Setiap Hari Ada Ritel yang Tumbang, Kerugian Pengusaha Tak Terhingga!

Satu sampai dua toko ritel tutup setiap hari selama pandemik

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Asosiasi Peritel Indonesia (Aprindo) Roy Mandey mengatakan di tahun 2021 ini ada 1-2 toko ritel yang tutup alias tumbang setiap harinya karena tak sanggup lagi menahan dampak pandemik COVID-19.

Sementara itu, di tahun 2020 ada 5-6 toko ritel yang harus gulung tikar akibat dampak wabah tersebut.

"Kita punya indikator pada 2020 5-6 toko swalayan yang harus tutup. Kemudian di 2021, 1-2 toko tutup setiap hari," kata Roy dalam virtual media briefing, Kamis (22/7/2021).

Baca Juga: Hindari PHK, Pengusaha Minta Semua Ritel Boleh Buka Saat PPKM Darurat

1. Ribuan toko ritel gulung tikar

Setiap Hari Ada Ritel yang Tumbang, Kerugian Pengusaha Tak Terhingga!Ilustrasi Mal (IDN Times/Anata)

Secara total, hingga tahun 2021 ini dia mencatat 1.500 toko ritel gulung tikar, atau menutup beberapa gerainya. Secara rinci, 1.300 toko tutup di 2020, dan sisanya hingga Juli 2021 ini.

"Di 2020 sekitar 1.300 toko yang tutup. Di 2021, 3 bulan pertama ada 88 toko swalayan yang tutup. Kalau ditambah dengan 3 bulan lagi berarti sudah ada sekitar 200 toko swalayan yang tutup," ucap Roy.

2. Kerugian tak terhingga

Setiap Hari Ada Ritel yang Tumbang, Kerugian Pengusaha Tak Terhingga!Ilustrasi rugi (IDN Times/Arief Rahmat)

Dengan kondisi tersebut, para pengusaha mencetak kerugian yang tak terhingga. Dia mengatakan rata-rata kerugian 1 toko ritel yang tutup mencapai Rp5 miliar.

"Kita ambil rata-rata, 1 minimarket biaya franchise Rp500 juta sampai Rp1 miliar. Supermarket Rp20 miliar sampai Rp25 miliar. Hypermarket Rp30 miliar sampai Rp35 miliar, itu semua belum termasuk aset gedung. Kalau 1 rata-rata kita sebut Rp5 miliar, dikali 1.300 (yang tutup di 2020), berapa angkanya?" ucap dia.

3. Toko ritel yang buka alami penurunan penjualan

Setiap Hari Ada Ritel yang Tumbang, Kerugian Pengusaha Tak Terhingga!Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi turun (IDN Times/Arief Rahmat)

Di sisi lain, dia mengatakan toko ritel seperti minimarket, supermarket, dan hypermarket yang diizinkan tetap beroperasi saat ini mengalami penurunan penjualan. 

Misalnya saja di minimarket, konsumen yang rata-rata berbelanja hingga Rp100 ribu dalam 1 keranjang (basket), kini hanya berbelanja Rp20-30 ribu. Penurunan lebih terasa lagi di supermarket dan hypermarket karena mobilitas masyarakat dibatasi selama PPKM Darurat.

Adapun penurunan itu menurut Roy utamanya disebabkan perilaku konsumen yang berubah. Konsumen kini hanya berbelanja kebutuhan pokok dan juga produk kesehatan, dan tidak ada lagi impulse buying.

"Kalau dulu ada diskon buy 1 get 1, konsumen pasti beli. Sekarang tidak ada lagi impluse buying. Tidak dilihat lagi promosi yang ada. Mereka kalau datang ke supermarket langsung beli sayur, ikan, sudah langsung bayar," tutur dia.

Baca Juga: Sadis! Mal Kehilangan Pendapatan Rp5 Triliun karena PPKM Darurat

Topik:

  • Dwifantya Aquina

Berita Terkini Lainnya