Ngeri! Ekonomi 2022 Masih Dibayangi Krisis Evergrande hingga Tapering

Penyebaran varian Omicron juga perlu diwaspadai

Jakarta, IDN Times - Perekonomian dunia di tahun ini masih menghadapi tantangan pandemik COVID-19, terutama lonjakan kasus varian Omicron. Ada juga tantangan global lain yang membayangi ekonomi 2022, yakni krisis Evergrande di China, energi, dan kebijakan tapering off di Amerika Serikat.

"Distribusi vaksin global yang belum merata, perlemahan ekonomi akibat kebijakan, terutama di China yang mendorong pertumbuhan tinggi ke arah pemerataan. Terjadi krisis energi, krisis properti evergrande, serta risiko yang mempengaruhi capital outflow seperti kenaikan suku bunga di Amerika," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto dalam acara Indonesia Economic Outlook 2022 yang digelar HIPMI dan APKASI, Selasa (25/1/2022).

Baca Juga: Sri Mulyani: Omicron Potensial Ganggu Pemulihan Ekonomi Dunia

1. Pemerintah siap siaga

Ngeri! Ekonomi 2022 Masih Dibayangi Krisis Evergrande hingga TaperingIlustrasi Anggaran. (IDN Times/Aditya Pratama)

Airlangga mengatakan pemerintah siap siaga dalam menghadapi tantangan global yang bisa berimbas pada perekonomian Indonesia tersebut.

Adapun strategi pemerintah ialah tetap menyiapkan anggaran untuk penanganan COVID-19, dan juga pemulihan ekonomi nasional (PEN).

"Vaksinasi terus diakselerasi, dan vaksin dosis primer diharapkan selesai di kuartal II-2022. Dan pemerintah juga sudah menjalankan program booster atau program penguatan sejak 12 Januari lalu. Di sisi kesehatan, pemerintah juga melanjutkan program penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi dengan alokasi anggaran sebesar Rp451,64 triliun. Dengan fokus pada tiga pilar, kesehatan, perlindungan masyarakat, dan pemulihan ekonomi," ucap dia.

2. Program dan insentif yang disiapkan untuk tahun ini

Ngeri! Ekonomi 2022 Masih Dibayangi Krisis Evergrande hingga TaperingIlustrasi insentif (IDN Times/Arief Rahmat)

Airlangga membeberkan, di 2022 ini pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif dan juga program bantuan untuk masyarakat. Mulai dari subsidi bunga kredit usaha rakyat (KUR) sebesar 3 persen untuk periode Januar-Juni; bantuan langsung tunai (BLT) untuk pengusaha warung dan pedagang kaki lima (PKL); insentif PPN untuk sektor perumahan; insentif PPnBm untuk sektor otomotif; dan sebagainya.

"Untuk sektor perumahan yang ditanggung 50 persen untuk di bawah Rp2 miliar, dan 25 persen di antara Rp2 miliar-5 miliar; dan PPnBm DTP untuk otomotif, terutama untuk di bawah harga Rp200 juta itu ditanggung, mulai dari 3 persen, 2 persen, 1 persen, dan 0 persen setiap kuartalnya, dan di antara Rp200 juta-250 juta, itu sebesar 50 persen atau kuartal pertama 7,5 persen, dan kuartal kedua kembali pada PPnBm sebesar 15 persen," tutur Airlangga.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Melonjak karena Omicron, Gimana Nasib Ekonomi RI?

3. Presidensi G20 Indonesia jadi peluang tingkatkan investasi dan perdagangan

Ngeri! Ekonomi 2022 Masih Dibayangi Krisis Evergrande hingga TaperingPenyelenggaraan Presidensi G20 di Nusa Dua Bali. (IDN Times/Shemi)

Tak hanya itu, menurut Airlangga, Indonesia memiliki peluang pemulihan ekonomi dari penyelenggaraan Presidensi G20.

"Salah satu yang juga akan didorong di 2022 adalah Presidensi Indonesia G20, Indonesia akan berada di panggung dunia. Sehingga ini diharapkan bisa mengikuti peningkatan perdagangan dan investasi," kata dia.

4. Ekonomi 2022 diproyeksi tumbuh 5,2 persen

Ngeri! Ekonomi 2022 Masih Dibayangi Krisis Evergrande hingga TaperingIlustrasi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dengan berbagai persiapan tersebut, pemerintah memprediksi ekonomi 2022 bisa tumbuh 5,2 persen.

"Dan penanganan COVID-19 dan pemulihan ekonomi akan menentukan pencapaian target tersebut. Oleh karenanya, kerja sama para stakeholder sangat diperlukan. Dan ini menjadi kunci bagi pemulihan dan mendorong pembangunan ke depan," tutur Airlangga.

Baca Juga: 4 Sebab Pertumbuhan Ekonomi China Bisa Cemerlang di 2022

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya