Bapanas Pastikan HET Beras Tak Naik
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Maros, IDN Times - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi memastikan harga eceran tertinggi (HET) beras tak akan naik. Jika HET beras naik, maka konsekuensinya masyarakat yang kesusahan.
"Kalau dinaikkan harganya lagi lebih tinggi, sekarang saja orang protes harganya Rp16.000. Mau dinaikkan lagi?" kata Arief di Gudang Bulog Kabupaten Maros, yang dikutip Jumat (23/2/2024).
1. Persoalan beras ada di produksi
Arief mengatakan, tak ada persoalan di HET beras. Dia menyatakan perbaikan perlu dilakukan pada produksi beras yang saat ini menurun.
"Sekarang saya tanya, masalahnya di harga atau produksi? Di produksi. Kalau masalahnya harga, itu dihitung dari biaya pokok produksi, pemasukannya, pupuk, ini berapa, harganya masih bagus," kata Arief.
2. Rincian HET beras
Editor’s picks
HET beras ditetapkan berdasarkan sistem zonasi. Zona 1, meliputi Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, dan Sulawesi. Zona 2 untuk Sumatra selain Lampung dan Sumatra Selatan, NTT, Kalimantan. Zona 3 untuk Maluku dan Papua.
HET beras medium untuk zona 1 Rp10.900 per kg, untuk zona 2 Rp11.500 per kg, dan zona 3 Rp11.800 per kg. Kemudian untuk beras premium, zona 1 Rp12.900 per kg, zona 2 Rp14.400 per kg, dan zona 3 Rp14.800 per kg.
3. Pengusaha minta HET beras dinaikkan
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Roy Nicholas Mandey, sempat meminta HET beras dinaikkan. Roy mengatakan, harga beras saat ini sudah jauh di atas HET. Sedangkan, ritel modern tak bisa menjual beras di atas HET.
"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan permintaan inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat," kata Roy, Senin (12/2/2024) lalu.
Hal itu menyebabkan para pengusaha ritel tak mau memasok beras ke toko-tokonya.
"Ya kan kami gak mungkin kalau beli mahal, dijual murah. Gak bisa masuk barang kalau kami beli mahal, jual rugi. Jadi, ada beberapa peritel yang memilih gak usah ada barang sekalian. Sebagian besar peritel itu tidak mau membeli beras sekarang, karena harga mahal," kata Roy.
Baca Juga: Cak Imin Sentil Pemerintah: Hati-Hati Krisis Beras Kian Tak Terkendali