Pelan-pelan Kurangi Utang, Garuda Pangkas 68 Pesawat secara Bertahap

Jenis pesawat juga bakal dikurangi

Jakarta, IDN Times - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk akan memangkas 68 pesawat secara bertahap. Hal ini dilakukan sebagai upaya mentransformasi bisnis, mengingat saat ini Garuda secara teknis sudah bangkrut karena terlilit utang.

Sebelumnya, dia mengatakan total utang Garuda mencapai 9 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp128 triliun (kurs Rp14.246).

"Jumlah pesawat juga akan menurun drastis, detilnya ada di bawah itu, dari 202 pesawat itu menurun di 2022 menjadi 134 pesawat karena memang sebagian sudah di-grounded juga oleh lessor," kata Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo dalam rapat kerja virtual dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (9/11/2021).

Selain mengurangi jumlah pesawat, Garuda juga akan mengurangi jenis pesawat dari 13 jenis menjadi 7 jenis. Pria yang akrab disapa Tiko itu mengatakan banyaknya jenis pesawat membuat inefisiensi operasional.

"Jadi itu salah satu inefisiensi di masa lalu karena pesawatnya macam macam. Kalau airline bagus itu ada 2-3 jenis pesawat ya. Nah ini Garuda Indoesia ada 777, 737, ada A330, ada CRJ, ada ATR 72. Jadi memang banyak sekali. Jadi itu membuat kompleksitas dari pengelolaan maintenance-nya, sehingga cost per seat-nya mahal," ujar Tiko.

Secara total, ada lima langkah yang disiapkan pemerintah dan Garuda untuk mentransformasi bisnis demi terhindar dari kebangkrutan yang sah secara hukum. Adapun empat langkah lainnya sebagai berikut.

Baca Juga: Terlilit Utang, Garuda Secara Teknis Sudah Bangkrut!

1. Garuda tutup rute-rute internasional

Pelan-pelan Kurangi Utang, Garuda Pangkas 68 Pesawat secara BertahapIlustrasi pesawat Garuda Indonesia. (IDN Times/Holy Kartika)

Ke depannya, Garuda akan fokus pada penerbangan rute domestik. Dia mengatakan Garuda akan menutup banyak penerbangan rute internasional.

"Secara masif internasionalnya kita kurangi secara signifikan. Dan internasional kita ada sebagian besar karena kita ada volume kargo yang baik," ucap Tiko.

Dengan langkah itu, maka Garuda tak akan lagi melayani penerbangan rute internasional dengan jarak yang sangat jauh. Saat ini, Garuda telah menutup penerbangan rute Amsterdam, Belanda dan London, Inggris. Dengan demikian, jumlah rute super premiun akan berkurang dari 237 rute menjadi hanya 140 rute.

"Semua rute seperti Korea juga shutdown. Kemudian kita hanya akan menyisakan masih ada volume-volume kargo yang memadai," ujar Tiko.

2. Garuda bakal negosiasi ulang tarif sewa pesawat

Pelan-pelan Kurangi Utang, Garuda Pangkas 68 Pesawat secara BertahapLivery masker pesawat Garuda Indonesia (Dok.Garuda Indonesia)

Selanjutnya, Garuda Indonesia bersama Kementerian BUMN akan melakukan negosiasi ulang dengan pemilik pesawat demi mendapatkan tarif sewa yang lebih rendah.

"Harapannya memang sewa pesawat yang melebihi benchmark internasional akan kita tekan serendah mungkin. Sehingga akan menyamai benchmark internasional. Juga ada pembicaraan mungkin kita ubah konsepnya menjadi hour. Tidak bayar fix, tapi bayar per jam dipakai," ujar Tiko.

Baca Juga: Garuda Kritis, Misbakhun Desak Pemerintah Ubah Model Bisnis

3. Garuda genjot bisnis kargo

Pelan-pelan Kurangi Utang, Garuda Pangkas 68 Pesawat secara BertahapPesawat kargo Garuda Indonesia untuk rute Makassar-Singapura (Dok. Garuda Indonesia)

Kemudian, kontribusi bisnis kargo Garuda Indonesia juga akan ditingkatkan. Menurut Tiko, bisnis kargo ini meningkatkan pendapatan Garuda.

"Jadi memang ini dulu bisnis yang kurang dilihat. Sekarang airline fokus untuk meningkatkan cargo capacity karena menjadi bisnis baru yang lebih stabil secara volume," kata Tiko.

Baca Juga: Pemerintah Bantah Isu Garuda Bakal Dipailitkan meski Tempuh PKPU

4. Garuda genjot pendapatan dari produk inovasi

Pelan-pelan Kurangi Utang, Garuda Pangkas 68 Pesawat secara BertahapMaskapai Nasional Garuda Indonesia Yayasan Artha Mask Livery dengan Masker (Dok. Garuda Indonesia)

Strategi terakhir adalah meningkatkan kontribusi pendapatan dari fasilitas tambahan melalui produk unbundling. Tak hanya itu, Garuda juga akan melakukan ekspansi produk yang ditawarkan, dan menerapkan dynamic pricing strategy.

"Kami mencoba mencari rumusan untuk bagaimana agar bisa ke luar dari hal ini. Dan memang yang paling utama adalah transformasi bisnis. Karena kita memahami bahwa Garuda Indonesia banyak yang inefisiensi, baik dari sisi rute dan sebagainya," ucap Tiko.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya