Airlangga Ungkap Biang Kerok Harga Tiket Pesawat Mahal

Lonjakan harga tiket pesawat sumbang inflasi di Juli 2022

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyoroti kenaikan harga tiket pesawat saat ini. Airlangga mengatakan lonjakan tersebut diakibatkan keterbatasan jumlah armada pesawat yang dioperasikan maskapai.

Situasi itu tak berbanding lurus dengan konsumsi masyarakat yang mulai pulih melahirkan permintaan yang tinggi di sektor pariwisata.

"Keterbatasan dari pesawat membuat biaya transportasi atau tiket sekarang, dari mana pun relatif lebih mahal ketimbang dua hingga tiga tahun lalu," kata Airlangga di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (5/8/2022).

1. Airlangga soroti inflasi tinggi di sektor transportasi

Airlangga Ungkap Biang Kerok Harga Tiket Pesawat MahalIlustrasi Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). (Dok. Angkasa Pura II)

Adapun lonjakan harga tiket pesawat tersebut menyebabkan inflasi dari sektor transportasi.

"Jumlah penerbangan yang belum maksimal. Sehingga mengakibatkan inflasi tinggi dari sektor transportasi," tutur Airlangga.

Baca Juga: Erick Thohir Geram Garuda Indonesia Sewa Pesawat Kemahalan

2. Sektor pariwisata belum pulih

Airlangga Ungkap Biang Kerok Harga Tiket Pesawat MahalFoto ilustrasi turis Bali. (IDN Times/Rehuel ​Willy Aditama)

Secara keseluruhan, Airlangga mengatakan sektor pariwisata, yang mencakup kinerja maskapai penerbangan di dalamnya, belum sepenuhnya pulih.

"Kita tahu pariwisata belum kembali. Namun, ini baru awal daripada perbaikan akibat mobilitas yang membaik," kata dia.

3. Airlangga bandingkan kondisi pariwisata Indonesia dengan Jepang hingga Australia

Airlangga Ungkap Biang Kerok Harga Tiket Pesawat MahalSuasana kota Tokyo, Jepang (IDN Times/Anata)

Meski begitu, menurutnya jika dibandingkan dengan negara-negara lain, seperti Jepang dan Australia, pemulihan sektor pariwisata Indonesia jauh lebih baik.

Sebab, di negara-negara tersebut sektor pariwisatanya masih menghadapi tantangan lonjakan kasus COVID-19.

"Kami lihat penanganan COVID-19 di daerah lain tidak sebaik di Indonesia. Kasus COVID-19 di regional, baik itu di Australia, Jepang, itu masih di atas 200 ribu. Di Australia masih di atas 40 ribu. Sehingga pariwisata belum sepenuhnya," ujar dia.

Baca Juga: Cabai Merah hingga Harga Tiket Pesawat Jadi Biang Kerok Inflasi Juli

Topik:

  • Satria Permana

Berita Terkini Lainnya