KCIC: 'Tukang Las' Rel Kereta Cepat dari China Latih 100 Pekerja RI

KCIC laksanakan alih teknologi dalam proses pengelasan

Jakarta, IDN Times - PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mendatangkan 24 tenaga kerja asing (TKA) dari China untuk mengoperasikan mesin las rel proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB).

Corporate Secretary PT KCIC, Rahadian Ratry mengatakan 24 orang tersebut turut melatih 100 orang pekerja Indonesia sebagai bentuk alih teknologi pengelasan tersebut.

"Operator mesin pengelasan rel, ada 24 tenaga ahli pengelasan yang didatangkan dari Tiongkok. Pada pelaksanaannya, tenaga ahli pengelasan ini didampingi dan melakukan pelatihan kepada hampir 100 pekerja Indonesia," kata Rahadian kepada IDN Times, Jumat (11/20/2022).

Baca Juga: KCIC Ungkap Alasan Tukang Las Kereta Cepat Harus dari China

1. Dibutuhkan keahlian khusus buat proses pengelasan rel Kereta Cepat

KCIC: 'Tukang Las' Rel Kereta Cepat dari China Latih 100 Pekerja RIMesin las untuk rel proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. (dok. KCIC)

Selain melanjutkan pekerjaan konstruksi, KCIC kini sedang memproduksi dan memasang bantalan rel beton (slab track) dan juga menyambung rel yang akan digunakan untuk KCJB.

Rel yang dipakai untuk proyek KCJB merupakan rel berstandar R60 dengan panjang 50 meter. Dalam proses penyambungannya digunakan mesin dengan teknologi mutakhir yakni Mesin UN-200. Mesin ini dipakai untuk pengelasan rel KCJB dan mengadopsi metode Flash-butt Welding yang dikenal sebagai salah satu metode terbaik untuk pengelasan.

Oleh sebab itu, dalam proses pengelasan rel dengan mesin UN-200, diperlukan operator pengelasan bersertifikat dan berpengalaman dalam menerapkan metode Flash-butt Welding. Presiden Direktur KCIC, Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan teknologi ini tidak dapat digunakan secara sembarangan karena berisiko menghasilkan kecacatan pada sambungan rel.

“KCJB ini kan nanti akan melaju sampai 350 km/jam. Jadi lintasannya harus yang terbaik. Untuk itu, untuk proses pengelasan, kami menggunakan metode Flash-butt welding dengan mesin UN-200 dari Tiongkok," tutur Dwiyana dalam keterangan resminya.

2. Progres pengelasan rel Kereta Cepat

KCIC: 'Tukang Las' Rel Kereta Cepat dari China Latih 100 Pekerja RIPengerjaan las rel proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dilakukan di fasilitas Welding Factory di Depo Tegalluar, Jawa Barat. (dok. KCIC)

Lebih lanjut, proses pengelasan rel KCJB dilakukan di fasilitas Welding Factory yang berada di Depo Tegalluar Track Laying Base KCJB.

Dengan mesin tersebut, 1.805 batang rel akan disambung menjadi berukuran 500 meter. Hal itu dilakukan agar lintasan KCJB yang melintang dari Halim sampai Tegalluar ini tidak memiliki banyak sambungan. KCIC menyatakan, sambungan rel yang minim sangat penting demi kenyamanan dan keamanan laju Kereta Cepat.

Hingga saat ini, proses pengelasan telah menyambungkan 872 batang rel sepanjang 500 meter atau setara dengan 218 km.

Baca Juga: Tukang Las Proyek Kereta Cepat dari China, DPR: Pekerja RI Mampu!

3. Anggota DPR pertanyakan alih teknologi dalam proses pengelasan rel Kereta Cepat

KCIC: 'Tukang Las' Rel Kereta Cepat dari China Latih 100 Pekerja RITenaga ahli yang mengoperasikan mesin las UN-200 dalam proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (dok. KCIC)

Sebelumnya, Anggota Komisi IX DPR RI, Kurniasih Mufidayati dari fraksi PKS meminta PT KCIC mengutamakan tenaga kerja dari Indonesia dalam proyek KCJB.

Apabila ada pekerjaan yang harus dilakukan oleh TKA, menurut dia harus didampingi tenaga kerja Indonesia untuk bisa dilaksanakan alih teknologi.

"Pertanyaannya untuk TKA disini, apakah dipatuhi ada tenaga kerja pendamping untuk alih teknologi?" ucap Mufida.

Soal alih teknologi, Mufida mengatakan sejak awal pengajuan Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), pemerintah seharusnya sudah tahu peruntukan TKA di Indonesia untuk pekerjaan tertentu. Sehingga di awal bisa diantisipasi dengan mengirim tenaga kerja Indonesia belajar metode dengan cara upskilling dan reskilling.

Baca Juga: KCIC Sudah Rekrut 13 Ribu Tenaga Kerja Lokal buat Proyek Kereta Cepat

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya