ekonomi saat ini, tetapi juga mendukung keberlangsungan generasi masa depan kita,” ujar Airlangga.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya