Karakter Investor China versi Bahlil: Di Belakang Agak Belok-Belok

Berbanding terbalik dengan investor Jepang dan Korea Selatan

Jakarta, IDN Times - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia membeberkan karakteristik investor dari berbagai negara. China misalnya, investornya punya karakteristik mudah di awal, lalu berubah-ubah sesudahnya.

"Kalau China gampang di depan, di belakang agak sedikit belok-belok," kata Bahlil dalam konferensi pers virtual, Kamis (11/11/2021).

Baca Juga: UEA Mau Guyur Rp638 Triliun ke RI, Bahlil: Bukan Angka Kaleng Kerupuk!

1. Karakteristik investor Jepang dan Korea berbanding terbalik dengan China

Karakter Investor China versi Bahlil: Di Belakang Agak Belok-BelokWarga Jepang menunggu lampu hijau di Shibuya Crossing. 9 Desember 2019 (IDN Times/Febriyanti Revitasari)

Sementara itu, karakteristik investor Jepang dan Korea Selatan (Korsel) berbanding terbalik dengan China. Para investor asal Negeri Matahari Terbit dan Negeri Ginseng itu punya karakteristik yang sangat teliti dan cukup rumit di awal kesepakatan, namun lancar setelahnya.

"Kalau karakteristik dari Jepang itu kan susah, rumit di awal, tapi di akhir aman. Kalau Korea juga beda-beda tipis," tutur Bahilil.

2. Karakteristik investor Eropa dan AS

Karakter Investor China versi Bahlil: Di Belakang Agak Belok-BelokIlustrasi Investor (IDN Times/Aditya Pratama)

Sementara itu, karakteristik investor dari Eropa dan Amerika Serikat (AS) cukup berbeda, yakni sangat mempertimbangkan permasalahan alam.

"Kalau di Eropa itu lingkungan dulu, sama juga Amerika," ucap mantan Ketua Hipmi tersebut.

Baca Juga: Ini 7 Cara Investasi Dolar, Pemula Perlu Tahu!

3. Karakteristik investor UEA lebih rumit

Karakter Investor China versi Bahlil: Di Belakang Agak Belok-BelokForum Bisnis Indonesia-Persatuan Emirat Arab (PEA) (dok. BKPM)

Meski begitu, menurut Bahlil karakteristik yang paling rumit adalah karakteristik investor UEA. Pasalnya, para investor biasanya akan menghitung kontribusi investasi terhadap bisnisnya secara detail, mempertimbangkan masalah lingkungan, dan sebagainya.

"Kalau UEA itu gabungan dari Amerika, Eropa, China, Jepang, dan Korea. Sangat teliti, dan itu menurut saya bagus di prinsip bisnis. Harus ada chemistry, hitungan bisnis harus paten, lingkungan juga harus diperhatikan, mereka sangat komitmen terhadap lingkungan, dan EBT. Dan ini gabungan. Maka ini gak gampang," tutur dia.

Bahlil mengaku dirinya baru memahami karakteristik investor UEA dalam 2 tahun.

"Saya untuk membaca karakteristik investor UEA ini butuh 2 tahun baru saya bisa membacanya," ujar dia.

Baca Juga: Bahlil Rayu Sederet Perusahaan Jerman Ekspansi ke Indonesia

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya