Erick Sebut Ada Dugaan Korupsi di Krakatau Steel, Utang Bengkak Rp31 T

Dugaan korupsi berasal dari proyek 2008

Jakarta, IDN Times - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tercatat memiliki utang hingga 2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp31 triliun. Menteri BUMN, Erick Thohir menduga adanya indikasi korupsi di salah satu proyek yang menyebabkan utang perusahaan membengkak.

"Dia itu punya utang 2 miliar dolar AS. Salah satunya investasi 850 juta dolar kepada proyek blast furnace yang hari ini mangkrak. Ini kan hal-hal yang tidak bagus. Pasti ada indikasi korupsi," kata Erick Thohir dalam webinar yang ditayangkan di Youtube Republika Official seperti yang dikutip Rabu, (29/9/2021).

Baca Juga: Setelah Bertahun-tahun Merugi, Krakatau Steel Cetak Laba 

1. Pemerintah bakal hukum pelaku korupsi proyek KS

Erick Sebut Ada Dugaan Korupsi di Krakatau Steel, Utang Bengkak Rp31 TIlustrasi Koruptor. (IDN Times/Aditya Pratama)

Erick menegaskan pemerintah akan menghukum pelaku yang melakukan korupsi pada proyek tersebut. "Dan kita akan kejar siapapun yang merugikan, karena ini bukan kita ingin menyalahkan, tetapi penegakan hukum terhadap bisnis proses yang salah harus kita perbaiki," ujar Erick.

Meski begitu, Erick mengatakan saat ini manajemen baru Krakatau Steel tengah melakukan restrukturisasi utang dari proyek masa lalu tersebut.

"Restrukturisasi alhamdulillah sudah berjalan dengan baik. Tentu kembali kalau restrukturisasi kita dikejar programnya apa. Karena itu kita ada step satu dan dua," ucap dia.

Selain itu juga, Krakatau Steel juga tengah menyusun pembentukan subholding sarana infrastruktur dari beberapa anak usahanya yaitu PT Krakatau Daya Listrik (PT KDL), PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI), PT Krakatau Bandar Samudera (PT KBS), dan PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC). Nantinya, subholding itu akan melantai di bursa atau melakukan initial public offering (IPO) untuk memperoleh pendanaan, sehingga bisa membantu pelunasan utang Krakatau Steel.

"Kita akan go public supaya ada funding baru menyicil utang yang 2 miliar dolar AS tadi," kata Erick.

2. Krakatau Steel buka suara

Erick Sebut Ada Dugaan Korupsi di Krakatau Steel, Utang Bengkak Rp31 T(Direktur PT Krakatau Steel Silmy Karim) ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman

Menanggapi dugaan indikasi korupsi itu, Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengatakan proyek blast furnace itu diinisiasi pada 2008, dan mulai digarap pada 2012.

“Proyek Blast Furnace diinisiasi pada tahun 2008 dan memasuki masa konstruksi pada tahun 2012, jauh sebelum saya bergabung di Krakatau Steel pada akhir tahun 2018. Manajemen saat ini sudah mendapatkan solusi agar fasilitas atau pabrik yang tadinya mangkrak bisa jadi produktif,” kata Silmy dalam keterangan resminya.

Dia mengatakan sejak 2020 lalu manajemen baru Krakatau Steel telah berhasil restrukturisasi utang, sehingga beban cicilan dan bunga utang menjadi lebih ringan.

“Kaitan adanya indikasi penyimpangan/korupsi di masa lalu tentu menjadi perhatian manajemen. Fokus saya ketika bergabung adalah mencarikan solusi dan melihat ke depan agar Krakatau Steel bisa selamat terlebih dahulu,” kata Silmy.

Baca Juga: Curhat Bos MIND ID: Proyek Mandek gegara Pandemik

3. Krakatau Steel cari solusi atas proyek mangkrak

Erick Sebut Ada Dugaan Korupsi di Krakatau Steel, Utang Bengkak Rp31 TDok. Istimewa / Krakatau Steel

Selain itu, saat ini Krakatau Steel tengah mencari solusi agar proyek blast furnace yang mangkrak bisa berjalan kembali.

“Saat ini kami sudah memiliki dua calon mitra strategis, bahkan satu calon sudah menandatangani Memorandum of Agreement (MOA) dengan Krakatau Steel. Satu mitra lagi sudah menyampaikan surat minat untuk bekerja sama dalam hal Blast Furnace. Artinya sudah ada solusi atas proyek Blast Furnace. Kita targetkan Kuartal III-2022 akan dioperasikan,” tutur Silmy.

Proyek mangkrak itu nantinya akan dioperasikan menggunakan teknologi baru agar bisa berjalan dan mencetak penghasilan untuk perusahaan.

“Pengoperasian Blast Furnace nantinya akan menggunakan teknologi yang memaksimalkan bahan baku dalam negeri yaitu pasir besi. Penggunaan pasir besi ini akan menghemat biaya produksi dan menurunkan impor bahan baku dari luar negeri yaitu iron ore,” tambah Silmy.

Baca Juga: Krakatau Steel Punya Pabrik Baru, Jokowi Ingin Tekan Impor Baja

Topik:

  • Anata Siregar
  • Eddy Rusmanto

Berita Terkini Lainnya