Sederet Proyek Transportasi yang Dikritik Faisal Basri

Termasuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Jakarta, IDN Times - Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Faisal Basri mengkritik sejumlah proyek infrastruktur transportasi di Tanah Air. Dia menilai beberapa proyek infrastruktur transportasi tidak tepat.

Menurut Faisal, pemerintah perlu melakukan riset berbasis ilmiah dan sebagainya sebelum menetapkan kebijakan, atau lokasi pembangunan infrastruktur transportasi, baik kereta, bandar udara (bandara), dan juga pelabuhan.

Berikut proyek-proyek infrastruktur transportasi yang dikritik Faisal Basri.

Baca Juga: Jokowi: Kereta Cepat Jakarta-Bandung Siap Diuji Coba pada 2022

1. Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Sederet Proyek Transportasi yang Dikritik Faisal BasriProyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung. IDN Times/Hana Adi Perdana

Proyek pertama yang dikritik Faisal Basri adalah Kereta Cepat Jakarta Bandung yang dibangun oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Menurut dia, panjang lintasan kereta yang hanya 142,3 kilometer (km) itu tak cocok untuk kereta cepat yang memiliki kecepatan 350 km per jam. Dia mengatakan rata-rata negara lain membangun lintasan sekitar 500 km proyek kereta cepat.

"Bagi saya kereta cepat itu kan di seluruh dunia rata-rata 500 km rutenya. Ini cuma 100 km juga tidak sampai. Jadi tidak bisa kereta cepat itu ngiik, jalan, berhenti, rusaklah keretanya. Ini proyek properti apa proyek kereta? Karena di ujung Bandung itu Summarecon, lewat Walini, lewat Lippo Group," kata Faisal dalam Seminar Nasional Kementerian Perhubungan bertajuk Analisis Lingkungan Ekonomi dan Bisnis terhadap Disrupsi di Sektor Transportasi yang digelar virtual, Jumat (8/10/2021).

2. Pelabuhan Kuala Tanjung

Sederet Proyek Transportasi yang Dikritik Faisal BasriKuala Tanjung Multipurpose Terminal (KTMT) bagian dari Kuala Tanjung PIE dilengkapi dengan peralatan bongkar muat yang modern dan berstandar internasional (Dok. IDN Times)

Proyek kedua yang dapat kritik dari Faisal Basri adalah Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatra Utara (Sumut). Menurut dia, letak pelabuhan tersebut terlalu dekat dengan letak Pelabuhan Belawan, Sumut.

"Saya kebetulan tahu juga Kuala Tanjung karena saya diminta membantu research dari Tim punya orang Belanda. Bukan saya saja yang diminta, tapi teman-teman yang lain juga dari IPB dari mana-mana. Nah itu terlalu dekat dengan Belawan," tutur Faisal.

Pada 2019 lalu, Kemenhub memutuskan Pelabuhan Kuala Tanjung akan menjadi hub internasional, sementara Belawan yang melayani domestik sebagai solusi atas letak kedua pelabuhan yang berdekatan. Menurut Faisal, solusi itu tidak efektif. Lalu ada juga solusi lain yang dia nilai juga tak efektif.

"Lantas dibikinlah desain Belawan domestik, Kuala Tanjung internasional. Tapi tidak laku. Nah gak laku, dicreate lagi project untuk membuat Kuala Tanjung itu ramai, namanya Sumatra Food Estate. Emangnya tanahnya masih ada? Orang semuanya sudah sawit. Jadi untuk menutupi salah desain di-create sesuatu yang juga tambah kacau" ucap Faisal.

Baca Juga: Proyek Kereta Api Makassar-Parepare Masih Berkutat di Pembebasan Lahan

3. KA Trans-Sulawesi

Sederet Proyek Transportasi yang Dikritik Faisal BasriRel Kereta Api Trans Sulawesi. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe

Proyek ketiga yang dikritik Faisal Basri adalah Kereta Api (KA) Trans-Sulawesi. Menurut dia, secara geografis kereta api tidak cocok untuk Sulawesi. Dia menilai karena bentuk pulaunya yang unik, Kapal Ro-ro lebih cocok untuk Sulawesi.

"Bagi saya, kereta api Trans Sulawesi itu kebelinger. Karena yang bagus menurut saya di Sulawesi adalah Ro-ro, yang jalan 24 jam. Karena Sulawesi itu cantik sekali huruf K, jadi tidak cocok untuk kereta api," ujar Faisal.

Sebagai informasi, pembangunan proyek KA Trans-Sulawesi akan dimulai untuk rute Makassar-Parepare pada tahap pertama yang memiliki panjang lintasan 144 km. Proyek tersebut ditargetkan rampung pada Mei 2022.

Baca Juga: Kritik Wacana PPN Naik, Faisal Basri: Jangan Bandingkan dengan Eropa!

Topik:

  • Hana Adi Perdana

Berita Terkini Lainnya