China Borong Feronikel, Faisal Basri: Harusnya buat Industri RI!

Hampir 100 persen produksi feronikel diekspor ke China

Jakarta, IDN Times - Ekonom Senior INDEF, Faisal Basri menyampaikan data ekspor hasil tambang Indonesia, yakni feronikel dari International Trade Center (ITC). Dari data tersebut, tercatat hampir 100 persen produksi feronikel Indonesia diekspor ke China.

Misalnya pertama untuk nickel pig iron yang merupakan feronikel berkadar rendah. Dari data ITC, pada 2020 China mengimpor 309,9 ribu ton nickel pig iron dari Indonesia. Angka itu hampir 100 persen dari total produksi nickel pig iron (HS 7201) di Indonesia.

Dia pun menyangkan hal tersebut. Menurutnya, jika pemerintah ingin mencapai industrialisasi, seharusnya produk tambang tersebut digunakan untuk industri di Tanah Air, bukan untuk mendukung industri di China.

"Dan hampir 100 persen diekspor ke China, beda 0,1 saja. Jadi gak ada yang kita pakai ini. Bukan kita pakai untuk bahan baku mendukung industri di Indonesia, tapi untuk mendukung industrialisasi di China karena kemurahan hati kita," kata Faisal dalam webinar CORE Indonesia, Selasa (12/10/2021).

Baca Juga: RI Bisa Tekor Rp400 Miliar per Tahun dari Nikel, Ini Penyebabnya

1. Produksi feronikel HS 720260 juga diborong China

China Borong Feronikel, Faisal Basri: Harusnya buat Industri RI!Data ekspor feronikel 2020 dari ITC (dok. Youtube CORE Indonesia)

Selain nickel pig iron, feronikel (HS 720260) bahkan diekspor seluruhnya ke China. Padahal, menurut Faisal hasil tambang tersebut bisa bermanfaat untuk industrialisasi di Indonesia.

"Dan ini feronikel ekspornya lebih banyak lagi, juga kita lihat 100 persen di ekspor ke China. Jadi bukan memperkokoh struktur industri mengisi di bagian tengah yang kosong, hollow middle," ucap Faisal.

Baca Juga: 5 Fakta soal Konflik China-Taiwan yang Tiap Tahun Semakin Memburuk

2. Ada selisih data impor China dan ekspor Indonesia

China Borong Feronikel, Faisal Basri: Harusnya buat Industri RI!Data ekspor nickel pig iron 2020 dari ITC (dok. Youtube CORE Indonesia)

Di sisi lain, dia menganalisis adanya selisih data impor nickel pig iron China, dengan ekspor impor nickel pig iron Indonesia.

Berdasarkan data ITC, pada 2020 China mengimpor 309,9 ribu ton nickel pig iron dari Indonesia. Sementara, di Indonesia hanya tercatat ekspor 279,2 ribu ton nickel pig iron ke China.

"Nah jumlahnya itu yang dicatat oleh China 309,9 ribu ton, tapi kita catatnya 279,2 ribu ton. Hitung lagi tuh kerugiannya berapa," ujar dia.

Baca Juga: Gawat! 25 Persen Luas Hutan Tersisa di Sulsel Terancam Tambang Nikel

3. RI ekspor barang murah, tapi impor barang mahal dari China

China Borong Feronikel, Faisal Basri: Harusnya buat Industri RI!Data perdagangan produk tambang Indonesia-China (dok. Youtube CORE Indonesia)

Selain itu, ITC juga mencatat Indonesia alami defisit dari impor atas produk HS 72 yang nilainya tinggi. Produk tersebut antara lain flat rolled products of alloy steel other than stainless steel (HS 7225); flat rollerd products of iron or non-alloy steel (HS 7210); bars and rods of alloy steel other than stainless, hot-rolled, in irregularly wound coils (HS 7227); other bars and rods of alloy steel other than stainless, angles, shapes and sections of alloy (HS 7228); dan angle, shapes and sections of iron or non-alloy steel (HS 7216).

Sementara, Indonesia hanya surplus dari ekspor sejumlah produk dengan nilai yang rendah, seperti ferro-alloys (HS 7202); flat-rolled products of stainless steel (HS 7219); stainless steel in ingots or other primary forms (excluding remelting scrap ingots and products (HS 7218); pig iron and spiegeleisen, in pigs, blocks or other primary forms (HS 7201); dan semi-finished products of iron or non-alloy steel (HS 7207).

"Kita mengimpor dari China banyak sekali produk mahal sehingga kita defisit. Jadi kita surplus di produk-produk yang murah 7202, 7219. Pokoknya kalau 720 itu tandanya belum diolah banyak. Jadi inilah jomplang kita," kata Faisal.

Dia juga menyoroti tak adanya penambahan devisa dari ekspor produk-produk di atas. Hal ini dinilai mencetak kerugian negara hingga Rp200 triliun dalam 5 tahun terakhir.

"Ekspor ke China tidak menambah devisa, karena 100 persen keuntungannya dibawa pulang, tidak ada yang tersisa. Karena mereka tidak bayar PPh Badan, itu ratusan triliun. Gampang sekali menghitung untungnya berapa dari ekspor itu dalam 5 tahun setidaknya Rp200 triliun. Makanya gak perlu utang kalau kita pandai untuk mengelola ini," tutur Faisal.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya