Beras hingga Rokok Penyumbang Terbesar Kenaikan Garis Kemiskinan di RI

Garis kemiskinan naik 5,95 persen

Jakarta, IDN Times - Garis kemiskinan (GK) di Indonesia naik 5,95 persen per September 2022, menjadi Rpp535.547 per kapita per bulan. Komoditas yang menjadi penyumbang terbesar garis kemiskinan per September ialah beras hingga rokok kretek filter.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beras memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan. Di perkotaan, kontribusinya mencapai 18,98 persen, dan di perdesaan mencapai 22,96 persen.

Kemudian, rokok kretek filter berkontribusi hingga 11,1 persen di perkotaan, dan 10,48 persen di perdesaan.

Baca Juga: Garis Kemiskinan RI Naik 5,95 Persen, Tertinggi dalam 9 Tahun!

1. Komoditas makanan beri sumbangan terbesar pada garis kemiskinan di Indonesia

Beras hingga Rokok Penyumbang Terbesar Kenaikan Garis Kemiskinan di RIIlustrasi gudang beras. ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Secara keseluruhan, komoditas makanan memberikan sumbangan terbesar pada garis kemiskinan. Di perkotaan, kontribusinya mencapai 72,77 persen, dan di perdesaan mencapai 76,21 persen.

Adapun komoditas bukan makanan memberikan kontribusi sebesar 27,23 persen di perkotaan, dan 23,79 persen di perdesaan.

Baca Juga: Ini Faktor Penyumbang Garis Kemiskinan di Indonesia, Beras-Rokok

2. Daftar komoditas makanan dan bukan makanan penyumbang terbesar garis kemiskinan

Beras hingga Rokok Penyumbang Terbesar Kenaikan Garis Kemiskinan di RIIlustrasi Pelanggan PLN (Dok. PLN)

Berikut daftar lengkap komoditas makanan penyumbang garis kemiskinan per September 2022:

  1. Beras 18,98 persen di perkotaan dan 22,96 persen di perdesaan.
  2. Rokok kretek filter 11,1 persen di perkotaan dan 10,48 persen di perdesaan.
  3. Daging ayam ras 4,43 persen di perkotaan dan 3,47 persen di perdesaan.
  4. Telur ayam ras 4,1 persen di perkotaan dan 3,47 persen di perdesaan.
  5. Mie instan 2,44 persen di perkotaan dan 2,22 persen di perdesaan.
  6. Kopi bubuk dan kopi instan (sachet) 1,98 persen di perkotaan dan 1,93 persen di perdesaan.
  7. Kue basah 1,94 persen di perkotaan dan 1,85 persen di perdesaan.
  8. Bawang merah 1,9 persen di perkotaan dan 2,09 persen di perdesaan.
  9. Gula pasir 1,82 persen di perkotaan dan 2,51 persen di perdesaan.
  10. Tempe 1,81 persen di perkotaan
  11. Roti 1,79 persen di perkotaan dan 1,74 persen di perdesaan.
  12. Tahu 1,76 persen di perkotaan.
  13. Cabai rawit 1,97 persen di perdesaan.
  14. Tongkol/tuna/cakalang 1,74 persen di perdesaan.
  15. Lainnya 18,72 persen di perkotaan dan 20,22 persen di perdesaan.

Berikut daftar lengkap komoditas bukan makanan penyumbang garis kemiskinan per September 2022:

  1. Perumahan 9,12 persen di perkotaan dan 8,51 persen di perdesaan.
  2. Bensin 3,91 persen di perkotaan dan 3,57 persen di perdesaan.
  3. Listrik 2,85 persen di perkotaan dan 1,57 persen di perdesaan.
  4. Pendidikan 1,85 persen di perkotaan dan 1,14 persen di perdesaan.
  5. Pelengkapan mandi 1,29 persen di perkotaan dan 1,09 persen di perdesaan.
  6. Pakaian jadi perempuan dewasa 0,73 persen di perkotaan dan 0,7 persen di perdesaan.
  7. Perawatan kulit, muka, kuku, rambut 0,71 persen di perkotaan.
  8. Sabun cuci 0,74 persen di perdesaan.
  9. Lainnya 6,77 persen di perkotaan dan 6,47 persen di perdesaan.

Baca Juga: Provinsi Mana yang Punya Penduduk Miskin Terbanyak di Indonesia?

3. Garis kemiskinan berdampak pada jumlah penduduk miskin di Indonesia

Beras hingga Rokok Penyumbang Terbesar Kenaikan Garis Kemiskinan di RIIlustrasi kemiskinan (ANTARA FOTO/Galih Pradipta)

Kenaikan garis kemiskinan pada September 2022 disebabkan oleh kenaikan harga BBM pada 3 September 2022, di mana harga Pertalite naik jadi Rp10 ribu per liter, dan solar jadi Rp6.800 per liter.

Kenaikan harga BBM menyebabkan harga komoditas yang dikonsumsi masyarakat miskin melonjak.

BPS mencatat, harga beras pada September naik 1,46 persen dibandingkan Maret 2022. Lalu, harga tepung terigu naik 13,97 persen, telur ayam ras 19,01 persen, gula pasir 2,35 persen, dan cabai merah 42,6 persen.

Lalu, harga komoditas nonpangan seperti Pertalite naik 30,72 persen, solar 32,04 persen, Pertamax non subsidi 16 persen, kontrak rumah 0,97 persen, dan LPG 3 kg 1,58 persen.

Kenaikan harga komoditas di atas menekan daya beli masyarakat miskin.

Garis kemiskinan adalah alat ukur ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan dasar makanan. Jika garis kemiskinan naik, maka akan berpengaruh pada jumlah penduduk miskin. Sebab, akan lebih banyak penduduk dengan pendapatan di bawah garis kemiskinan, sehingga tergolong menjadi penduduk miskin.

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya