Ekonomi Negara Maju Mulai Pulih, yang Berkembang Masih 'Merana'

Pemulihan ekonomi global disebut tak seimbang

Jakarta, IDN Times - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan pemulihan ekonomi global tak berjalan seimbang. Negara-negara maju di dunia sudah menunjukkan pemulihan, sementara ekonomi negara berkembang masih tertekan dampak pandemik COVID-19.

Adapun pemulihan ekonomi pada negara maju, salah satunya Amerika Serikat (AS) terlihat dari rencana pengurangan stimulus fiskal, moneter, dan sektor keuangan.

"Sementara, negara-negara berkembang masih harus mendorong ekonomi, masih membutuhkan kebijakan stimulus moneter, fiskal, maupun sektor keuangan," kata Perry dalam konferensi pers virtual Presidensi G20 Indonesia, Selasa (14/9/2021).

Baca Juga: Indonesia Targetkan Tambahan PDB Rp7,47 Triliun Hasil Forum G20

1. Tapering The Fed jadi bukti pemulihan ekonomi global tak seimbang

Ekonomi Negara Maju Mulai Pulih, yang Berkembang Masih 'Merana'Federal Reserve (Website/https://blog.gao.gov/)

Menurut Perry, kondisi pemulihan ekonomi di negara maju, seperti AS dibuktikan dengan rencana Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) mengurangi stimulus moneternya, seperti rencana menaikkan suku bunga dan juga mengurangi pembelian obligasi.

"Di kebijakan moneter sejumlah negara maju termasuk Bank Sentral AS sudah merencanakan untuk mengubah kebijakannya yang sering kita sebut Fed Tapering. Demikian juga di negara maju lain," ujar Perry.

2. Negara maju juga berencana mengurangi stimulus kredit

Ekonomi Negara Maju Mulai Pulih, yang Berkembang Masih 'Merana'Ilustrasi Uang. (IDN Times/Aditya Pratama)

Tak hanya itu, menurut Perry juga banyak negara maju yang mulai mengurangi stimulus kreditnya. Padahal, stimulus itu masih diperlukan di negara-negara berkembang.

"Negara-negara maju juga sudah merencanakan untuk mengurangi pelonggaran kebijakan di sektor keuangan yang selama ini dilakukan, misalnya pelonggaran pengaturan kredit dan pembiayaan, sementara kita masih membutuhkan," kata dia.

Baca Juga: Pajak Digital Bakal Jadi Fokus Pembahasan Keuangan di G20 2022 

3. Pengurangan stimulus bisa berdampak pada negara berkembang

Ekonomi Negara Maju Mulai Pulih, yang Berkembang Masih 'Merana'Ilustrasi ekonomi terdampak pandemik COVID-19 (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Perry, rencana pengurangan kebijakan fiskal, moneter, dan sektor keuangan di negara-negara maju bisa berdampak negatif pada ekonomi negara berkembang. Oleh karena itu, koordinasi kebijakan moneter, fiskal, dan sektor keuangan ini perlu dibahas dalam pertemuan G20 2022 yang digelar di Indonesia.

Perry mengatakan topik ini sudah dipersiapkan dalam salah satu pertemuan jalur keuangan (finance track) yang mengangkat tema 'Koordinasi mengenai kebijakan moneter dan sektor keuangan untuk mendukung pemulihan ekonomi bersama'.

"Koordinasi di tingkat G20 perlu direncanakan, diperhitungkan, dan dikomunikasikan secara baik. Sehingga bisa pulih bersama untuk mendukung pemulihan ekonomi, dan menghilangkan dampak yang tidak diinginkan pada negara berkembang," ucap dia.

Baca Juga: Bank Dunia Minta G20 Tak Persulit Ekspor untuk Atasi Virus Corona 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya